Reuni

41 5 5
                                    

"Jangan bilang mereka dapat terbang!"

Apa yang Arto katakan dijawab langsung oleh kecoak-kecoak raksasa tersebut. Mahkluk mutasi itu dapat terbang.

Mereka melesat bak sebuah peluru. Menembus kobaran api itu tanpa ada masalah. Menerjang cepat kearah Arto dan Eva.

"Tidak mungkin! Mereka tidak memperdulikan kobaran api itu!"

Seekor kecoak mutasi berhasil menerjang Arto. Membuat robot itu tersungkur keras. Serangga raksasa menindih Arto, membuat robot itu kesusahan untuk bergerak. Ditambah dengan tas ransel yang ikut membebani punggungnya.

"Arto! Tolong!" Eva berteriak-teriak karena salah seekor kecoak itu berhasil memegangi tangan bonekanya.

Eva yang tentu tidak rela bonekanya terbawa, berusaha sekuat tenaga untuk menahannya. Baik Eva maupun kecoak mutasi itu sama-sama menarik. Apa yang mereka lakukan secara tidak sengaja membuat jahitan boneka beruang Eva sedikit terbuka.

"Tuan Teddy! Tidak!"

Arto segera melepas tas ransel yang membebani punggungnya. Kemudian merangkak keluar dari tindihan serangga itu.

Ketika berhasil keluar, Arto segera menembak mati kecoak tersebut. Tidak lupa dengan kecoak yang menarik lengan boneka Eva. Arto menghabisi keduanya dengan cepat.

"Tuan Teddy! Terimakasih Arto." Ujar Eva. Gadis itu segera menarik bonekanya dan memeluknya.

Arto hendak membawa tas ranselnya kembali. Namun kecoak-kecoak mutasi yang lain terbang dengan cepat ke arah mereka.

"Arto! Tinggalkan! Kita harus pergi!"

Mau tidak mau Arto meninggalkan tas ranselnya dan ikut dengan Eva melarikan diri.

Bunyi langkah kaki Arto dan Eva terdengar menggema. Sejenak mereka dapat lega. Namun sekarang kembali dalam pengejaran yang melelahkan.

Kecepatan serangga-serangga mutasi itu bertambah. Lebih cepat daripada saat mereka masih merayap di langit-langit terowongan.

Sesekali Arto harus menembak jatuh beberapa kecoak mutasi yang sudah benar-benar dekat dengan mereka berdua. Arto dan Eva kali ini kalah cepat dibandingkan serangga-serangga itu.

"Sana! Cepat lewat sana!" Ajak Arto.

Didepan mereka terdapat buah terowongan. Membagi terowongan besar menjadi dua buah terowongan. Satu terowongan hanya terdapat satu jalur rel kereta.

Tentunya terowongan itu semakin sempit daripada sebelumnya. Begitu pula dengan jalur rel yang hanya terdapat satu jalur saja.

Arto harus segera memilih salah satu jalur terowongan tersebut. Terlalu lama untuk memutuskan akan berakibat fatal bagi mereka berdua.

Pengejaran tidak berhenti disana. Kecoak-kecoak itu masih tetap terbang mengikuti mereka berdua. Hal tersebut seakan mutasi yang mereka terima juga mempengaruhi tenaga mereka.

"Arto!? Jalannya buntu!"

Tepat didepan mereka ada sebuah kereta bawah tanah. Entah bagaimana caranya kereta tersebut berhenti di tengah perlintasan, namun satu hal yang pasti adalah kereta itu menutup terowongan.

Terowongan yang sempit tidak memberikan ruang leluasa di sisi kanan maupun kiri kereta. Satu-satunya hal yang dapat Arto dan Eva lakukan adalah masuk kedalam kereta itu.

"Cepat masuk kedalam." Pinta Arto sembari membuka pintu gerbong kereta bawah tanah yang terletak pada bagian belakang.

Eva berlari masuk kedalam gerbong. Arto segera menutupnya. Salah seekor kecoak terbang ke arah pintu tersebut. Mahkluk itu berhasil memecahkan kaca jendela yang ada di pintu. Kepala serangga itu berhasil masuk namun tidak dengan tubuhnya yang tertahan serpihan kaca tajam.

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang