Sarapan

35 6 1
                                    

Malam itu terganti dengan cepat.

Matahari menyingkirkan langit gelap bertabur bintang. Begitu pula dengan rembulan yang terang.

Hari ini akan menjadi hari yang panjang. Dimana mereka bertiga harus menemukan bunker sebelum penyakit Eva semakin parah.

Salju masih saja turun seperti hari kemarin. Akan tetapi itu tidak dapat dijadikan alasan untuk berdiam diri.

Sam menguap kemudian menggosok kedua matanya. Segera dia bangun dari tumpukkan salju yang mengubur dirinya.

Ada sedikit rasa khawatir pada diri Sam untuk terlelap didekat Arto. Sam berpikir bahwa dirinya bisa saja dihabisi saat tidur tadi. Akan tetapi prasangka itu tidak benar adanya karena pagi ini, ia masih bernapas.

Berbicara mengenai Arto, robot itu tidak terlihat disekitar daerah api unggun. Membuat sebuah pertanyaan muncul di benak pria itu.

"Kemana perginya robot sialan itu?"

Sam tidak terlalu mempermasalahkan hal itu.

Baginya itu adalah hal yang baik daripada harus berurusan dengan robot humanoid yang meresahkan.

"Pada akhirnya kamu kabur juga, Arto." Ujar Sam yang kemudian diikuti dengan tawa kecilnya.

Sam menganggap bahwa saat ini adalah kesempatan yang baik untuk pergi.

Sam segera meringkas peralatannya dan memanggul tas ranselnya.

"Bangun Eva, kita akan segera pergi." Bisik pria itu kepada Eva yang masih tertidur pulas.

Gadis itu bangun dengan kedua mata sayunya, "Ar-Arto?"

"Bukan! Ini Sam."

"Di-uhuk-Dimana Arto?" Kata gadis itu sembari melihat ke sekelilingnya.

"Dia pergi meninggalkan-"

"Bohong!" Potong Eva, "Arto sudah berjanji untuk tidak pergi!"

"Lalu... Dimana dia saat ini? Arto mengingkari janjinya."

"Tidak! Tidak!" Ujar Eva menyangkal, "Ia tidak akan pergi begitu saja."

Eva nampak begitu lemas. Kulitnya juga semakin pucat. Gadis itu harus segera mendapatkan pengobatan.

"Dengarkan aku, Eva! Kita harus segera ke bunker itu."

"Kita tidak akan pergi tanpa Arto." Balas gadis itu menolak, "Jangan bilang padaku, kamu akan meninggalkan Arto kembali?"

"Sudah! Lupakan saja tentang Arto!" Kata Sam sembari menarik tangan gadis itu.

Terdengar suara langkah kaki yang berat berasal dari balik semak belukar. Hal tersebut menarik perhatian Sam dan Eva.

Arto muncul dari balik semak-semak, "Kita tidak akan pergi sebelum sarapan."

"Arto?" Tanya Sam heran.

"Arto!" Sambut Eva gembira.

Dua buah reaksi yang berbeda ditunjukkan kepada sosok yang sama.

Arto kembali dari perburuan dengan membawa seekor kelinci berbulu putih yang telah mati tertembak.

"Dan aku menemukan ini." Kata Arto sembari melemparkan sesuatu dihadapan Sam.

Sam segera menangkap benda tersebut. Kecepatan reaksi yang bagus.

Itu adalah sebuah roti yang sudah berjamur yang dikemas pada kemasan plastik.

"Apa maksudmu, Arto?!" Tanya Sam dengan kesal.

"Oh! Jangan tanya padaku." Balas Arto, "Aku hanya robot yang tidak mengerti perasaan manusia."

"..."










GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang