Mesin Perang

50 9 2
                                    

Tanpa mereka berdua sadari matahari mulai bergerak ke Barat. Siang hari yang cerah mulai terganti dengan sore hari.

Eva dan Arto harus segera mencari sebuah tempat persembunyian untuk malam ini. Hal ini lebih baik daripada menghadapi mahkluk-mahkluk berkulit pucat itu.

"Eva, apakah tidak masalah kalau kita membawa ini? Bukankah ini milik mendiang ibumu?" Tanya Arto.

"Tidak masalah. Lagipula ransel itu berisi banyak barang berguna bagi kita." Balas gadis itu.

Mereka berdua tengah membicarakan tas ransel yang dulunya dimiliki oleh ibu Eva. Di dalam tas itu banyak barang yang terlalu berharga untuk dibiarkan saja.

Pada awalnya gadis itu yang ingin memanggul tas tersebut. Eva tak ingin melihat Arto yang telah memanggul senapan berat di bahunya kini harus memanggul beban lagi.

Akan tetapi tas ransel itu terlalu berat bagi gadis seumuran dia. Sehingga Arto mau tidak mau mengajukan dirinya untuk memanggul ransel itu.

"Arto, sekarang kita akan kemana?"

Prioritas mereka berdua untuk saat ini adalah mencari tempat yang dapat dipakai untuk bersembunyi malam ini. Masalah mengenai mereka yang akan pergi meninggalkan kota dapat dibahas dilain waktu.

Mereka berdua berjalan bersama, menelusuri setiap jalanan kota untuk mencari sebuah tempat perlindungan. Hingga sampailah mereka ke sebuah jalan yang besar.

Itu adalah sebuah bundaran dengan empat cabang jalan besar. Di tengah bundaran jalan itu terdapat sebuah air mancur besar yang pastinya sudah tak berfungsi.

Kolam dari air mancur itu sudah mengering dan ditumbuhi rumput-rumput liar. Dari kejauhan, terdapat sesuatu yang berada di kolam tersebut.

Dari empat cabang jalan yang ada semuanya dipenuhi dengan bangkai robot. Robot-robot militer sama halnya seperti Arto.

"Apa yang terjadi disini?" Tanya Eva heran.

"Pertempuran terakhir untuk mempertahankan kota ini dari Doominator." Balas Arto.

"Doominator? Apa yang kamu bicarakan?"

Arto menunjuk sebuah bangkai mesin raksasa yang berada di kolam air mancur, "Itu Doominator."

Mesin itu memiliki rupa layaknya sebuah tank. Senjata berupa meriam dan dilengkapi lapisan armor yang tebal.

Dua hal yang membedakan mesin itu dengan tank adalah roda rantai yang digantikan dengan empat kaki mekanik. Serta mesin itu tidak memerlukan manusia untuk mengendalikannya.

"Apakah Doominator itu jahat?" Tanya Eva sekali lagi.

"Dia mesin yang dikembangkan negara musuh. Jadi bisa dikatakan seperti itu."

"Mesin besar yang jahat! Sungguh mengerikan!"

"Tidak apa-apa Eva. Mesin itu sudah rusak."

Arto mengambil kesempatan berharga ini untuk mengisi ulang bahan bakarnya. Ia segera mencari bangkai robot yang masih memiliki cadangan bahan bakar yang banyak di tabungnya.

"Arto? Apa yang kamu lakukan."

"Aku mengisi ulang bahan bakar ku. Kamu bisa menyebutkan dengan kata makan."

"Tapi itu bukan milikmu. Itu milik robot yang malang itu."

Robot itu segera berbalik badan untuk menyembunyikan kebocoran yang ia miliki, kemudian membuka tabung bahan bakar miliknya sendiri.

"Tak masalah Eva. Kami sudah sering berbagi hal ini. Dia juga tak akan mempermasalahkan hal kecil ini." Meskipun itu adalah bualan kecil yang robot itu katakan, ucapan Arto nampaknya diterima baik oleh Eva.

"Bagaimana dengan mesin raksasa itu? Apakah dia makan hal yang sama denganmu?" Eva bertanya sekali lagi.

"Tidak. Mesin itu tidak memakai bahan bakar cair seperti ini. Tenaga yang mesin itu peroleh berasal dari panel surya."

"Pa-Panel surya?"

"Kamu lihat dua benda yang ada di permukaan mesin itu? Itu adalah panel surya. Dia menyerap matahari untuk diubah menjadi tenaganya." Ucap Arto menjelaskan.

"Wah keren! Andai aku bisa menyerap matahari untuk dijadikan tenaga."



GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang