Min Yoongi hanya duduk di atas pasir pantai dengan manik yang menatap lekat pada Sona. Gadis cantik itu kini tengah berlarian dipinggir pantai layaknya Anak berusia sepuluh tahun. Terlihat begitu bahagia dengan sebuah senyuman yang mengembang. Surai panjangnya yang dibiarkan terurai terkena hembusan angin sore, membuat kadar kecantikan Lee Sona semakin bertambah. Bagi Yoongi, kecantikan Sona terlihat begitu natural. Gadis itu terlihat begitu apa adanya.
Yoongi merogoh saku celananya. Mengambil ponsel miliknya, menekan mode kamera lalu diarahkannya pada Sona. Hendak memotret gadis cantik itu namun ia tersentak ketika Sona menatap kearahnya. Yoongi segera mengarahkan ponselnya ke arah lain.
"Kau sedang memotretku?" tanya Sona. Ia sempat merasa kesal karena Pria itu lebih banyak menghabiskan waktunya hanya untuk duduk berdiam diri di atas pasir pantai.
Yoongi menggeleng, "Kau sangat percaya diri."
Sona tersenyum canggung, sempat mengira jika Yoongi hendak mengambil potret dirinya.
"Kalau begitu. Berposelah yang bagus, Sona. Aku ingin mengambil fotomu. Siapa tau saja ada yang berminat untuk membelimu."
Sona lantas mengalihkan pandangannya kepada Min Yoongi yang saat ini tengah mengarahkan kamera ponsel padanya. Memberikan tatapan yang luar biasa tajam, merasa tak terima dengan ucapan yang baru saja Yoongi lontarkan padanya.
Mendengus kesal, "Kau pikir aku ini apa?" tanya Sona menatap sengit pada Yoongi. Betapa kurang ajarnya mulut seorang Min Yoongi.
Yoongi tak peduli dengan Sona yang menatapnya dengan begitu tajam. Ketika angin pantai berhembus dengan begitu kencang, membuat surai panjang Sona berterbangan tepat disaat itulah ia mengambil potret Sona. Gadis itu terlihat cantik, sangat natural. Hasil jepretan itu berhasil membuat senyuman tipis terukir.
"Yak. Min Yoongi kau memotretku ya?" teriak Sona merasa tak terima.
Yoongi meruntuki dirinya, ia lupa mematikan flash pada ponselnya. Dan kini Sona melangkahkan kakinya untuk mendekat pada Min Yoongi yang masih setia duduk di atas pasir pantai. Hendak mengambil ponsel yang berada di genggaman sang Suami guna melihat hasil jepretannya, namun Yoongi telah terlebih dulu memasukkan ponselnya kedalam saku celana.
"Coba aku lihat fotoku." ucap Sona.
Yoongi menggelengkan kepalanya, "Gara-gara mengambil fotomu, ponselku sekarang mati karena kehabisan baterai."
Sona mendengus sebal, "Jangan berbohong. Aku hanya ingin melihat fotonya."
"Ponselku mati karena kehabisan baterai. Lagipula fotomu sangat jelek. Nanti akan ku hapus, untuk apa aku menyimpan foto jelek mu." ucap Yoongi.
Lantas tangan Sona terkepal dengan sangat kuat. Merasa tak terima dengan ucapan kelewat menyakiti yang keluar dari belah bibir Yoongi. Pria itu selalu saja meledeknya, mengatakan dirinya jelek, terkadang juga mengatai dada nya rata. Tentu saja ucapan itu merendahkan harga diri Sona sebagai seorang Perempuan.
Yoongi menyadari perubahan raut wajah Sona yang kini berubah menjadi tak enak. Tangan Perempuan itu terkepal kuat, sinyal tanda bahaya telah berdering keras didalam otak Yoongi saat ini. Ia tahu jika Sona akan meledak sebentar lagi.
"BERHENTI MENGATAIKU, MIN YOONGI." teriak Sona sembari menatap nyalang Yoongi.
Yoongi sedikit tersentak, teriakan Sona benar-benar mematikan. Untung tak terlalu banyak orang berlalu lalang saat ini. Kendati begitu, dua orang pasangan paruh baya yang berada tak jauh darinya kini menatap kearah keduanya.
Yoongi segera bangkit dari duduknya, menarik Sona untuk sedikit menjauh dari kedua pasang mata yang menatapnya dengan pandangan yang begitu menusuk. Mungkin saja pasangan paruh baya itu terusik dengan teriakan Sona yang amat menyakiti gendang telinga tersebut.
"Lepaskan aku." ucap Sona sembari menarik tangannya yang kini di genggam erat oleh Yoongi.
"Kau membuatku malu, Lee Sona." ucap Yoongi sembari menatap tajam pada Sona.
Gadis itu kini terdiam, dapat Yoongi lihat ada air mata yang menggenang di sudut mata Sona.
"Kau selalu mengataiku jelek, dadaku rata. Kau selalu saja menghinaku. Kau pikir aku tidak merasa sakit hati?"
Yoongi stagnan untuk beberapa saat. Matanya menatap lekat pada manik berair Sona. Kenapa gadis bar-bar seperti Sona tiba-tiba saja berubah menjadi baperan seperti ini. Kemana sikap bar-bar Sona pergi?
Kini keduanya terdiam dengan mata yang saling mengisi pandang. Perlahan genggaman tangan Yoongi terlepas, tangannya ia ulurkan untuk menghapus air mata yang turun membasahi pipi Sona.
"Aku minta maaf, Sona." ucap Yoongi. Tak mengira jika ucapan tajamnya bisa melukai Sona seperti ini. Biasanya gadis itu akan membela diri, atau bahkan kembali memaki dirinya.
Sona sempat tersentak ketika dengan tiba-tiba Yoongi menarik tubuhnya untuk direngkuhnya. Sona dapat merasakan detak jantung Yoongi yang berdetak secara brutal di dalam sana. Begitupun dengan Yoongi, ia juga dapat merasakan detak jantung Sona berpacu semakin cepat.
🐣🐣🐣🐣
Tak dapat Chan Yun pungkiri jika kini ia telah merasa begitu kesal dengan kedua pasangan yang terlihat begitu mesra. Jimin dan Keina selalu saja mengumbar kemesraan di depannya. Kedua pasangan kurang ajar itu tak pernah peka terhadap perasaan Chan Yun. Teryata memutuskan untuk ikut berlibur dengan Keina adalah keputusan yang paling dia sesali saat ini. Harusnya ia berada di apartemennya saja. Daripada harus melihat pasangan yang terlihat kian mesra ini.
"Chan Yun. Kau ingin berbelanja apalagi setelah ini?" tanya Keina pada Chan Yun yang kini terdiam dengan hati yang luar biasa panas.
Chan Yun lantas menggeleng, "Aku akan kembali ke Hotel. Kau bisa lanjutkan jalan-jalannya dengan Jimin."
Keina mengangguk, menatap pada dua kantong belanjaan yang kini dibawa oleh Chan Yun. Gadis itu tak mengeluarkan uang sedikitpun saat berlibur, semuanya ditanggung oleh Keina dan sang Suami. Tidak.. Bukannya Keina perhitungan pada Sahabat sendiri, ia sama sekali tak ada pikiran seperti itu. Hanya saja, Chan Yun sudah begitu keterlaluan dengan belanja sebanyak itu tanpa mau mengeluarkan sepersen uang pun. Mengatakan pada Keina jika ia harus menanggung semua biaya saat liburan karena Keina telah menjadi menantu orang kaya saat ini.
"Kalau begitu aku kembali ke hotel, ya. Terima kasih karena telah membelikan aku tas, sepatu, dan banyak baju. Selamat bersenang-senang." ucap Chan Yun sembari melangkahkan kakinya untuk pergi kembali ke hotel.
Jimin memaksakan sebuah senyuman ketika Chan Yun melambaikan tangan kearahnya dan sang Istri.
"Keina. Lain kali tidak usah mengajak Sahabatmu untuk pergi berlibur bersama kita." ucap Jimin ketika Chan Yun sudah berada jauh dari pandangannya.
"Mianhe. Dia memang seperti itu."
Jimin menghela napas kasar, "Dia seperti perampok." ucap Jimin yang langsung mendapat anggukan dari sang Istri.
"Jangan memikirkan dia lagi. Kita lanjutkan saja jalan-jalannya."
Jimin mengangguk, sebenarnya ia masih tak habis pikir dengan kelakuan Chan Yun yang menghabiskan banyak uang nya untuk belanja. Jika saja gadis itu bukan Sahabat dari Istrinya mungkin Jimin sudah menenggelamkannya ke dasar laut terdalam.
