2

347 34 12
                                    



Park Jimin melangkah lebih dulu menuju meja makan. Raut wajahnya terlihat begitu datar saat ini. Rasa kesal akan perlakuan Keina semalam masih saja ia rasakan. Bahkan setelah kejadian Keina menggigit lehernya dengan sangat kuat hingga menimbulkan bekas, tak ada tegur sapa diantara keduanya. Jimin mempertahankan raut wajah datarnya, dan Keina sama sekali tak peduli akan hal itu.

Keina menggeser sedikit kursi makan, laly mendudukan dirinya di samping sang Suami. Tak ada percakapan yang terjadi antara keduanya, hingga membuat Nyonya Park menatap heran pada presensi kedua pasangan tersebut.

Nyonya Park melebarkan matanya ketika maniknya melihat sebuah bekas gigitan yang begitu kentara pada leher putih sang Putra. Namun, buru-buru ia kembali membuat raut wajahnya terlihat setenang mungkin. Ia tak menyangka jika Keina akan seagresif itu setelah menjadi Istri dari Putra semata wayangnya.

"Kalian tidak ingin pergi bulan madu?" tanya Nyonya Park mencoba memecahkan keheningan yang menyelimuti.

Untuk sesaat Keina dan Jimin terdiam sejenak, terlihat Jimin yang sedang nampak berpikir, "Tidak. Aku malas." jawab Jimin dengan raut wajahnya yang kembali begitu datar. Lantaran ia masih merasa begitu kesal dengan Keina. Merasa harga dirinya tersakiti ketika meminta jatah yang seharusnya memang telah ia dapatkan sejak selesainya acara pernikahan keduanya. Namun, Keina selalu saja menolaknya, bahkan sampai menggigit lehernya.

"Eomma rasa kalian sudah terlalu sering melakukannya. Jadi tak perlu pergi honeymoon pun tak masalah bukan. Bukankah dirumah sama saja rasanya?"

Uhukk..

Keina tersedak makanan yang baru saja dikunyah nya. Tak ada niatan dalam diri Jimin untuk mengambilkan sang Istri segelas air putih. Ia hanya terdiam dan fokus pada makanannya.

Keina buru-buru mengambil segelas air putih yang berada disampingnya. Meminum air dalam gelas tersebut hingga tandas tanpa sisa.

"Keina kau kenapa, Nak?" tanya Nyonya Park pada sang Menantu.

Keina menggeleng, "Aku baik-baik saja, Eomma." ucapnya sembari tersenyum begitu lembut.

Manik hitam Nyonya Park menatap pada presensi sang Putra yang terlihat begitu tenang, tak bersuara. Ia sangat tahu bagaimana sikap Jimin. Puteranya itu akan sangat cerewet biasanya, jika Pria itu terdiam pasti ia merasa kesal atau mungkin saja ada masalah diantara ia dan Keina yang coba disembunyikan.

"Kau kenapa?" tanya Nyonya Park, maniknya menatap lekat pada sant Putera yang terlihat begitu datar sembari fokus menikmati makanannya.

"Aku baik-baik saja." jawab Jimin tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.

"Kau ada masalah dengan Istrimu?"

Jimin sempat menarik napas dan menghelanya dengan perlahan sebelum akhirnya menjawab pertanyaan dari sang Ibu dengan raut wajah yang begitu datar, "Aku sangat kesal, Keina menggigit leherku semalam."

Terkutuklah mulut kurang ajar Park Jimin. Seharusnya ia tak membicarakan masalah semalam pada sang Ibu. Hal itu sukses membuat wajah Keina merah padam, antara merasa sangat malu dan kesal.

Nyonya Park terkekeh pelan, "Oh jadi itu bekas gigitan Istrimu." ucap Nyonya Park sembari menatap bekas gigitan yang ada pada leher Jimin. Betapa lugunya Jimin sampai masalah seperti ini saja ia bisa seterbuka ini pada sang Ibu.

Keina menggigit bibir bawahnya lantaran merasa sangat gugup, dalam hati ia sudah menyumpah serapahi Jimin tanpa henti. Jika saja, tidak ada sang Mertua disini, mungkin ia sudah memukul mulut sialan sang Suami. Jimin adalah Pria dewasa berusia dua puluh lima tahun. Tapi kenapa sikapnya masih sangat kekanakan.

My Stupid Boss 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang