Berantakan

27 6 0
                                    

Arto hanya perlu satu tarikan untuk menarik tutup ventilasi. Keempat baut yang berada pada tiap sudut terlepas dengan mudah.

Arto dan Sam serentak melihat ke dalam lubang ventilasi. Mereka tidak dapat melihat banyak hal didalam sana. Mereka hanya melihat lorong panjang yang sempit dan gelap.

Arto melihat potensi bahaya yang lebih tinggi, maka dari itu dia kembali bertanya, "Eva, apakah kamu yakin?"

Gadis itu tahu kekhawatiran Arto sangat tinggi atas keselamatan dirinya. Akan tetapi, Eva tidak dapat menunda hal ini lebih lama lagi.

Eva kemudian mengenggam tangan robotik Arto. Si gadis mencoba menenangkan sahabatnya dengan sebuah senyuman manis yang tergambar di raut wajahnya.

"Jangan khawatir, aku akan kembali."

"..."

Eva lantas masuk kedalam lubang ventilasi sendirian. Hanya gadis itu yang memungkinkan untuk masuk karena tubuh mungilnya. Hal itu memaksa Sam dan Arto menunggu diluar tanpa kepastian.

Arto segera membungkuk dan mendekat ke arah lubang ventilasi, "Aku yakin kamu akan kembali! Kembalilah dengan selamat! Eva!"

Suara Arto menggema didalam jalur ventilasi hingga sampai terdengar oleh Eva. Si gadis yang mendengarkan hal itu hanya dapat tersenyum dan tetap melanjutkan perjalanannya sendirian.

"Iya, aku akan kembali." Bisiknya didalam hati.

Bunker ini adalah sebuah bangunan peninggalan perang dunia ketiga. Bangunan yang nampak kecil pada permukaan akan tetapi menyimpan seratus ruangan lebih pada bawah tanah.

Bunker ini cukup luas untuk menampung seribu manusia didalamnya. Tidak ada tempat yang lebih baik untuk membangun kerajaan di era apokaliptik selain memulainya dari tempat ini.

Bangunan ini memiliki banyak sekali fasilitas pendukung kehidupan. Mereka membangunnya dengan berdasar tingkatan lantai. Tiap-tiap lantai akan memiliki ruangan dengan fungsi masing-masing.

Dimulai dari lantai awal yang mendekati permukaan, mereka membangun pusat persenjataan dan komando. Diikuti dengan gudang makanan dan persediaan hidup. Hingga pada lantai paling akhir yang merupakan laboratorium dan pusat penelitian.

Eva terus merayap didalam jalur ventilasi hingga dirinya menemukan sebuah celah kerusakan pada ventilasi udara itu. Si gadis menggunakan celah tersebut untuk keluar dari ventilasi udara dan mendapatkan dirinya berada pada sebuah ruangan.

Kedua mata gadis itu terbuka lebar ketika mengetahui seluruh penduduk bunker telah menghilang. Tidak hanya itu, Eva juga heran bukan main untuk melihat keadaan bunker yang sudah berantakan.

"Ada apa ini? Apa yang telah terjadi?!" Tanyanya dengan bingung.

Eva masih dapat melihat keadaan sekitar karena sumber listrik pada bangunan itu masih bekerja. Setidaknya itu adalah kabar baik yang gadis itu dapatkan.

Seluruh ruangan pada lantai dimana Eva berada sekarang sudah porak poranda. Beberapa sudut ruangan terdapat bercak darah dan bekas cakar menempel pada tiap sisi dinding beton.

Eva tidak akan pernah mengira bahwa tempat dirinya tinggal dahulu sudah berubah menjadi sebuah bangunan yang terbengkalai.

Eva menelan ludahnya dan mencoba memberanikan diri untuk menjelajahi lebih jauh. Gadis itu membuka beberap pintu ruangan untuk mencari kehadiran seseorang.

"H-Ha-uhuk-Halo?"

Eva membuka pintu pada sebuah ruangan, kemudian mengintip kedalam. Gadis itu tidak menemukan siapapun didalam sana.

Gadis itu mencoba keberuntungan nya pada ruangan disebelahnya, "Halo? Adakah orang...?"

Kemudian ruangan selanjutnya, "Siapapun...?"

Dan selanjutnya, "Jawab aku...!"

Nafas Eva menjadi berantakan karena tidak dapat mengendalikan dirinya atas kejadian ini. Semua perubahan yang mendadak ini hanya menyebabkan demamnya semakin menjadi-jadi.

Eva terus menjelajahi tiap-tiap ruangan pada lantai itu, hingga pada sebuah ruangan baru. Ruangan ini adalah sebuah ruangan gudang stok makanan.

Ruangan gudang ini menjadi satu-satunya ruangan yang nampak masih utuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan gudang ini menjadi satu-satunya ruangan yang nampak masih utuh. Lemari rak yang menampung persediaan makanan masih terisi penuh. Semuanya masih tersusun rapi dan dalam keadaan normal, tidak seperti ruangan lainnya.

Tucckk... Tucckk...

Terdengar seperti suara orang yang mengetuk-ketuk rak besi. Hal tersebut segera menimbulkan rasa penasaran didalam diri gadis itu.

"Halooo...??" Sambut Eva sembari memasuki ruangan itu.

Eva tidak mendapat jawaban dari siapapun di ruangan itu. Gadis itu melangkah lebih dekat ke arah sumber suara ketukan.

"Dimana sem-!!!"

Eva segera menelan ludahnya dengan perasaan ketakutan yang meledak. Kedua mata gadis itu terbuka lebar untuk melihat bahwa White face berada tepat dihadapan dirinya.

...!!!

Eva mundur perlahan dari hadapan White face yang tengah mengobrak-abrik rak penyimpanan. Gadis itu mencoba sekuat tenaga untuk tidak memikirkan rasa takutnya karena jika tidak, maka mahkluk mutasi itu akan mencium keberadaannya.

Akan tetapi, semakin Eva berusaha untuk tidak takut, maka semakin menjadi-jadi rasa takut itu.

White face menghentikan aktivitas untuk mencium bau di udara. Rasa takut yang manis keluar dari Eva. Hal itu segera memancing mahkluk tersebut untuk berburu.

...!!!

"Ahhhhh...!!!"

Mahkluk itu mencoba menerjang Eva dengan satu lompatan. Dia meleset dan mendarat pada sebuah rak penyimpanan, menghamburkan seluruh isi yang ada di rak tersebut.

Eva tidak ingin membuang kesempatan dengan sia-sia. Gadis itu berlari menuju pintu keluar ruangan.

"Ahh, tidak!" Ujarnya ketika mengetahui bahwa satu White face lainnya sudah menanti di depan pintu keluar.

Eva segera berbalik arah dan berlari ke arah rak penyimpanan yang berada pada sudut ruangan. Sebuah keuntungan bagi Eva memiliki tubuh mungil seperti itu, karenanya dia dapat bersembunyi diantara tumpukan karung tepung.

White face yang berada di luar ruangan kini bergabung ke dalam. Sementara yang terjatuh ke arah rak penyimpanan sudah bangkit untuk melanjutkan perburuan.

Kedua White face itu kemudian mengendus ke udara. Mereka mencari bau manis dari rasa takut yang menyebar di ruangan itu.

Tidak ada jalan keluar bagi gadis tersebut. Dirinya hanya dapat bersembunyi di rak penyimpanan dan berharap kedua mahkluk mutasi itu tidak mencium rasa takutnya.

"Aku... akan ingkar janji? Maafkan aku, Arto..."



GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang