Tamu Lain

24 4 2
                                    

Ketika Sam tengah sibuk dengan tugasnya sendiri, ada cerita lain yang belum diceritakan. Arto, Boy, Anna, dan Jill terpisah dengan Eva dan Jessy.

Ini adalah kejadian setelah Jessy yang terbesit oleh amarahnya mendorong Eva hingga terjatuh beberapa lantai. Para mahkluk mutasi yang kian mendekat, memaksa mereka semua untuk masuk ke lorong pada lantai masing-masing.

"K-Kita mau kemana?" Boy mencoba mengambil keberanian untuk bertanya, "... Tuan Arto?" Tambah lelaki itu setelah memberikan jeda beberapa detik.

Lelaki itu masih belum berbicara dengan santai setelah kejadian yang baru saja ia lihat. Tidak akan ada orang yang mau berbicara dengan orang yang telah menodong dengan senapan.

Anak-anak melihat keberadaan Arto sebagai ancaman, namun tidak ada pilihan lain untuk mengikuti robot itu. Setidaknya, mereka tahu bahwa ada yang dapat mereka andalkan ketika keadaan makin tidak terkendali.

"..." Tidak ada jawaban dari robot itu. Dia hanya berjalan menelusuri lorong.

"Hei!" Panggil Anna, "B-Boy sedang bertanya! Jangan diam saja!"

Arto menghentikan langkah kakinya, kemudian berbalik kepada ketiga anak yang mengikuti dirinya, "Kalian mengapa mengikuti aku?"

"Kamu yang menempatkan kami dalam posisi ini, tahu!" Ucap Anna dengan ketus.

"An-Anna, sudah.." Boy kemudian berdiri diantara mereka berdua. Lelaki itu tahu bahwa Arto tidak akan segan-segan mengeluarkan senapannya lagi .

"Aku tidak menempatkan kalian pada situasi ini." Balas robot itu sembari mengangkat sedikit senapan kosongnya sebelum memutar badannya kembali.

Anak-anak sedikit waspada dengan apa yang Arto pegang. Meskipun, senapan itu sudah tidak berpeluru, anak-anak belum menyadari hal itu. Lagipula, sebuah senapan bukanlah sesuatu yang sering anak-anak lihat dalam kehidupan sehari-hari.

"Teman kalianlah yang menyebabkan semua ini. Emosinya yang tidak terkendali menghasilkan perbuatan bodoh." Lanjut Arto, kemudian dia berjalan kembali di lorong.

Anna dan Boy hanya berdiri lesu mendengar ucapan robot itu. Mereka berdua nampak tidak berani untuk menyanggah apa yang Arto katakan.

Akan tetapi, Jill tidak sependapat. Dia berdiri diam pada barisan belakang, "Kamu salah! Kakak Jessy adalah kakak yang baik! Jill tahu akan hal itu."

Anna dan Boy melihat keberanian dari gadis muda itu. Mereka berdua saling berpandangan satu dengan lainnya sebelum akhirnya memutuskan untuk bergabung untuk membantu Jill.

"Kak Jessy selalu ada ketika kami membutuhkan bantuan. Dia adalah orang yang mengumpulkan kami bertiga di bunker ini." Boy mulai beralasan.

Anna ikut menambahkan, "Betul! Dia juga baik. Ketika aku bilang baik, itu berarti sangat-sangat baik. Selain itu, dia adalah orang yang pandai. Bahkan dia dapat membuat obor dengan bahan-bahan yang dia temukan."

Ini adalah perdebatan tiga melawan satu. Arto benar-benar dibuat kewalahan menghadapi anak-anak itu. Akan tetapi, Arto tetap memegang teguh pendiriannya.

"Omong kosong!" Bantah cepat robot itu, "Jika memang benar orang itu baik, mengapa dia mencekik dan menjatuhkan Eva?"

Boy menyanggah kembali apa yang Arto katakan, "Dia tidak mencekik! Dia hanya..." Lelaki itu kemudian menggaruk rambutnya, "Ee... Benar! Dia hanya menarik kerah bajunya."

"Itu adalah hal yang serupa."

"Tidak! Kedua hal itu benar-benar berbeda!"

Anna ikut dalam perbincangan dengan sebuah pertanyaan, "Lalu bagaimana denganmu? Apakah menodongkan senapan itu hal yang baik? Aku rasa tidak..."

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang