Mengunjungi Seseorang

48 10 3
                                    

Eva ingin pergi ke tempat pertama kali kami bertemu?

Untuk apa?

Lalu siapa orang yang akan ia temui?

Perjalanan di tengah kota yang sunyi. Tak ada suara yang terdengar kecuali langkah kaki mereka berdua. Deru mesin Arto yang berada pada posisi senyap juga menambah keheningan yang ada.

Meskipun matahari berada tepat di ubun-ubun kepala, hawanya masih saja terasa dingin. Bukan hanya karena angin semilir yang membawa kesejukan, namun suhu di kota itu yang terus menerus turun setiap harinya.

Selama perjalanan dari taman bunga, Eva tidak berbicara sepatah katapun. Gadis itu hanya sibuk melihat mahkota yang ia pegang. Sesekali gadis itu juga membenarkan tangkai bunga yang mencuat tak beraturan.

Arto juga tidak mengatakan satu katapun. Ia hanya berjalan mengikuti gadis itu dari belakang. Kedua mata robot itu terus mengawasi sekeliling. Meskipun kota ini sunyi, itu tak berarti bahaya tak mengintai mereka berdua.

Perjalanan sunyi mereka berdua berakhir ketika Arto menyadari bahwa mereka telah tiba. Tempat pertama kali mereka berdua bertemu. Sebuah tumpukkan dari reruntuhan bangunan.

Eva mengatakan bahwa ia hendak menemui seseorang.

Namun tak ada siapapun disini.

Kecuali...

"Eva, tunggu sebentar disini." Pinta Arto.

Robot itu segera naik ke atas reruntuhan. Kedua mata robot itu terpaku ketika melihat kembali jasad seorang wanita berada di balik reruntuhan itu.

Setelah mendengarkan semua cerita dari Eva, akhirnya Arto mengambil sebuah kesimpulan bahwa wanita yang tak bernyawa di hadapan dirinya adalah ibu gadis itu.

Menemui seseorang...

Gadis itu ingin menemui ibunya.

Arto segera menyusun batu-batu reruntuhan yang ada. Ia menutupi semua bagian dari jasad tersebut.

Robot tersebut sudah mendapatkan pengalaman serupa selama perang berlangsung. Para prajurit yang gugur hanya akan dibuang di liang lahat yang besar dan dibiarkan membusuk di sana. Namun untuk beberapa kasus, mereka yang gugur akan ditutupi dengan batu-batu yang telah ditumpuk.

Setelah menimang-nimang, cara kedua adalah cara yang lebih terhormat untuk menguburkan seseorang.

Arto segera kembali ke samping Eva dan mengatakan bahwa dirinya telah menyelesaikan pekerjaannya.

Gadis itu segera memanjat reruntuhan tersebut. Kedua mata gadis itu terpejam, seolah sedang mengingat sesuatu.

"Ibu... Lihat apa yang aku bawa. Ini adalah mahkota bunga. Ibu dulu mengajariku membuatnya namun aku selalu gagal. Namun saat aku berhasil..." Gadis itu menghela napasnya.

"... Ibu tak ada disini untuk menerimanya." Air mata tanpa disadari mulai menetes dari mata gadis itu.

"..."

"Tapi Eva tak ingin seperti ini terus. Eva tak ingin terus menerus menangis. Eva akan terus hidup untuk dapat mengenang ibu." Gadis itu kemudian mengusap air matanya.

Gadis itu tersenyum ringan sembari mengusap kedua matanya yang masih berkaca-kaca.

"Ibu... Eva sekarang punya seorang teman. Namanya Arto. Meskipun dia sebuah robot, ia selalu hadir ketika aku bersedih."

Gadis itu menoleh kebelakang. Melihat Arto yang tengah berdiri di bawah tumpukkan reruntuhan.

"... Aku yakin kami akan berteman baik." Lanjut gadis itu.

"Mungkin tak banyak yang bisa aku sampaikan. Namun aku ingin ibu tahu. Bahwa aku selalu mencintaimu. Selamat tinggal, ibu." Sebuah mahkota bunga kedua gadis itu letakkan setelah ia selesai berpamitan.

Arto hanya berdiri mematung. Ia tak ingin untuk mengatakan satu katapun kepada Eva, baik itu untuk sekedar memberi gadis itu semangat atau ikut berduka. Karena robot tersebut tak mengerti apapun.

"..."

Aku tak mengerti...

Air mata selalu menggambarkan kesedihan.

Dan senyuman menggambarkan sebuah kebahagiaan.

Namun...

Gadis itu menangis.

Ia juga tersenyum pada waktu yang sama.

Bukankah itu dua emosi yang berbeda?

Mengapa sedih dan bahagia bisa menjadi satu pada waktu yang sama?

Emosi manusia itu...

Aneh.

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang