Kembali dari Kuburannya

30 5 0
                                    

Napas Sam terengah-engah. Ia masih saja bertarung dengan akal sehatnya. Masih saja bingung akan rahasia kecil yang gadis itu miliki.

Udara menjadi semakin dingin sehingga Sam memakai baju dan jaketnya kembali. Untuk terakhir kalinya, ia memeriksa luka di lengannya.

Guratan hitam sudah tidak ada lagi.

Sam menarik lengan jaketnya yang tergulung untuk menutupi luka itu karena dirinya sudah tidak mau melihat keanehan yang terjadi.

Srekkk...

...!!!

Ada sesuatu yang menarik perhatian Sam. Itu terdengar seperti suara seseorang berlari dari belakang semak belukar.

"Siapa disana?"

Sam tidak tahu dari mana sumber suara itu karena semak belukar serta pohon-pohon tinggi berada disekelilingnya.

Itu bukan White face karena mereka tidak akan mungkin mendekat, mengingat mahkluk-mahkluk itu takut dengan hawa panas.

"Jangan bermain-main denganku! Aku tak ingin membuat masalah."

Sam mengambil sebuah batang dari api unggun. Menggunakannya sebagai sebuah obor untuk membantunya melihat.

Angin berhembus kencang secara tiba-tiba. Mengugurkan beberapa daun dari pohon sekitar.

Sebuah daun terjatuh didekat sepatu Sam. Hal tersebut berhasil untuk menarik perhatian Sam secara singkat.

Akan tetapi terdapat sesuatu yang lebih menarik berada di dekat tempat jatuhnya daun tersebut.

Itu adalah sebuah lubang kecil. Lubang itu tercipta diatas permukaan salju.

"Sebuah lubang? Aku tidak yakin ada lubang disini tadi."

Whooshhh...

Suara hempasan angin terdengar. Sesuatu datang dengan cepat seolah-olah membelah udara yang bergerak.

Sebuah lubang baru muncul di permukaan salju, bersebelahan dengan lubang pertama.

Lubang kedua juga segera menarik perhatian Sam. Pria itu tidak yakin apabila lubang itu tercipta secara sendirinya.

Sam mengambil satu buah langkah mundur karena apapun yang tengah terjadi saat ini membuat dirinya tidak merasa aman.

Suara hempasan sekali lagi terdengar. Akan tetapi kini berasal dari arah belakang Sam.

Sam segera menghentikan langkahnya karena sebuah lubang baru muncul tepat di belakangnya.

Pikiran Sam kosong dengan seketika. Ia dapat memastikan apa yang terjadi pada saat ini. Hingga akhirnya ia sadar akan suatu hal.

"Ini bukan hanya sebuah lubang! Ini peluru! Lubang peluru!"

Semak-semak kembali bergoyang. Seseorang nampak berlari dibelakangnya. Mengubah posisi menembaknya.

"Siapa disana!? Keluar, sialan!"

Sam menjulurkan batang kayu yang terbakar sebagai obor untuk menerangi semak yang dimaksud. Dengan perasaan ragu, Sam mencoba mengambil satu langkah untuk maju.

Namun hal itu harus Sam hentikan saat sebuah lubang baru tiba-tiba muncul di depan ujung sepatunya.

Seseorang nampak berusaha mengurung Sam dengan memberikannya peringatan. Sebuah sel penjara yang tidak terlihat.

Lubang-lubang peluru itu mulai terlihat semakin banyak. Secara mengejutkan membentuk sebuah lingkaran yang mengitari tempat Sam berdiri.

"Apa yang kamu mau? Dengar! Apapun yang kamu inginkan, aku tidak memilikinya."

Namun si penembak merasa tidak peduli dengan gertakan Sam. Ia terus berpindah-pindah tempat dan melepaskan tembakan di dekat kaki Sam.

Lagi.

Lagi.

Lagi.

Dan lagi.

Hingga sebuah lingkaran penuh tergambar jelas mengitari kaki Sam.

Sam menelan ludah. Ada sedikit getaran rasa takut yang merambat, namun juga diikuti dengan amarah yang menggebu-gebu karena merasa dipermainkan.

Ada sebuah nama yang terlintas di benak Sam. Sebuah nama yang mampu melakukan hal semacam ini kepadanya. Seseorang yang pernah dipermainkan Sam sebelumnya.

"Ar-Arto?"

Semak-semak itu nampak bergoyang kembali. Siapapun dibalik sana sedang berpindah tempatnya.

"Arto? Apakah kamu disana?"

Semak itu bergoyang secara bergantian. Berurutan sesuai dengan lokasi si penembak yang berlari.

Sehingga secara tidak langsung, Sam mengetahui lokasi si penembak yang berlari di balik semak-semak.

Kedua mata Sam mengikuti semak yang bergoyang. Akan tetapi kedua kakinya masih ragu untuk berpindah tempat.

"Aku minta maaf untuk tadi pagi. Akan tetapi ada sesuatu yang perlu aku bahas bersamamu. Ini mengenai gadis itu."

Hingga mata Sam berhenti pada sebuah semak belukar karena pada semak itu goyangan berhenti. Mengisyaratkan bahwa lokasi si penembak berada disana.

Sam mulai maju mendekat, keluar dari lingkaran yang tercipta. Sedikit ada rasa ragu pada hati Sam akan tetapi ia tetap melakukannya.

Tidak ada tanda-tanda Sam akan ditembak sehingga ia meneruskan langkahnya. Hingga ia berada dekat dengan semak tersebut.

"Arto keluarlah, aku tahu kamu dibalik sana." Bisik Sam.

Sesuatu muncul dari balik semak itu.

...!!!

Betapa mengejutkan karena apa yang dibalik semak itu bukanlah Arto melainkan seekor tupai kecil.

"Tupai?" Ujar Sam dengan kebingungan sembari menunduk.

Tupai kembali berlari masuk ke semak dengan cepat. Meninggalkan Sam dengan rasa bingungnya sendiri.

Sam kembali berdiri, akan tetapi ia merasakan sesuatu menabrak bagian belakang kepalanya.

Sesuatu yang keras dan padat namun terasa sedikit panas.

Sam tidak pernah ingat bahwa ada penghalang yang berada di belakang kepalanya.

Pada akhirnya Sam sadar bahwa itu bukan sekedar penghalang. Itu adalah sebuah ujung senapan. Sebuah ujung senapan yang diarahkan langsung ke kepalanya.

"Aku tidak pernah mendengar suara langkahmu mendekat." Kata Sam dengan nada panik.

"..."

Tidak ada balasan.

Ujung senapan itu juga tidak berpindah.

"A-Apa mau mu?"

"..."

Perasaan Sam menjadi campur aduk. Ia tidak tahu siapa yang menodong dirinya. Ia juga tidak tahu apa alasan ia mendapatkan hal itu.

Rasa takut dan khawatir merambat perlahan, memenuhi seluruh pikiran Sam.

...

Suara robotik yang khas memecah keheningan yang tercipta. Suara yang tidak asing di telinga Sam.

"Dimana Eva?!"

Kedua mata biru menatap dengan tajam. Meskipun kedua mata itu hanyalah sepasang mata robotik, amarah yang menggebu-gebu terlihat jelas darinya.

Arto kembali dari kuburannya.






GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang