Terpisah

30 4 0
                                    

Semua orang di ruangan itu tidak bergeming. Mereka semua bak pajangan yang ada di museum, tidak bergerak sama sekali.

Keringat dingin mulai bercucuran dan air mata menetes. Rasa takut memuncak dan keheningan merajalela.

Arto enggan melepaskan bidikannya meskipun sahabatnya sudah melarang. Robot itu nampak bersi kukuh untuk tetap menarik pelatuk.

Tidak ada yang berani memulai pembicaraan ataupun mencoba mencairkan suasana yang tegang. Semua orang membisu untuk tetap menyaksikan kelanjutannya.

"Ma-Maaf..." Satu kata terucap dari mulut si remaja. Hal itu memecah keheningan yang tercipta semenjak Arti membidiknya.

Kata maaf saja rupanya kurang diminati oleh robot itu. Dia tetap menahan posisinya dalam membidik, begitu pula dengan Jessy yang berada di lain sisi. Konfrontasi yang gagal menciptakan keheningan yang canggung.

"Aku... Aku hanya-!?!" Bibir remaja itu mencoba berbicara.

Air mata Jessy mulai menetes. Mulutnya juga sudah sulit untuk berkata-kata lagi. Ia kemudian memejamkan kedua matanya seolah sudah pasrah dengan apapun yang akan terjadi.

Eva berjalan ke depan senapan Arto. Dia kini berada pada teropong bidik senapan itu. Gadis itu berada pada bidikan.

Eva kemudian membentang kan kedua tangannya. Dengan wajah cemberut dia berkata, "Sudahlah Arto! Hentikan!"

"Eva?" Robot itu menjadi ragu. Jari robotiknya keluar dari tempat pelatuk. Demikian juga dengan ujung laras yang mulai mengarah ke lantai.

Situasi yang begitu panas kian mereda. Ketenangan mulai dapat dirasakan setiap individu disana. Akan tetapi Jessy tetap memandang kepada Eva yang berdiri membelakangi nya.

Sebuah pertanyaan kecil muncul dari hati kecil remaja itu, "Dia melindungi ku?"

Suara gemuruh itu terdengar kembali. Hal tersebut segera mendapat respon oleh Anna dengan pertanyaan sederhana, "Apakah kalian mendengarnya?"

...!!!

Nyala api obor yang dipegang oleh Boy tiba-tiba padam. Diikuti dengan Jill yang berteriak secara tiba-tiba.

Semua orang merespon dengan mendengarkan sumber suara teriakan gadis muda itu. Akan tetapi, pandangan semua orang beralih kepada sesuatu yang ada dibelakang Jill.

Arto menggunakan mata robotnya untuk memberikan penerangan. Karenanya, cahaya biru menyorot kepada apapun yang robot itu pandang. Sesosok White face telah berada dibelakang Jill dan bersiap untuk menerjang.

"Aaahhhhhh!!!!" Semua orang menjerit pada waktu yang sama.

Anak-anak lari berhamburan dengan panik. Sementara Eva berlindung di belakang Arto untuk mencari perlindungan.

Rasa takut yang keluar karena kekacauan ini sungguh luar biasa hebat. Tercium sangat manis dan tak dapat terbendung. Rasa itu mengundang semua mahkluk serupa untuk datang dan berpesta.

Arto yang sudah siap dengan senapannya segera membidik. Robot itu mengalihkan bidikannya dari Jessy dan mengambil target baru.

[Target terkunci.]
[Tembak!]

Tembak!

Sebuah peluru panas melesat dengan cepat. Peluru itu menghancurkan tengkorak kepala White face yang menyerang. Arto membunuhnya dalam sekali tembakan.

[Peringatan!]
[Peluru tersisa 0.]

Ketika semua orang panik dalam kekacauan, Jessy hanya berdiri diam disana. Kedua mata remaja itu hanya menatap kosong kepada Arto.

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang