Malam yang Panjang

169 22 7
                                    

Tidak ada waktu bagi si robot untuk memproses pikirannya. Yang ia perlukan saat ini adalah menemukan gadis itu.

Si robot menampakkan kakinya perlahan. Membuat suara sekecil mungkin.

Bangunan itu begitu gelap. Namun bukan masalah besar bagi dirinya. Ia menyusur tiap-tiap ruangan yang ada. Berharap segera menemukan gadis tersebut.

Raungan mulai terdeteksi kembali. Bersaut-sautan seakan tak akan berhenti.

Raungan itu berasal dari lantai dua bangunan. Tidak perlu untuk mengecek jumlah White face yang ada karena sudah dipastikan mereka begitu banyak. Suara ramai yang mereka ciptakan sudah menjadi bukti kuat jumlah dari keberadaan mereka.

Hiks... Hiks... Hiks...

Lebih dalam si robot menyusur ruangan lantai satu. Dia mulai mendeteksi tangisan. Dengan perlahan mendekat ke sumber suara.

Kreekkkkkkk...

Denyit pintu kayu terbuka. Hal ini dapat menjadi masalah apabila sampai terdengar mahkluk-mahkluk itu.

Si robot menodongkan senapan sembari berjalan masuk ke sebuah ruangan.

Gadis tadi berada tepat dipojok ruangan. Air mata terus mengalir tak henti-hentinya. Memeluk erat boneka beruang adalah satu-satunya hal yang ia bisa lakukan.

Gadis itu ketakutan.

Si robot berlutut dan menjulurkan tangan besinya.

"Jangan takut. Biarkan aku menjaga dirimu."

Tak menghiraukan perkataan si robot, gadis itu terus memeluk bonekanya.

Si robot tahu bahwa waktu yang ia miliki tidak banyak. Cepat atau lambat mahkluk-mahkluk itu akan segera menemukan mereka berdua.

Rasa takut yang gadis itu miliki terpancar jelas. Layaknya sebuah aroma manis di udara, White face dapat menciumnya.

Mahkluk-mahkluk itu mulai merasakan detak jantung si gadis yang berdetak kencang. Suara tangisan si gadis juga mulai membangkitkan nafsu berburu yang White face miliki. Serta aroma manis dari rasa takut di udara benar-benar menggugah selera.

"Kita tidak punya banyak waktu."

Sekali lagi si robot mencoba untuk membujuknya, namun gelengan kepalalah yang ia dapatkan sebagai jawaban.

Hrooooorrr...

"Mereka disini!"

Tidak ada pilihan lain. Si robot segera menarik tangan gadis itu. Mereka berdua berlari keluar dari ruangan itu.

Tepat dari tangga, gerombolan mahkluk buas itu muncul.

Pertama-tama mahkluk-mahkluk itu berjalan tegak layaknya manusia biasa. Namun ketika rasa takut dari si gadis kembali tercium di udara mereka mulai berteriak kencang.

Mereka mulai berlari seperti binatang dengan kaki dan tangan mereka. Kaki dan tangan yang tumbuh panjang mempercepat langkah yang diambil. Membuat mahkluk-mahkluk ini dapat bergerak dengan merangkak cepat.

"Ahhhhhh!!! Apa itu!" Teriak gadis itu.

Tidak ada waktu untuk di sia-sia kan. Mahkluk-mahkluk itu bergerak dengan cepat hendak memangsa.

Si robot kembali menarik lengan gadis itu untuk mengikuti dirinya keluar dari bangunan gelap tersebut.

Hrorrrrrrrr....!!!!

"AHHHHHH!!!"

Satu White face menghalang jalan keluar dari bangunan. Mahkluk itu berdiri dengan kedua kakinya yang panjang.

[Target dikonfirmasi!]
[Tembak! ]

Dalam satu kediapan mata, robot tersebut sudah berada diposisi untuk menembak.

Satu peluru melesat kencang menembus kulit dari White face yang menghalangi. Melumpuhkan mahkluk itu seketika.

Namun suara kencang yang peluru itu hasilkan menjadi ancaman baru.

White face mulai bermunculan dari tempat persembunyian mereka yang gelap. Mereka mulai keluar dari gorong-gorong serta bangunan yang gelap.

Bukan waktunya untuk diam saat ini. Robot itu harus bergegas apabila hendak menyelamatkan si gadis.

Mereka berdua kembali berlari di gelapnya malam. Jalan raya yang sudah tidak terawat menjadi tantangan tersendiri. Retakan serta lubang yang ada dapat menjadi ranjau untuk menghambat pelarian mereka berdua.

Ketika si gadis menoleh kebelakang, ratusan bahkan ribuan White face mengejar mereka berdua. Mahkluk-mahkluk itu memenuhi jalanan, beberapa dari mereka melompat jatuh dari jendela gedung yang tinggi.

Robot tersebut kemudian menggendong si gadis. Layaknya seorang Ksatria kerajaan yang menggendong tuan Puteri.

Si robot tahu bahwa meskipun kaki besinya mampu menempuh jarak yang jauh, ia berbeda dengan gadis itu.

Namun dalam artian lain, ia juga tidak dapat meraih senapan yang kini ia selempang kan di bahunya.

Itu bukanlah masalah besar selama si robot terus berlari. Namun tanpa sadar sebuah masalah baru muncul.

[Bahan bakar tersisa 18%]


GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang