Retak dan Pecah

36 5 1
                                    

Puluhan atau bahkan ribuan White face mulai berada di atas sungai yang membeku.

Tekanan dari jumlah yang tidak masuk akal membuat permukaan sungai menjadi bergetar.

Retakan kecil mulai menyebar, memenuhi lintasan mereka berlari.

Semakin lama semakin lebar dan luas. Tidak dapat dipungkiri bahwa retakan itu akan berubah menjadi bencana pada beberapa detik selanjutnya.

Eva terus berlari tanpa memperdulikan apapun yang terjadi dibelakang sana. Pandangan gadis itu hanya tertuju pada lereng sungai yang berada di seberang sana.

Suara gemuruh mulai terdengar. Itu adalah suara permukaan sungai yang sudah pecah.

Retakan tadi mengubah permukaan yang utuh menjadi pecahan es yang lebih kecil.

Aliran sungai yang dingin berada pada pecahan-pecahan itu. Aliran itu juga mulai menjauhkan pecahan yang satu dengan yang lainnya.

"Apa yang terjadi?!"

Sekilas Eva menengok kebelakang guna mencari tahu.

Para White face mulai berjatuhan, masuk kedalam air sungai yang dingin.

Adapun beberapa dari mereka tetap berada pada bagian atas pecahan es.

Bagi para White face yang beruntung untuk tetap menapak di atas permukaan, mereka mulai mengejar Eva kembali.

Kaki serta tangan yang panjang memudahkan mereka untuk melompat dari satu pecahan ke pecahan yang lain.

Eva harus segera sampai pada lereng sungai yang ada di seberang. Bukan hanya karena White face yang terus mengejar akan tetapi cepat atau lambat es yang ia pijak juga akan berubah menjadi pecahan-pecahan es.

Hufft... Huftt.. Huftt...

Napas gadis itu mulai tidak teratur. Pening dan kelelahan mulai merambat di sekujur tubuh.

Eva mulai berhenti berlari.

"Pa-Man S-am!" Panggil Eva.

Dilain sisi Sam sudah hampir sampai pada lereng sungai. Akan tetapi ia tidak melihat Eva disekitarnya.

"Paman Sam!" Panggil Eva sekali lagi.

Eva yang sudah kehabisan tenaga hanya diam di atas permukaan es. Retakan kecil mulai merambat disekitar kedua kakinya.

Sam menggubris teriakan gadis tersebut yang masih tertinggal dibelakang.

Sam tidak dapat meninggalkan gadis itu saat ini karena memulangkan Eva adalah tujuan sebenarnya ia mempertaruhkan nyawanya diluar bunker.

Dengan kata lain apabila terjadi sesuatu pada Eva maka dapat dikatakan bahwa tugas yang Sam terima, gagal untuk diselesaikan.

"Eva!" Teriak Sam memanggil, "Es yang kamu pijak akan segera hancur!"

Eva hanya menggelengkan kepalanya.

"A-ku su-sudah tidak kuat ber-lari!"

"Sialan! Apa yang sedang kamu bicarakan?!"

Sam mengamati dari kejauhan dan melihat bahwa para White face masih tetap mengejar. Mahkluk-mahkluk itu melompati pecahan es yang ada dengan cepat.

Beberapa dari mahkluk itu juga dengan sengaja masuk kedalam air sungai yang dingin. Entah apa tujuannya.

Semua ini hanya mengenai permasalahan waktu saja. Antara White face atau Eva yang terjerumus kedalam air yang dingin.

Sam melihat ke jalur ia berlari tadi. Mendapati bahwa jalurnya juga terdapat retakan diatasnya.

Retakan itu tidak hanya sekedar garis lurus sesuai jalur Sam berlari, akan tetapi mulai menyebar ke kanan dan kiri bagian permukaan es yang lain.

Sam khawatir bahwa berat badan dan juga tas ranselnya dapat mengubah retakan itu menjadi pecahan-pecahan es seperti apa yang terjadi di seberang sana.

Sam tidak memiliki banyak waktu untuk berpikir. Kini hanya dirinya seorang yang harus bertindak demi keselamatan gadis itu.

Sam meninggalkan tas ranselnya pada lereng sungai. Sam hanya mempersenjatai dirinya dengan sepucuk pistol.

Perlahan namun pasti, Sam mulai menapak kembali pada permukaan es.

Retakan dari es yang ia pijak mulai terasa lebih besar. Merambat lebih cepat dan lebih menggurat banyak bagian.

"Baik Eva, aku akan kesana."

Setiap langkah yang Sam ambil hanya menambah retakan yang ada. Pada sungai yang ada di sisinya juga mulai pecah seperti apa yang terjadi di sisi sebelah.

"Itu bukan pertanda yang baik."

Kedua mata Sam mengikuti sebuah garis retakan yang berukuran besar. Retakan besar itu dapat berpotensi mengubah permukaan es yang mereka pijak menjadi pecahan.

"Eva, aku tidak dapat kesana! Kamu harus berjalan kemari." Pinta Sam.

Eva menggelengkan kepalanya sekali lagi, "Aku tidak mau, Paman Sam! Kakiku tidak mau bergerak!"

Baik para White face maupun retakan pemicu semakin dekat pada tempat Eva berdiam diri.

Retakan pemicu disini berarti retakan yang berpotensi mengubah permukaan sungai es menjadi pecahan-pecahan es.

Retakan tersebut terus mendekat beriringan dengan para White face yang berlarian. Hal tersebut terjadi karena tekanan yang diberikan oleh para mahkluk-mahkluk tersebut.

"Aku tahu kamu ketakutan. Akan tetapi kamu harus mencobanya." Bujuk Sam yang mencoba menenangkan gadis itu.

"Tidak Paman Sam! Kamu tidak mengerti. Aku kelelahan! Benar-benar lelah."

"Tidak ada waktu untuk memikirkan rasa lelahmu. Kamu harus tetap berjalan kesini."

Alih-alih melakukan apa yang Sam perintahkan, Eva menutup kedua matanya. Mendekap boneka beruangnya dengan begitu erat.

"Andai Arto disini, dia akan menyelamatkanku."

Sebuah guratan besar dari retakan melintas di antara kedua kaki Eva. Diikuti suara gemuruh, retakan tadi mulai membagi permukaan es yang Eva pijak menjadi dua bagian pecahan es.

"Eehhh... Ahhh!! Paman Sam!?"

Eva yang panik mulai kehilangan keseimbangan.

"Ahhhhh!!! Paman Sam!"

Hingga akhirnya, Eva terjerumus masuk kedalam air sungai yang dingin pada bagian bawah permukaan es tersebut.

"EVA!"






GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang