Mesin Melawan Mesin

44 10 3
                                    

"Eva! Lari!" Teriak Arto tiba-tiba.

Tidak ada waktu untuk membalas Arto. Eva berlari seperti apa yang Arto minta. Melihat sekilas kebelakang, Doominator sudah berada pada posisi menembak.

Mesin perang itu mengunci target yang berada di hadapannya. Ketika ia membidik, keempat kaki mekanisnya mulai meninggi. Kaki-kakinya yang besar mencengkram tanah secara kuat. Ia perlu sebuah tumpuan yang kuat sebelum menembak.

Whooshh....!!!

Sebuah peluru melesat di atas Arto dan Eva. Begitu cepat hingga nyaris tak kasat mata. Peluru itu bergerak menebas angin yang ada. Menghasilkan suara yang nyaring.

"Berhenti!" Teriak Arto kembali. Robot humanoid itu tahu bahwa satu langkah lagi maka mereka berdua akan masuk kedalam daerah ledakkan peluru tersebut.

DOOMMMMM..!!!

Peluru tersebut meledak beberapa meter di depan Arto dan Eva. Gelombang kejut yang ada berhasil membuat Eva terjatuh. Sebuah kobaran api dihasilkan dari ledakan peluru tersebut.

Itu seperti Doominator menutup jalan keluar mereka berdua. Mesin perang itu seakan-akan memiliki kecerdasan buatan. Tidak. Itu lebih terlihat seperti alat pembidik mesin itu yang sudah rusak.

Moncong meriam Doominator bergerak ke kanan dan ke kiri. Seolah-olah kebingungan untuk menembak antara Arto atau Eva. Adapun sebenarnya satu peluru saja dapat meledakan keduanya sekaligus. Namun mesin itu tidak mampu untuk menembak tanpa satu target yang ia kunci.

Arto segera membantu Eva berdiri. Ia tidak boleh membuang satu detik pun. Setiap waktu yang ada pada medan pertempuran sangatlah berharga.

Eva dan Arto kembali berlari ke arah lainnya. Sementara itu Doominator sudah menetapkan targetnya. Kali ini ia mengunci kepada gadis itu.

Seperti sebelumnya, mesin itu mengambil tumpuan kuat. Keempat kakinya meninggi, memberi ruang antara tanah dengan badan utama.

DOOMMMM...!!!

Ledakan kembali terjadi. Arto dan Eva tersungkur akibatnya. Meskipun tidak akurat, peluru yang Doominator tembakan memiliki gelombang kejut yang menjangkau daerah sekelilinginya.

"Eva! Eva! Apakah kamu tidak apa-apa? Apakah kamu terluka?" Arto segera menghampiri tempat Eva terjatuh dan membantu gadis itu kembali.

"Sa-Sakit."

Kedua lutut gadis itu terluka akibat terjatuh. Gadis seumuran Eva hanya dapat menangis karena tidak tahan dengan rasa perih yang ada. Gadis itu menangis.

Eva...

Menangis...

Ia tidak bahagia.

Tapi aku sudah berjanji.

Selama mesin ini berderu,

Tidak akan ada yang merenggut kebahagiaan nya.

Neraka ini... Tidak layak mengambil kebahagiaan Eva!

Dari balik kobaran api nampak bayangan Doominator. Mesin perang itu bergerak mendekat. Dari balik kepulan asap tebal, moncong meriam Doominator menampakkan diri.

Berlari bukanlah jalan keluar untuk situasi saat ini. Maka dari itu, Arto segera mengokang senapannya. Ia akan menghadapi mesin perang tersebut.

Pertarungan antara dua pendominasi medan perang kembali terjadi. Arto dengan senapannya dan Doominator dengan meriamnya. Mesin melawan mesin.

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang