Yap dapat request lagi ya udah kita gas kan yuk
MwildanFawaizTetap enjoy
*****
Beberapa orang mungkin saja memiliki sebuah phobia terutama dengan bocah berusia 6 tahun ini, Halilintar namanya ketakutannya akan sebuah balon menyebabkan ia sering sekali dijahili oleh kakak-kakak nya.
"Huwaaaa hentikan itu", Halilintar.
"Ayolah masa kau takut dengan ini",Blaze*memegang tali balon*.
"Dasar penakut",Taufan*juga memegang balon*.
"Huaaa"
~Bruk~
"Ah LINTAR"
******
Halilintar menatap kakinya yang terlilit oleh perban jatuh dari tangga membuat kakinya patah tulang sehingga harus di pasang gips.
"Hehehe maaf Lin",Taufan
Halilintar membuang wajahnya ke arah lain enggan menatap kakaknya tersebut.
"Masih marah ya",Taufan.
"Tentu saja dia marah dasar payah kau membuat kakinya patah tulang",Ice.
"Kami tidak sengaja",Blaze.
"Tidak sengaja menurutku itu sebuah kesengajaan",Solar.
"Sudah kami bilang itu sebuah kecelakaan",Taufan.
"Disuruh jaga adik malah buat adik kecelakaan apa berhak kau mengatakan hal itu",Solar.
"Kata²mu penuh dengan intuisi sekali ya",Blaze.
"DIAM,kalau kalian tidak memiliki pekerjaan selain mendebatkan hal yang tidak penting lebih baik keluar",Gempa*membuka pintu mengusir mereka*.
~Blam~
"Lin gak papakan"
"Hiks..hiks.. Lin takut"
"Hah?"
*******
Sudah tiga bulan berlalu kaki Halilintar juga perlahan membaik tapi mimpi buruk itu tidak pernah hilang dari alam bawah sadarnya.
Sudah beberapa bulan ini Halilintar tidak pernah tidur nyenyak seolah mimpi itu terus² saja menghantuinya.
"Lin awas",Gempa*menarik Halilintar yang hampir tertabrak mobil*.
"Lintar kalau jalan fokus",Gempa*nasihat Gempa*.
Halilintar hanya diam Gempa yang melihatnya hanya menghela nafas.
"Kalau bang Upan tau dia pasti akan memanggilmu mata panda 🐼😂",Gempa.
"Itu tidak lucu", Halilintar.
"Ya ampun Lin,jadi kenapa kau tidak tidur Duri bilang kau bergadang ",Gempa.
😒Apa kau bermain game lagi🙄
"Aku bukan Blaze", Halilintar.
Gempa lalu menunduk mensejajarkan tingginya dengan Halilintar dan mengusap kepala Halilintar pelan.
"Ada apa? Kau mau cerita?"
Halilintar menggeleng Gempa hanya bisa tersenyum simpul adiknya ini bener² sangat misterius.
"Baiklah ayo pulang Abang akan memasakanmu kue coklat kesukaanmu"
"...."
******
Halilintar berkali² menguap di meja makan bahkan ia sudah terhantuk² beberapa kali ke meja tapi ia tetap menahan rasa kantuknya.
"Psstt ada apa dengannya",Solar*bertanya pada Duri*.
"Dia bergadang lagi aku bahkan sudah menyuruhnya untuk tidur tapi tetap saja ia tidak tidur",Duri*sekamar dengan Halilintar semenjak insiden itu*.
*******
Halilintar menatap sekitarnya disini benar² gelap dan hanya ada Halilintar seorang.
Dia berusaha memanggil yang lainnya tapi suaranya hilang.
"Halilintar"
Lalu muncul sosok balon dari dasar tanah.
"I am coming"
"Kyaaaaa"
******
"Lintar bangun",Gempa*berusaha membangunkan adiknya*.
Halilintar membuka matanya dan menatap sekitar lalu memeluk Gempa kemudian menangis.
"Why you cry?"
Halilintar hanya diam dan memeluk erat Gempa, Gempa hanya bingung dengan keadaan Halilintar.
"Tidak apa ada Abang disini",Gempa.
"Apa kita berlebihan?",Blaze*dipintu*.
"Baru nyadar lu Kompor?",Solar.
"Lu kalau gak suka sama gue bilang jangan bikin sakit hati napa?",Blaze.
"Elu sih gak peka",Solar.
"Hah?"
*******
Halilintar menatap trotoar dengan wajah yang sulit ditebak.
"Hai"sapa seorang gadis kecil dan ia membawa sebuah balon ditangan kanannya.
Halilintar berjalan mundur ke belakang menjauhi gadis tersebut membuat sigadis heran.
"Kenapa mundur emang tukang parkir?"
Halilintar hanya diam lalu menatap tajam ke balon yang sedang dipegang oleh gadis tersebut.
"Kau mau ambilah"
"No"
"Kau takut ya masa laki² takut dengan balon"
"Aku tidak takut"
"Masa lalu kenapa kau mundur?"
"I not affraid oke"
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
BoBoiBoy Story Elemental (Tuntas)
Fiksi PenggemarDaftar Cerita Lengkap! Kisah para Boel dari mulai happy, funny sampai angst sekali pun ada di sini. Happy Reading