Robot dan Bidikannya

70 14 2
                                    

Arto dan Eva berjalan kembali ke tengah kota untuk mencari binatang untuk diburu, tidak harus kelinci namun tetap saja yang masih layak untuk dimakan.

Eva nampak begitu riang. Sembari berjalan ia bersenandung gembira. Sesekali ia juga melemparkan satu bunga dari hasil yang ia petik tadi, membuat jalan yang dilalui mereka berdua penuh dengan bunga.

Sementara itu Arto yang berjalan dibelakang terus mengisi kepalanya dengan pertanyaan.

Bagaimana bisa Eva tidak terinfeksi?

Kadar radiasi pada kota ini cukup tinggi untuk mengubah mahkluk hidup menjadi monster mengerikan. Baik itu binatang ataupun tanaman dapat bermutasi apabila berhadapan langsung dengan radiasi ini.

Tak terkecuali dengan manusia. Radiasi dengan tingkat separah ini akan mudah untuk mengubah seorang manusia menjadi monster tak berakal yang mereka sebut White Face.

Namun semua hal ini tak berlaku bagi gadis ini. Menimbulkan beberapa pertanyaan kembali di kepala robot tersebut. Si robot selalu saja merasa haus akan jawaban. Ia tidak puas dengan kemungkinan jawaban yang komputer hadirkan. Ia ingin mendapatkan jawaban pasti untuk setiap pertanyaan yang ada.

Apakah Eva gadis manusia biasa?

"Arto! Lihat! Kelinci!"

Gadis itu begitu semangat dengan apapun yang ia lihat.

"Kelinci? Itu adalah seekor rakun, Eva." Balas Arto.

"Apa?!"

"Bagaimana dengan binatang diatap itu? Apakah itu kelinci?" Tanya Eva kembali sembari menunjuk seekor merpati di atas sebuah atap bangunan.

"Itu bukan kelinci. Akan tetapi penglihatan mu cukup bagus, Eva."

Tidak perlu kelinci. Asalkan binatang itu bebas dari radiasi.

Komputer, apakah pendeteksi
menjangkau merpati itu.

[Mengukur radiasi pada merpati]

[Radiasi terdeteksi 2%]

Tingkat radiasinya masih cukup rendah.

Merpati itu nampaknya baru saja datang ke kota ini.

Malang sekali perjalananmu akan berakhir.

Arto segera mengokang senjatanya dan membidik burung merpati yang jauh di atas atap.

"Eva, apakah kamu tertarik dengan seekor merpati bakar?" Tanya Arto.

"Apakah itu lebih enak dari kelinci?"

"Aku rasa begitu."

"Aku ingin coba!" Teriak Eva.

Suara Eva yang keras mengusir merpati itu pergi.

"Ahh... Tidak! Jangan pergi!" Ujar Eva memelas.

Namun gadis itu melupakan satu hal, bahwa yang disampingnya adalah sebuah robot yang dulunya ada pada divisi penembak jitu.

Semua hal yang sudah berada bidikan robot tersebut tak akan mungkin lolos. Tidak peduli burung itu hendak terbang kemana, ia akan tetap jatuh.

[Target terkunci]

Tembak!












GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang