Berulang kali Chan Yun mengerjapkan matanya ketika cahaya matahari berhasil masuk melalui celah jendela sebuah kamar bernuansa putih. Ia merasa asing dengan kamar yang saat ini ia tempati, aroma lavender menguar diseluruh penjuru kamar, membuatnya ingat kepada seseorang yang sampai saat ini masih mengisi hatinya. Chan Yun merasa tak asing dengan aroma yang saat ini mengisi indra penciumannya.
"Kim Namjoon." lirih Chan Yun sembari mendudukan dirinya diatas ranjang. Ia sadar jika otaknya sakit saat Pria dengan dimple yang menghiasi senyumannya itu pergi meninggalkannya.
Tubuhnya terkesiap saat pintu kamar terbuka, menampilkan sosok Pria tinggi dengan senyuman manis yang terukir pada bilah bibirnya.
"Kau sudah sadar teryata."
Chan Yun terdiam, maniknya menatap lekat pada Pria manis yang saat ini tengah berjalan mendekat kearahnya.
"Kau siapa? Apa yang kau lakukan disini?" tanya Chan Yun. Sudah dibilang jika otak Kim Chan Yun sudah tak sehat lagi. Bagaimana bisa ia bertanya seperti itu pada Pria yang sudah jelas telah menolongnya semalam.
Chan Yun menatap sekeliling kamar, ia mendapati foto Pria yang saat ini tengah tersenyum lembut padanya itu menempel pada dinding kamar tersebut.
"Aku Jung Hoseok."
Saat Hoseok duduk diatas ranjang, Chan Yun memundurkan badannya hingga punggungnya membentur headboard.
Hoseok mengernyit, "Kau kenapa?" tanya Hoseok bingung. Ia tak mengerti apa yang salah dengan dirinya, gelagat gadis yang ia tolong sangat aneh.
Chan Yun baru menyadari jika jaket hitam yang ia kenakan semalam tidak lagi menempel pada tubuhnya, hanya menyisahkan baju dengan lengan pendek.
"Kau yang kau lakukan padaku semalam?"
"Apa?" tanya Hoseok cengo, pasalnya ia tak melakukan apapun pada gadis yang saat ini tengah menatap tajam pada dirinya tersebut. Ia memang bejat, tapi tak sampai setega itu mencabuli seseorang yang sedang dalam keadaan mabuk berat.
"Kau apakan aku semalam?" tanya Chan Yun dengan mata yang berkaca-kaca.
Hoseok terdiam untuk sesaat, tentu saja ia tak terima dituduh seperti ini. Ia sudah berbaik hati menolong gadis yang sedang mabuk berat, menggendong tubuh beratnya keluar dari dalam club. Chan Yun tak mungkin tahu bagaimana perjuangan seorang Jung Hoseok saat menggendong tubuh beratnya sampai akhirnya bisa sampai di apartemennya yang berada di lantai lima belas, biar hanya Hoseok saja yang tahu. Gadis cantik itu tak perlu tahu, karena jika ia sampai tahu, pasti ia akan sangat merasa bersalah.
"Aku tidak melakukan apapun padamu, sungguh. Aku hanya berniat menolongmu." jawab Hoseok.
"Lalu kenapa kau melepas jaketku?" tanya Chan Yun.
Hoseok menghela napas panjang, lalu setelahnya berucap, "jaketmu bau alkohol. Baunya sangat menyengat, jadi aku melepas jaketmu."
"Mianhe." cicit Chan Yun. Ia merasa malu saat ini, Pria manis bermarga Jung itu telah menolongnya namun ia malah menuduhnya yang tidak-tidak.
Hoseok tersenyum begitu lembut, "tak apa. Aku buatkan segelas susu ya, agar badanmu sedikit enakan."
"Gomawa."
Hoseok mengangguk, setelahnya ia beranjak dari atas ranjang. Melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamarnya. Meninggalkan Chan Yun yang masih terdiam diatas ranjang dengan mata yang berkaca-kaca.
"Dia telah menolongku, tapi aku malah menuduhnya yang tidak-tidak." monolongnya, ia mengusap kasar wajahnya. Semenjak kepergian Kim Namjoon semuanya terasa berubah, ia sendiri sadar akan hal itu. Chan Yun ingin kembali ke kehidupannya yang semula. Otaknya sakit, pun hatinya yang terasa seperti mati rasa. Ia seperti tak dapat merasakan apapun lagi selain rasa sakit karena kepergian Kim Namjoon.
🐸🐸🐸🐸
Min Yoongi kembali melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam kamar setelah sadar jika ponsel miliknya tertinggal diatas nakas. Tangannya ia ulurkan untuk membuka pintu kamar yang kini ia dan sang Istri tempati.
"Yoongi-ah. Cepat balik badanmu." ucap Sona dengan nada suara yang meninggi. Membuat Yoongi terkesiap, matanya membulat saat melihat Sona yang hanya mengenakan sebuah bra berwarna merah muda dan dalaman berwarna hitam.
Dengan cepat Sona menyilangkan tangannya di dada. Ia hendak mengganti baju saat Yoongi dirasa telah pergi ke kantor. Namun, Pria itu malah kembali lagi ke kamarnya disaat dirinya hanya mengenakan sebuah bra dan celana dalam.
"Min Yoongi. Cepat tutup matamu, atau aku akan membunuhmu." ucap Sona kesal, wajahnya sudah merah padam menahan malu.
Yoongi terkekeh, "Untuk apa? Aku sudah terlanjur melihatnya. Lagipula kau tak menarik sama sekali." ucap Yoongi sembari melangkah mendekat pada sang Istri. Ada getaran hebat yang mengalun hebat di dadanya. Bukankah ia sudah terbiasa melihat hal seperti ini. Bahkan Yoongi sudah berulang kali melakukannya dengan jajaran mantan kekasihnya dulu. Tapi kenapa saat melihat Sona seperti ini rasanya sangat berbeda.
Kedua pipi Sona merah dengan degup jantung yang tak karuan. Sedangkan Yoongi terlihat begitu santai berjalan melewatinya, mengulurkan tangannya untuk mengambil ponsel miliknya yang berada diatas nakas.
Kembali terkekeh pelan ketika mendapati presensi Sona yang masih berdiri dengan menyilangkan tangannya di dada. Ini adalah pemandangan yang sangat indah di pagi hari, ia dapat melihat dengan jelas kulit mulus tanpa noda milik Sona.
"Aku tidak tertarik, Sona. Milikmu sangat kecil." ucap Yoongi meremehkan.
Sona ingin sekali menyumpal mulut Yoongi dengan vas bunga yang berada diatas meja, namun itu tak mungkin ia lakukan mengingat keadaan yang begitu genting saat ini.
Yoongi segera melangkahkan kakinya untuk keluar dari dalam kamar, karena merasakan panas pada tubuhnya.
Sona dapat mendengarkan dengan sangat jelas suara pintu yang dibanting tertutup dalam sentakan kasar membuatnya berjengit kaget.
"Min Yoongi, sialan." ucapnya geram. Ia segera mengambil pakaiannya yang berada diatas ranjang, dengan gerakan cepat ia segera memakainya. Tangannya saat ini gemetar hebat, kedua pipinya terasa memanas. Mulutnya berkomat-kamit menyumpah serapahi Pria yang berstatus sebagai Suaminya tersebut.
"Kenapa dia tidak mengetuk pintu terlebih dulu."
Sona masih saja terus mengomel, padahal sudah jelas jika Yoongi tak berada di situ. Ia berbicara sendiri layaknya orang tak waras.