Heran dan Bingung

36 7 3
                                    

Kedua mata gadis itu tetap tertahan. Menatap langit malam yang bertabur bintang.

"Hei Paman Sam. Apakah kamu berpikir bahwa aku dan ayah dapat melihat langit malam ini bersama?" Tanya Eva dengan tiba-tiba.

Hawa malam yang begitu dingin membuat asap putih keluar dari mulut setiap kali berbicara.

"Mengapa kamu bertanya demikian? Apa yang ingin kamu lakukan dengan ayahmu lakukan saja. Itu bukan urusanku."

Kedua mata Eva terpejam.

"Ayah adalah orang yang sibuk dengan penelitiannya. Akan tetapi aku sangat ingin menghabiskan waktu bersama, seperti du..."

Eva menghentikan ucapannya.

Hal tersebut menarik perhatian Sama untuk menengok kepada gadis itu.

"Eva? Kamu baik-baik saja?" Tanya Sam untuk sekedar memastikan.

"Entahlah Paman Sam, aku merasa aneh. Disatu sisi aku merasa kedinginan, akan tetapi disaat yang sama aku merasa panas."

Eva merapatkan jaketnya dengan memeluk dirinya sendiri. Berharap dengan begitu membuat dirinya merasa sedikit hangat.

Sam sadar bahwa ada yang salah dengan gadis itu. Maka dari itu Sam mendekat untuk memeriksa.

Sam meletakkan telapak tangannya diatas dahi gadis itu. Suhu yang panas merambat cepat memenuhi telapak tangan Sam.

"Sialan, Eva. Kamu panas! Aku khawatir kamu mengalami demam."

Tidak dapat dipungkiri bahwa Eva telah melewati banyak hal pada hari ini. Dimulai dengan pengejaran yang menguras tenaga. Kemudian gadis itu juga perlu untuk berhadapan dengan dinginnya air sungai.

"Kita harus pulang ke bunker dengan cepat. Memberikan pengobatan padamu adalah prioritas utama." Ujar Sam.

Pria itu menengok ke arah tas ranselnya. Sam berniat untuk menggeledah tasnya untuk mencari hal yang dapat meringankan demam Eva.

Akan tetapi Eva menahan Sam yang hendak beranjak pergi dengan menarik lengan jaketnya, "Tunggu."

"Ada apa?"

"Pe-Perlihat-kan len-ganmu." Kata Eva dengan sedikit memaksakan dirinya untuk berbicara.

Sam melakukan apa yang Eva minta. Pria itu menarik lengan jaketnya, memperlihatkan luka sayat di lengannya.

Luka itu adalah luka yang berasal dari cakaran White face. Sam mendapatkan luka itu ketika hendak turun ke lereng sungai.

Tanpa disadari luka itu mengeluarkan nanah. Guratan berwarna hitam juga menjalar disekeliling lukanya.

Tanpa perlu untuk dipertanyakan lagi, semua orang sudah tahu bahwa itu adalah luka infeksi.

"A-Apa-kah lu-kamu tera-sa ter-bakar?" Tanya gadis itu.

"Tunggu! Bagaimana kamu tahu?" Balas Sam dengan nada terkejut.

Eva melukai jari telunjuknya sendiri dengan mengigitnya. Setetes darah menetes keluar dari tindakan yang Eva lakukan.

"Apa yang kamu lakukan, Eva?"

"Mencegahmu berubah menjadi salah satu mahkluk mengerikan."

Tetesan darah Eva terjatuh tepat diatas luka Sam. Dengan cepat tetesan darah itu hilang terserap lukanya.

Sam masih saja memperlihatkan wajah yang kebingungan. Ini adalah kali pertama seseorang melakukan hal semacam itu kepada dirinya.

Sam segera menarik lengannya dari genggaman Eva.

Pria itu memperhatikan lebih lanjut luka yang ada di lengannya. Tidak ada perubahan yang signifikan terjadi.

Hal tersebut membuat dirinya sedikit merasa tertipu dengan ucapan Eva sebelumnya.

"Paman Sam, aku akan tidur sekarang. Selamat malam Paman Sam."

Sam kembali duduk di batang kayu dengan perasaan kebingungan. Ia masih saja merasa bingung dengan apa yang gadis itu lakukan.

Anehnya sensasi terbakar pada lukanya berangsur-angsur menghilang.

"Apa yang-!!"

Sam segera melihat luka di lengannya kembali. Memang benar luka itu masih ada disana, akan tetapi guratan hitam yang menjalar disekelilingnya mulai menghilang.

Tiba-tiba Sam teringat dengan sesuatu. Sebelum luka di lengan ini, Sam memiliki luka yang serupa di bahunya.

Sam membuka jaket dan bajunya untuk menjawab rasa penasaran.

Sam tidak peduli dengan hawa dingin yang mengigit karena ada sesuatu yang perlu ia lihat, yaitu luka di bahu kanannya.

Sam membuka perban yang membungkus lukanya. Memperlihatkan bekas luka yang telah mengering.

Rasa heran dan bingung memenuhi pikirannya karena kurang dari dua hari, luka di bahunya sudah mengering.

"Robot itu mengatakan bahwa Eva yang mengobati luka bahu ini." Ujar Sam yang mencoba mengingat perkataan Arto tadi pagi.

Sam berdiri, menatap Eva yang tengah tertidur di samping batang kayu.

Rasa bingung dan heran tergambar jelas di wajah pria itu.

"Siapa kamu sebenarnya?"








GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang