Hangat dan Menenangkan

66 11 1
                                    

"Heh? Apakah itu benar? Apakah aku boleh mencicipi nya?" Tanya Eva dengan polosnya.

"Tidak."

"Heh? Mengapa? Setetes saja!"

"Tidak!"

"Huft! Dasar pelit!"

Suasana menjadi hening seketika. Kini hanya terdengar suara dari daun-daun yang terhembus terbawa angin.

Angin semilir berhembus pelan, namun api unggun menangkal rasa dingin yang ada.

Si gadis tak membalas apapun semenjak perbincangan terakhir. Permintaan Eva yang konyol sebenarnya tak perlu di tanggapi terlalu serius, ia hanyalah seseorang yang baru mengetahui isi dunia.

"Eva?" Panggil Arto.

"..."

Si gadis hanya diam. Kedua matanya terpejam sedari tadi. Mulutnya juga telah berhenti mengunyah.

"Tak apa, Arto. Aku hanya mengingat masa lalu."

Gadis itu tersenyum ringan.

"Dulu aku dan ibuku pernah melakukan hal semacam ini. Duduk berdua kemudian menyantap bakaran seperti ini."

Tanpa disadari air mata mulai menetes. Menodai senyuman yang perlahan meluntur.

"Namun sekarang ibuku sudah-"

Teringat kembali akan masa lalu membuat si gadis bersedih. Kenangan manis dan pahit perlu ia kubur dalam-dalam hingga tak menjadi beban di kemudian hari.

"Arto! Aku tak mau lagi!" Teriak Eva membari menuju ke arah Arto yang tengah duduk.

Si robot segera membuka kedua tangannya dan menerima gadis tersebut dalam pelukannya. Air mata gadis itu mulai membasahi bahu Arto.

"Aku tak mau lagi mengingatnya." Ujar Eva dengan pelan.

"Eva..."

"Ibu! Men-gapa kamu per-gi? Mengapa ka-mu pergi meninggalkan ku?" Isak tangis Eva semakin menjadi-jadi.

Tangan robot itu mulai mengusap perlahan punggung gadis tersebut. Memberikan sedikit rasa tenang bagi Eva.

"Eva, ibumu tak pergi meninggalkanmu."

"Tapi dia sudah tidak ada disini! Dia pergi! Pergi!"

"Tidak, Eva. Dia masih ada disini. Di hatimu. Ia akan selalu ada disana menemani dirimu. Dia akan menjagamu. Dia tak akan membiarkanmu sendiri."

Pelukan Arto terasa begitu hangat. Menenangkan siapapun yang ada didalam dekapannya.

Ini bukan kali pertama gadis itu merasakan kehangatan ini. Namun dekapan hangat yang robot itu berikan selalu berhasil menenangkan hati gadis itu.

Pada masa perang berkecambuk, Arto hanyalah mesin perang militer yang dingin, namun mengapa sekarang ia terasa begitu hangat dan menenangkan?

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang