"Abang"
Pemuda itu menatap bengis pada seseorang yang baru saja memanggil dirinya Abang.
"Cih"
Pemuda itu kemudian pergi tanpa memperhatikan anak tersebut.
Anak kecil tersebut sedih karena Abangnya tidak menanggapi dirinya.
"Sudah abang mungkin capek Lin main sama Abang Ice aja yuk",Ice.
"Oke"
"Jangan sedih nanti Abang belikan eskrim",Solar.
"Benarkah"
"Iya",Solar.
******
"Sebenci itu kau sama dia salah Lintar apa dia masih kecil?",Solar.
"Karena dia aku kehilangan segalanya karena kelahirannya merupakan bencana terbesar yang pernah ada"
"GEMPA CUKUP tolong kepergian Mama tidak ada kaitannya dengan kelahiran Halilintar",Solar.
"Ada KARENA DIA LAHIR MAMA MENINGAL DUNIA DAN PAPA PERGI DENGAN WANITA LAIN KARENA DIA LAHIR AKU TIDAK BISA BAHAGIA KELAHIRANNYA HANYA MEMBAWA KESENGSARAAN BAGIKU"
"GEMPA CUKUP!!"
Halilintar yang tidak sengaja mendengar semua itu hanya bisa menunduk sedih.
"Lin ngapain disini katanya mau beli eskrim Upan juga mau",Taufan.
"....."
"Lintar"
"Pasti karena abang ya biar Upan marahin Abang"
"Jangan"*menarik tangan Taufan*.
"Sebagai Abang Upan gak mau lihat Lin sedih Abang akan berusaha membuat Halilintar bahagia apa pun yang terjadi"
"Padahal kan cuma beda 5 menit",Blaze.
"Ya biarin yang terpenting aku tertua",Taufan.
"Abang Gempa yang tertua tau",Duri.
"Dia gak pantas jadi Abang kita",Taufan.
"Setuju",Blaze.
"Tapi Abang Gempa baik kok sama Duri",Duri.
"Karena lu adik kesayangannya",Blaze.
Halilintar hanya diam dan menunduk sedih.
******
Halilintar mengerti seharusnya ia tidak ada saat itu kelahiran Taufan merupakan satu-satunya diharapkan oleh kedua orang tuanya.
Tapi Halilintar hadir disaat yang tidak terduga karena mama mereka tidak pernah sedikitpun memeriksakan kandungannya.
Alhasil karena lahirnya Halilintar mama mereka meninggal karena kehabisan darah.
Gempa menyalahkan Halilintar atas kepergian mamanya tapi Gempa sangat sayang pada Taufan aneh bukan.
"Hei bocah pembunuh"
Halilintar mendongak menatap Abangnya ia memperhatikan sekitar tidak orang dirumah yang lainnya sedang pergi membeli eskrim.
"Hiks..ampun"
Pintu tertutup dan menyisakan suara teriakan kesakita dari si Halilintar anak yang baru berusia 5 tahun tersebut.
*******
"Aduh sakit hiks..hiks..hiks"
"Sakit ya maaf",Duri.
"Lintar mau mati aja hiks..hiks.."
"Jangan gitu hiks..hiks.. nanti Duri sedih kalau gak ada Lin hiks...hiks..."
"Lin gak kuat sakit"
"Lin pengen buat bang Gempa bahagia kan harus semangat",Blaze*memberi semangat*.
"Iya"*menghapus air mata*.
"Makasih bang Laze"
"Sama² panggil aja Blaze kita seumuran",Blaze.
"Baiklah"
******
Halilintar pulang sendirian hari ini karena abang² mendadak ada keperluan hanya Gempa yang tersisa tapi jangan harapkan Gempa.
"Hei adik kecil"
Halilintar membalikkan badannya disana terlihat dua orang dengan pakaian seperti preman.
"Mau apa?"
"Kita mau ngasih permen ni"
"Bukannya kita ingin menculik anak itu ya bos?"
"Eh diamlah"
Halilintar segera pergi merasa kedua orang tersebut bukanlah orang baik.
Ia terus berlari namun tersandung dan terjatuh kakinya terkilir sehingga tidak dapat berdiri.
"Dapat pun kau"
"JANGAN"
"HAI APA YANG KALIAN LAKUKAN"
Mereka bertiga menoleh disana terlihat seseorang dengan pakaian serba ungu hitam dan memakai kaca mata.
"Siapa kau?"
"Tidak perlu tau siapa aku lepaskan anak itu kalau tidak ingin menyesal"
"Dikira kita takut apa Probe lawan dia"
"Baik bos"
~Bug Pag bug pag~
"Aduh ampun lari Probe"
"Dasar penjahat amatir"
Pemuda itu menatap Halilintar membuat Halilintar takut.
"Eh jangan takut Abang orang baik siapa namamu?"*mensejajarkan tinggi dengan Halilintar*.
"Halilintar"
"Baiklah Halilintar ayo Abang antar ke rumamu"
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
BoBoiBoy Story Elemental (Tuntas)
FanfictionDaftar Cerita Lengkap! Kisah para Boel dari mulai happy, funny sampai angst sekali pun ada di sini. Happy Reading