Kembali Sadar

39 6 1
                                    

"Ahh, sial! Kepalaku sakit!"

Sam terbangun dari pingsannya. Mendapati dirinya kini berada di sebuah kursi kemudi mobil.

Sam sadar bahwa di sekeliling mobil itu benar-benar gelap. Tidak ada cahaya matahari yang masuk. Begitupula dengan lampu terowongan yang sudah lama tidak aktif.

"Sudah bangun, tuan puteri?" Kata seseorang, mengejutkan Sam.

Arto berada di kursi penumpang di belakang Sam. Eva tertidur pulas dengan bersandar tepat disamping robot itu.

"Sialan!" Sam menghela napas singkat, "Kamu membantu ku lagi."

"Sudah berapa lama aku kehilangan kesadaran?" Tanya Sam sembari menoleh ke kursi penumpang belakang.

"Kamu bisa lihat sendiri. Tidak ada matahari yang terlihat." Balas Arto.

"Seharian? Efeknya semakin parah."

Arto sadar bahwa pria itu menyembunyikan sesuatu. Namun Arto tidak terlalu memperdulikan masalah seseorang yang membencinya.

Dilain sisi, Sam ingat akan suatu hal. Lantas ia menggulung lengan jaketnya. Sam mendapati bahwa luka cakar dari White face sudah mengering.

Sesuatu yang sama dari luka dibahu.

Mendapatkan efek kehilangan kesadaran yang sama. Namun dengan durasi yang lebih panjang.

Karena Sam semuanya menjadi berantakan. Durasi perjalanan yang seharusnya sudah hampir selesai harus tertunda seharian penuh.

Akan tetapi itu bukan sepenuhnya salahnya, karena ia tidak pernah menginginkan hal semacam ini terjadi.

"Kita harus melanjutkan perjalan." Ucap Sam dengan antusias.

"Tidak bisa." Balas Arto cepat, "Hari sudah malam, dan Eva sedang tidur."

"Aku benci mengatakan ini, namun..." Sam menghela napas sekali lagi, "Aku rasa kamu benar, Arto."

Sam kembali menghadap kedepan.

Dirinya merasa aneh. Kedua matanya terasa berputar terus menerus. Sedikit ada rasa pening yang terasa namun tetap dapat ditahan.

Untuk beberapa saat kedua mata Sam terpejam guna menghilangkan rasa pening di kepalanya.

Semuanya menjadi hening. Gelap dan suram. Tidak ada yang terdengar selain suara deru pelan mesin Arto.

Akan tetapi Sam kembali menghadap ke belakang. Kini dengan sepucuk pistol yang diarahkan ke Arto.

"Apakah kamu takut akan kematian?"

Arto melirik ke ujung pistol yang Sam todongkan. Kemudian dengan dingin Arto menjawab, "Tidak."

Sam tersenyum ringan.

Kemudian secara perlahan Sam mengubah arah pistolnya. Menodong Eva yang tertidur pulas di samping Arto.

"Bagaimana dengan dia? Apakah kamu ta-"

"Apa yang kamu lakukan Sam?!" Potong Arto tiba-tiba.

Sam berdengus, "Sudah kuduga."

Sam menarik pistolnya kembali.

"Apa maksudmu tadi?!" Tanya Arto heran, menuntut jawaban.

Sam kembali menghadap ke depan. Membuang mukanya dari Arto.

"Sebuah robot pembunuh yang tidak takut kehilangan hidupnya, namun tidak dengan nyawa seorang gadis."

"..."

"Kamu ini apa, Arto? Siapa dirimu? Mengapa gadis itu berharga bagimu?"

Arto menoleh ke Eva. Melihat wajah gadis yang cantik. Tertidur pulas disamping dirinya.

"Aku... Hanya robot yang kesepian yang ingin melihat Eva menemukan kebahagiaan."







GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang