Amarah

56 10 3
                                    

Clangggg...!!!

Sebuah selongsong peluru terhempas keluar dari senapan Arto. Robot itu menembak tepat ke arah badan utama Doominator. Meskipun mesin perang itu berada di balik bayang-bayang, Arto mampu untuk mengenainya.

Tidak ada yang terjadi. Doominator kian mendekat. Kaki mekanis nya menapak jalan dengan keras. Membuat jalanan yang ia lalui retak. Badan utama serta moncong meriam miliknya mulai keluar dari kobaran api. Mesin itu siap untuk menembak kembali.

Peluru milik Arto tidak berarti apa-apa. Lapisan armor tebal yang menyelimuti tubuh Doominator menjadi perisai yang tangguh.

Moncong meriam Doominator perlahan diarahkan kebawah. Tepat ke arah Arto dan Eva. Mesin itu membidik sekali lagi. Akan tetapi jika ia menembak sekarang maka efek ledakannya akan mengenai Doominator sendiri.

Doominator nampak tidak peduli akan hal itu. Mesin perang itu mulai untuk mengunci targetnya.

"Eva!" Arto memanggul kembali senapannya dan segera membawa Eva secepat yang ia bisa.

Robot itu berlari dengan cepat. Tepat di belakangnya, Doominator siap untuk meluncurkan pelurunya kembali.

Di jalan itu terdapat sebuah bangkai bus yang terparkir di trotoar. Arto dan Eva bersembunyi di bagian belakang bus tersebut. Ia tidak ingin melihat gadis itu kembali mendapatkan luka. Sementara dirinya akan menghadapi Doominator sekali lagi.

"Eva, aku berjanji akan kem-"

"Tidak!" Teriak gadis itu menghentikan Arto. "Aku tidak mau kamu pergi sendirian. Jangan tinggalkan aku, Arto."

"Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian. Aku berjanji! Apakah kamu mau mempercayaiku?" Ujar Arto mencoba meyakinkan.

Gadis itu mengangguk. "Kumohon kembali, Arto!"

"Itu pasti." Arto kembali mengokang senapannya.

Ia mengintip dari bagian belakang bus. Melihat sekilas Doominator yang kian mendekat. Mesin perang itu sudah mengisi ulang pelurunya. Ia dapat menembak kapan saja.

Arto hendak berlari ke sisi lain trotoar. Roboto itu melihat sebuah mobil berwarna merah terparkir di sana. Ia akan menjadikan mobil itu sebagai tempat bersembunyinya. Ia tidak dapat mengambil resiko untuk terus bersama Eva dalam situasi saat ini.

Arto segera memacu kakinya untuk bergerak. Ia perlu untuk berlari dengan cepat. Lebih cepat daripada lesatan peluru Doominator.

Arto berlari secepat yang ia bisa. Namun itu tidak cukup cepat dibanding dengan peluru Doominator. Mesin perang itu kembali menembak.

WHOSSSHHH....

Sebuah peluru kembali terbang di udara. Melesat begitu dekat dengan Arto. Terpaut beberapa jengkal di atas kepala robot tersebut.

DOOMMMM...!!!

Ledakan kembali terjadi tepat beberapa meter di belakang Arto. Gelombang kejut yang dihasilkan dapat dirasakan begitu kuat dari jarak sedekat itu. Akan tetapi Doominator kembali meleset.

Tidak ada waktu untuk terkejut. Arto mengambil kesempatan yang ada untuk bersembunyi di balik mobil merah tadi. Dari celah jendela mobil yang sudah pecah, Arto kembali membidik.

CLANGGGG...!!!

Arto menembak pada bagian yang sama persis dengan tembakan pertama. Tepat dibalik bagian tersebut terdapat mesin Doominator yang bekerja. Itu adalah incaran sempurna untuk mengalahkan mesin tersebut.

Dua peluru ditembakan pada tempat yang sama. Berharap dengan dua kali tembakan mampu menghasilkan lubang di armor tersebut. Kenyataannya tidak demikian. Armor milik Doominator terlalu tebal untuk dirusak.

Tidak ada kesempatan bagi Arto. Ia tidak akan dapat melubangi armor milik Doominator dengan peluru-peluru miliknya. Ia perlu peluru dengan kaliber yang lebih besar.

Arto kembali bersembunyi di balik mobil merah tersebut. Ia memaksa komputer di kepalanya untuk memikirkan cara mengalahkan mesin perang tersebut.

Disaat kepala Arto penuh dengan kemungkinan-kemungkinan yang ada, ia mulai terganggu dengan suara seseorang. Itu adalah suara Eva.

"Arto, cepatlah kembali. Aku takut!" Gadis itu memejamkan kedua matanya sembari mengulang-ulang ucapannya.

Tanpa disadari oleh Arto, Doominator sudah mengetahui tempat persembunyian miliknya. Moncong meriam Doominator mengarah ke mobil merah, tempat Arto bersembunyi.

DOOOMMMM...!!!

Dalam satu lesatan peluru, mobil merah itu meledak. Kobaran api melahap habis bangkai mobil tersebut. Begitu pula dengan Arto yang terhempas akibat ledakan.

"ARTO!!!" Eva sontak berteriak.

[Peringatan!]
[Kerusakan eksternal terdeteksi.]

Akibat ledakan itu tas ransel yang sedari tadi Arto bawa juga ikut terhempas. Membuat barang-barang yang ada didalamnya ikut berterbangan.

Namun mata Arto tidak memperhatikan barang-barang itu. Kedua matanya mengikuti sebuah benda berwarna-warni yang terbang di angkasa.

Itu adalah mahkota bunga pemberian Eva. Mahkota itu kini sudah rusak dan tak berbentuk lagi. Bahkan tidak dapat dikatakan sebagai sebuah mahkota karena sudah tak berwujud lagi.

"Ti-Tidak..."

Barang pemberian Eva...

... rusak!

Ada apa ini?

Mengapa komputer ku penuh akan kekacauan.

Mengapa mesin ku terasa meledak-ledak.

Aku merasa aneh!

Ini sungguh aneh!

Aneh!

Aku tidak pernah merasa seperti ini.

.
.
.

Aku rasa aku sedang marah!

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang