Emosi Manusia

85 12 2
                                    


Terbentang lah sebuah taman bunga tepat di tengah kota. Warna-warna memenuhi tempat tersebut.

Bak sebuah oasis di padang gurun, taman bunga itu meyakinkan semua mata yang melihat untuk percaya bahwa mereka sudah meninggalkan kota.

Angin semilir berhembus. Membuat beberapa bunga ikut terbang bersamanya. Bau harum semerbak seketika, membuat terlena siapapun yang ada.

Eva tidak percaya dengan apa yang matanya lihat. Kedua mata gadis itu terbuka lebar dengan berbinar-binar. Tak disangka bahwa dunia yang sudah menejelma menjadi neraka ini masih saja menyimpan rahasia.

Eva mengitari taman bunga itu. Berlari kian kemari demi melihat semua keindahan yang ada.

Wajah penuh kesedihan sudah pudar, tergantikan oleh wajah riang berseri. Seolah-olah taman bunga ini memiliki obat untuk menghilangkan semua masalah yang ada.

Arto berdiam diri di pinggiran taman. Sebuah garis pembatas tergambar jelas antara jalanan kota yang gersang dengan taman bunga penuh warna tersebut.

Ini bukanlah kali pertama robot itu melihat taman yang luas ini.

Pada saat pertama kali ia menemukan tempat ini, Arto tak terlalu bersemangat seperti yang Eva lakukan. Ia hanya sepintas memandang dari kejauhan kemudian pergi melanjutkan perjalanannya.

Namun berbeda untuk kali ini. Robot itu memiliki pandangan yang berbeda dari sebelumnya. Taman bunga itu membuat dirinya terpanah.

Arto tidak terpanah bukan karena keindahan yang taman bunga itu miliki, melainkan keampuhannya dalam mengubah emosi manusia.

Hanya sebuah taman bunga biasa akan tetapi berhasil membuat Eva untuk tersenyum kembali.

Emosi manusia itu...

Aneh.


GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang