Malam Penuh Bintang

40 5 2
                                    

"Bukankah ini sudah terlalu larut untuk gadis seusiamu?" Tanya Sam untuk membuka obrolan kembali setelah sekian lama diam dalam hening.

"Tidak." Gadis itu menggeleng, "Aku belum menemukan Tuan Teddy!"

Gadis itu mulai beranjak dari tempat duduknya kemudian menyisir di sekitar api unggun.

"Apalagi yang kamu cari, Eva?"

"Boneka ku! Boneka beruang cokelat yang menggemaskan."

Eva mulai membuka tas ransel Sam, berharap ada sebuah keajaiban pria itu membawanya.

"Hentikan itu, gadis menyusahkan! Aku tidak membawa bonekamu."

"Kamu... Apa?!"

Eva memberikan wajah cemberut dihadapan Sam.

"Aku tidak membawanya! Apakah kamu tuli?"

"Lagipula itu hanya boneka. Kamu tidak perlu sampai seperti ini." Ujar Sam yang mencoba membenarkan tindakannya.

Eva kembali ke batang kayu, tempat duduknya tadi.

Sekilas Sam melihat wajah gadis itu yang murung.

"Itu bukan sekedar boneka. Itu adalah kenang-kenangan dari ibuku."

"Ibumu? Apakah Amanda yang kamu maksud?" Tanya Sam.

Gadis itu mengangguk, "Kamu mengenalnya?"

"Amanda. Memang harus aku akui dia sosok yang lembut dan penyayang."

Sam melempar sebuah ranting kecil yang kering ke api unggun.

Kemudian pria itu menghela napasnya.

"Tetapi aku tidak habis pikir. Mengapa dia harus membawamu kabur dari bunker?"

Gadis itu tidak membalas. Eva hanya memandangi api yang berkobar.

"Dimana ibumu sekarang? Kurasa kita perlu menjemputnya juga. " Tanya Sam sekali lagi.

"Dia sudah tiada."

"Ohh... Eva, aku ikut berduka mendengar itu."

Sinar rembulan begitu terang malam itu. Menyinark wajah cantik gadis itu.

"Kamu harus merelakannya, Eva. Hidup terus dalam kesedihan hanya akan membebanimu."

Eva mengusap air matanya yang tidak sengaja menetes, "Aku rasa itu memang jalan yang terbaik."

Malam semakin larut dan hawa semakin menjadi dingin. Akan tetapi Sam dan Eva masih saja terjaga.

"Paman Sam." Panggil gadis itu.

"Hmmm?"

"Kamu mulai berubah."

"Berubah?"

Seketika Sam melihat kedua telapak tangannya. Mencari letak perubahan yang Eva maksud dari dirinya.

Sam salah mengartikan.

"Kamu bukan lagi Paman Sam yang tempramental dan tidak pedulian."

Sam melepaskan pandangannya dari kedua telapaknya. Dengan perhatian penuh, pria itu mendengarkan.

"Benarkah? Apa yang membuatmu berkata seperti itu?" Tanya Sam.

"Kamu masih saja belum mengerti." Gadis itu mendengus, "Alih-alih memanggilku dengan gadis menyusahkan. Kamu mulai memanggil dengan namaku. Eva."

Gadis itu memandang ke langit luas penuh bintang.

"Meskipun itu perubahan kecil bagimu. Namun bagiku itu adalah perubahan yang besar, Paman Sam."

Sam hanya terkawa kecil mendengar apa yang gadis itu katakan.

"Hei, Paman Sam. Jika aku mau merelakan ibuku pergi, apakah dia akan berada diatas sana? Bersama bintang-bintang yang indah itu?" Gadis itu bertanya dengan suara lembutnya.

"Ya, kurasa itu benar."

"Bagaimana dengan Arto? Apakah aku harus merelakan dia juga?"

Sam terdiam mendengar pertanyaan gadis itu. Pria itu tidak pernah menyangka bahwa Eva masih saja teringat dengan teman robot nya.

"Apakah kamu diatas sana, Arto? Apakah kamu sudah bersama bintang-bintang yang indah itu?"

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang