Satu Peluru Terakhir

121 17 2
                                    

Klang...!!!

Satu selongsong peluru terlempar bebas. Menumbangkan kembali satu White face yang hendak menerobos masuk.

Sudah berulang kali usaha mahkluk-mahkluk itu berhasil digagalkan. Kecepatan serta keakuratan tembakan yang mengerikan menjadi faktor utama dalam hal tersebut.

Namun tetap saja si robot akan kehabisan peluru.

Selama menahan mahkluk-mahkluk itu, isi kepala si robot selalu memberikan kemungkinan yang dapat membantu.

Selama tiga puluh menit pertama di dalam gerbong kereta itu, super komputer di dalam kepala si robot telah memberikan setidaknya lima puluh ribu kemungkinan yang terjadi.

Namun dalam ribuan kemungkinan itu, si robot melihat jelas bahwa hanya akan ada satu yang selamat dari mahkluk-mahkluk itu. Entah itu dirinya atau si gadis.

Si robot tidak terlalu mengambil pusing apa yang isi kepalanya katakan. Usaha terbaik yang bisa ia lakukan demi melindungi gadis itu adalah menembak semua White face hingga sisa peluru terakhir.

Ia kembali mengambil sepuluh peluruh dari ruang penyimpanan amunisi di pahanya. Mengisi ulang senapannya dengan cekatan. Dua puluh peluru lagi yang ia miliki. Dua puluh kesempatan untuk menumbangkan ribuan mahkluk-mahkluk itu.

Si robot membuka kembali ruang penyimpanan peluru guna mengisi ulang senapannya.

Ini adalah ruas terakhir pelurunya. Sepuluh tembakan lagi dan semuanya akan segera berakhir.

Mahkluk-mahkluk buas itu terus merangsak masuk. Semua jendela dari gerbong itu terbuka lebar. Mereka berdesak-desakan untuk masuk.

Tangan-tangan penuh kuku tajam berusaha meraih namun selalu gagal. Mulut-mulut yang kelaparan selalu terbuka lebar namun dapat ditutup kembali.

Hingga sebuah selongsong peluru terhempas keluar. Si robot mengokang kembali senapannya. Dia tahu bahwa tidak akan ada lagi bunyi kokangan setelah ini. Ini adalah kokangan terakhir. Peluru terakhir.

Mengapa?

Mengapa aku melakukan ini?

Mengapa aku ingin menyelamatkan gadis itu?

Mengapa aku ingin melihat dia tetap hidup?

Para White face mulai berhasil masuk. Dengan cepat memenuhi bagian dalam gerbong. Menyisahkan bagian tengah yang masih bersih dari mahkluk-mahkluk itu.

Si robot dan gadis itu terjebak. Bagian depan maupun belakang gerbong sudah penuh dengan White face.

Dimata si robot semuanya berjalan begitu lambat. Waktu seakan menolak untuk berjalan seperti biasanya.

Para White face mulai berlari mendekat. Mereka semua terlihat lambat. Tangan-tangan itu mulai meraih. Tidak ada jalan keluar. Tidak ada cara bagi mereka untuk selamat.

Kepala si robot sudah terlalu panas untuk menemukan cara terbaik keluar dari situasi ini.

Tangan salah satu White face sudah sangat dekat dengan si gadis. Bergerak dengan lambat. Meraih sedikit demi sedikit hingga benar-benar menyentuh rambut gadis itu.

Apakah menyelamatkan gadis itu adalah kewajiban ku?

Apakah aku merasa iba terhadap gadis itu?

Aku ini A.I.

Aku tidak dirancang untuk memiliki perasaan!

Tapi!

Akan tetapi!

Dalam dunia yang bergerak lambat itu, si robot membidik. Matanya memusat pada jantung White face yang sudah begitu dekat dengan gadis tersebut.

Aku ingin dia hidup.

Ini adalah pertama kalinya aku melakukan sesuatu diluar perintah.

Aku melakukan ini karena aku menginginkan hal itu!

Menyelamatkan gadis itu...

Adalah keinginanku!

Satu peluru melesat pada detik-detik terakhir. White face itupun gagal untuk meraih si gadis.

Si robot menurunkan senjatanya. Tak ada satupun peluru yang tersisa baik di dalam senapannya ataupun didalam ruang penyimpanan.

Maaf!

Meskipun ini adalah kali pertama aku menginginkan sesuatu.

Aku gagal dalam mengupayakannya.

Aku bahkan belum tahu namamu.

Kalau waktu bisa berhenti sejenak, perkenankan aku untuk sekedar mengetahui namamu.

Bagi si robot, waktu mulai berjalan normal. Gerakan lambat yang para White face lakukan kini terjadi dengan sangat cepat.

Tangan-tangan monster itu mulai meraih. Mulut-mulut yang penuh dengan gigi runcing terbuka lebar siap mengoyak.

Dalam diam, si robot melihat akhir dari semua ini. Perjuangan yang sia-sia, serta gagalnya usaha yang ia lakukan. Ia akan segera melihat hasilnya.

Maaf!

Semuanya terlihat begitu kacau hingga cahaya terang memenuhi langit malam.

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang