Catatan Arto (III)

19 4 0
                                    

Gadis muda itu kemudian duduk diatas salju. Kedua tangannya sibuk bermain dengan tumpukkan salju yang ada. Dia mengambil segenggam salju kemudian menumpuknya dengan segenggam yang lain. Dia membuat gundukan salju kecil.

"Jill tidak tahu mengapa Arto hendak menjadi seorang manusia." Ujar gadis itu sembari tetap lanjut menumpuk salju lebih tinggi lagi.

"Apakah itu salah?" Balas Arto dengan pertanyaan, "Aku ingin merasakannya juga. Emosi, perasaan, pertemanan, kehidupan yang mereka jalani. Aku ingin merasakan apa yang manusia rasakan. Aku ingin tahu itu, sangat ingin tahu."

Jill selesai dengan tumpukkan saljunya. Tingginya sekitar satu jengkal dari permukaan salju. Kemudian, dia meratakan permukaan salju itu hingga menyerupai gunung. Jill merasa tidak puas dengan hanya satu, maka dia menumpuk satu lagi disebelahnya.

Sepintas, Jill nampak terlalu sibuk dengan kegiatannya sehingga melupakan Arto disana. Tidak butuh waktu yang lama, Jill sudah selesai dengan satu tumpukkan salju lagi. Dia melakukan tahapan yang serupa, meratakan tumpukkan itu hingga menyerupai sebuah gunung. Kini, dia memiliki dua gunung salju kecil dihadapannya.

"Lihat Arto!" Ujar gadis itu dengan semangat, "Jill membuat gunung salju!" Dia tersenyum dan berharap mendapatkan respon segera.

Arto tidak bergeming untuk beberapa saat. Dia merasa bahwa topik pembicaraan mereka berdua diubah dengan cepat oleh gadis itu. Akan tetapi, Arto tidak dapat menyalahkan gadis itu karena usianya yang masih terlalu muda. Jill terlalu muda untuk mengerti hal-hal yang Arto bicarakan.

Kemudian, Arto berlutut hingga tangannya mampu menjangkau permukaan salju. Robot itu menggunakan satu jari telunjuknya untuk menekan permukaan salju di dekat dua tumpukkan salju ciptaan Jill.

Arto menekan, kemudian menggaris permukaannya secara zig-zag, "Aku membuat sungainya." Ujar robot itu.

...

Eva,
Andai kamu melihat ini sekarang. Aku melakukan sesuatu yang berbeda. Aku tidak tahu apa yang sedang aku lakukan. Namun, ini terasa aneh bagiku.

Aku tidak mengerti, mengapa hal ini sangat menyenangkan?

Aku tidak mengerti, mengapa hal sederhana seperti ini aku lakukan sekarang?

Aku tidak mengerti, aku tidak mengerti...

Aku tidak mengerti, mengapa manusia bisa mengubah hal sederhana menjadi sesuatu yang istimewa?

...

Jill memandang miniatur sungai yang Arto ciptakan, "Jika Arto mau menjadi manusia, maka lakukan saja. Jill tidak melarang, kok!" Ucapnya dengan tetap memperhatikan gerakan tangan Arto.

Jill diam sejenak, kemudian menggelengkan kepalanya pelan, "Aku rasa Arto sudah menjadi manusia. Arto sudah melakukan banyak hal yang manusia lakukan, bukan? Berteman dengan manusia lain, kemudian mengucapkan hal-hal yang manusia sering ucapkan, bahkan sekarang, aku yakin Arto merasakan kesenangan."

"Bukankah begitu, Arto?" Tanya gadis itu sembari melihat kearahnya, seolah menanti balasan yang diharapkan.

"Ya, aku tidak pernah menyangka, bermain salju seperti ini terasa menyenangkan."

Setelahnya, mesin Arto berderu lebih cepat untuk beberapa saat. Arto merasakan sensasi yang berbeda beberapa saat pada tubuhnya. Arto pernah merasakan hal serupa sebelumnya. Akan tetapi, dia tidak tahu pasti apa yang dia rasakan.

"Apakah Arto senang sekarang?" Tanya Jill sekali lagi.

...

Aku tidak mengerti...
Aku tidak mengerti...

Apa emosi yang biasanya manusia dapatkan ketika melakukan hal yang menyenangkan?

Aku hendak mengatakannya. Namun, jauh didalam diriku, aku masih belum mengerti.

...

"Iya." Jawab robot itu tegas.

Jill memandang Arto dengan kedua mata yang berbinar-binar, "Jill sudah menduganya." Balas gadis itu.

Lantas, gadis itu tertawa kecil sebelum membuat satu gundukan salju lagi. Kedua tangannya bekerja dengan tahapan yang sama, hingga akhirnya dia memiliki tiga miniatur pegunungan disana.

"Mengapa kamu tertawa tadi?"

Jill hendak membuat satu gunung salju lagi. Akan tetapi, dia berhenti di pertengahan proses, "Jill tidak menyangka bahwa apa yang Ella katakan benar. Arto adalah robot yang baik."

Arto memberi jeda untuk beberapa saat, "Ella?" Tanyanya.

"Temanmu?"

"Apakah maksudmu Eva?"

"Iya, Eva." Jill menunduk seolah malu akan kesalahannya, "Maaf, Jill tidak ingat betul namanya."

Arto merasa bahwa hal sederhana seperti tidak perlu untuk dipermasalahkan. Robot itu juga menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar, karena Jill dan Eva juga baru saja bertemu.

Arto bangkit berdiri, kemudian melihat ke sekeliling, "Dimana Eva? Aku ingin bertemu dengannya." Tanya robot itu.

Lantas, gadis itu juga ikut berdiri. Dia menoleh kebelakang, kemudian menunjuk ke arahnya, "Jill lihat ayah berbincang-bincang dengan Ell- Eva tadi. Jill tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Namun, ayah terlihat serius."

Arto melihat ke arah yang Jill tunjuk. Disana, Ivan berdiri sendirian sembari mengawasi beberapa orang melakukan pekerjaan. Namun, Arto tidak melihat keberadaan Eva di sekitar Ivan.

"Aku ingin berbicara dengan ayahmu. Setidaknya dengan begitu, aku tahu keberadaan Eva." Ucap robot itu sembari berjalan meninggalkan Jill.

Ketika Arto sudah mengambil beberapa langkah, Jill berteriak menghentikannya, "Terima kasih, Arto. Seminggu yang lalu, di bunker, Arto menepati janji untuk membawa Kakak Jessy kembali. Jill sungguh berterimakasih!"



















GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang