Salju dan Bahaya

39 8 1
                                    

"Sudah cukup main-mainnya, Eva! Ayo pulang! Ayahmu sudah menunggu." Ucap Sam dengan tegas. Kali ini pria itu kembali mempertegas tujuan dirinya.

"Tidak!" Teriak gadis itu spontan.

"Dia tidak akan ikut denganmu." Tambah Arto mendukung keinginan Eva.

"Lalu apa? Kamu akan mengasuhnya? Sebuah robot militer mengasuh manusia? Dasar bodoh!"

Keadaan semakin memanas disaat Sam menodong dengan pistolnya. Disitulah Arto juga membalasnya dengan ikut menodongkan senapannya. Membuat segalanya semakin runyam.

"Robot... Patuh dengan manusia!" Sam mencoba menggertak Arto.

Arto membalas ucapan Sam dengan menggeleng ringan, "Tidak dengan robot yang ini."

Berada di tengah-tengah situasi yang tak pasti membuat gadis itu kesal. Ia tak ingin Arto ataupun Sam saling menodongkan senjatanya. Ia tidak ingin hal-hal mengerikan terjadi.

Eva menjadi semakin kesal disaat permintaannya tak di dengar. Dikala keduanya saling menodong dan membenarkan argumen diri mereka.

Eva memutuskan untuk melarikan diri...

...Jauh dari tempat itu.

"Eva!?" Teriak Arto.

"Sial! Sial! Sial! Dasar gadis menyusahkan!" Sam mengumpat sembari menendang tumpukkan baju yang berserakan.

Tidak ada yang dapat mereka berdua lakukan selain berhenti menodong satu dengan lainnya. Mereka berdua harus menemukan Eva sebelum kejadian buruk menimpa. Gadis itu adalah prioritas saat ini.

Memacu langkah kaki dengan cepat mereka berdua sampai pada lantai dasar bangunan itu. Melihat sekilas keluar jendela, butiran salju mulai turun.

Hamparan putih menutupi jalanan. Begitupula dengan bangunan, mobil-mobil terbengkalai dan segala sesuatu yang ada.

Tak dapat dipungkiri bahwa keadaan pagi itu begitu dingin. Bahkan mampu membuat Sam mengigil karenanya meskipun ia sudah mengenakan sebuah jaket musim dingin.

"Apa-apaan ini? Seharusnya salju turun dua minggu lagi!" Ujar Sam kesal, "Apakah musim dingin juga ikut bermutasi seperti yang lainnya?"

Disisi lain Arto mengamati sebuah jejak kaki yang membekas pada salju. Menyadari bahwa itu adalah jejak kaki Eva, robot itu segera mengikutinya.

Sebuah keputusan yang baik memilihkan jaket untuk Eva. Turunnya salju dengan mendadak pagi ini merupakan hal yang tidak biasa. Tidak akan ada yang menyangka bahwa musim berganti dengan cepat pada dunia baru.

Baru satu langkah keluar dari bangunan, Arto berhenti. Ia mendeteksi suara raungan dari kejauhan. Cakar-cakar yang mengais benda kasar mengikuti. Suara yang tidak asing bagi robot itu.

"White face?! Mengapa mereka aktif pada pagi hari?"

"Kamu bodoh atau bagaimana?" Sam mendekati Arto dari belakang, "Matahari bukan hal yang membuat mereka takut."

"Bukankah mereka takut dengan cahaya?" Arto balas bertanya, "Bagaimana dengan suar waktu itu? Bagaimana dengan lilin?"

"Bodoh! Mereka tidak takut dengan cahaya. White face takut dengan suhu  panas," Balas Sam menjawab pertanyaan Arto, "Dan salju sialan ini akan mendukung mereka." Lanjut Sam.

Meskipun sudah beberapa musim dingin yang Arto lewati, ia tidak menyadari hal ini. Hingga pada detik ini ia baru mengetahui kebenaran dari musuhnya.

"Eva dalam bahaya!" Arto segera berlari mengikuti jejak kaki itu.

"Kamu baru mengatakannya sekarang?" Balas Sam sembari mengikuti Arto dari belakang.

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang