Redwood Village

23 3 0
                                    

Jessy memasangkan beberapa kabel pada bagian belakang kepala Arto. Satu kabel berwarna merah masuk pada bagian tengkuk robot itu, sementara beberapa kabel kuning terpasang pada ubun-ubun Arto.

"Aku ingin memasang sesuatu." Ucap remaja itu sembari menyiapkan kabel-kabel itu.

Arto nampak tidak peduli dengan apa yang Jessy kerjakan. Robot itu hanya duduk di sana sembari memandangi barang-barang rakitan ciptaan Jessy.

"Mengapa kamu melakukan semua ini kepadaku?" Arto bertanya. Meskipun dia tidak dapat menampilkan ekspresi di wajahnya, nada bicaranya terdengar serius.

"Apa maksudnya?" Balas Jessy singkat. Remaja itu bahkan tidak berhenti untuk sekedar bertatap muka ketika menjawab.

"Kamu membawa aku dari bunker. Membersihkan tubuh ini dan juga membenahi sistem bahan bakarnya." Kata Arto yang mencoba menjelaskan, "Padahal, kita berdua tidak saling mengenal. Terutama, bagaimana cara kita berdua bertemu pertama kali... Itu bukanlah cara yang bagus."

"Aku juga sama merasakan hal ini ketika di bunker. Seseorang yang baru saja aku kenal, mau melakukan hal besar untukku. Dia bahkan rela untuk terluka dan hampir kehilangan nyawanya untuk seseorang seperti aku. Jika diingat-ingat, pertemuan kami juga sangat buruk. Aku menarik kerah bajunya dan mendorongnya ke lubang."

Jessy beranjak pergi untuk mengambil laptop di meja kerja, "Aku ingin menjadi seperti dia. Tetap menanggap semua orang sebagai temannya dan tidak peduli dari mana mereka datang."

Jessy menekan beberapa tombol papan ketik, sebelum melanjutkan ucapannya, "Dan jika kamu bertanya mengapa aku melakukan ini kepada seseorang yang telah menodongku. Maka, jawabanku adalah keinginanku untuk berubah menjadi seperti dia, seorang gadis yang tidak peduli mana kawan atau lawan. Aku ingin memulai perubahan itu dari merawat dan memperbaiki dirimu, Arto."

Arto diam sejenak sebelum kembali dengan sebuah pertanyaan, "Dari apa yang kamu ceritakan, apakah idolamu itu Eva?"

"Idola? Hmm... Aku rasa bukan kata yang tepat. Namun, iya. Aku sedang membicarakan Eva sekarang."

Jessy melanjutkan pekerjaannya. Dia mengunggah sesuatu pada komputer di kepala Arto, semacam program tambahan untuk Arto jalankan.

[Peringatan!]
[Virus komputer terdeteksi!]

[...]
[Lakukan pemindaian!]

"Apa yang kamu lakukan?" Arto segera menarik semua kabel yang terhubung padanya. Dia bangkit berdiri dari posisinya.

Jessy segera mencoba menenangkan robot itu, supaya tidak terjadi kesalahpahaman, "Tenang! Dengarkan aku dulu!"

"Oh, ya? Virus? Sungguh?!"

Rasa kepercayaan Arto akan kebaikan remaja itu berkurang drastis. Dia sungguh tidak akan menduga sebuah virus komputer dimasukkan kedalam kepalanya. Arto jelas menuntut penjelasan lebih akan hal ini.

Jessy membalik laptopnya dan memperlihatkan layarnya, "Ini adalah status Overkill. Virus yang aku masukkan adalah akses utama agar status ini dapat dijalankan oleh program milikmu."

Arto menggeleng, dia benar-benar tidak mengerti apa yang remaja itu katakan, "Overkill? Apa yang akan kamu lakukan dengan itu?"

"Ketika kamu membiarkan virus itu menjalankan program di kepalamu, maka kamu akan mendapatkan peningkatan kemampuan. Reaksi pergerakan setiap anggota tubuhmu akan lebih akurat. Penglihatanmu akan dapat dimaksimalkan, dan kemampuan membidik dan bertarungmu akan lebih baik. Intinya, kamu akan menjadi robot perang terbaik yang pernah ada."

Arto menggelengkan kepalanya sekali lagi sebagai tanda tidak setuju, "Aku tidak butuh semua itu."

Arto memutar kembali ingatan miliknya ketika dia sedang bertarung. Dalam ingatan itu, hanya ada darah dan teriakan dari mahkluk-mahkluk mutasi yang kesakitan. Ketika Arto melakukan pertarungan brutal, dia menjadi tidak terkendali. Hal itu tidak ingin terulang kembali kedepannya.

Arto teringat bagaimana raut wajah Jessy yang ketakutan, ketika remaja itu melihat dirinya, "Aku adalah sebuah mesin pembunuh yang tidak dapat dihentikan. Aku menyerang dan menyerang, hingga sekujur tubuhku berlumuran darah. Kamu melihat sendiri ketika aku selesai bertarung di lorong bunker itu? Kamu terlihat takut padaku, saat itu. Mengapa sekarang, kamu ingin aku menunjukkan hal itu lagi? Terlebih, dengan virus yang kamu katakan dapat meningkatkan caraku membunuh."

Jessy menutup laptopnya, kemudian sedikit bersandar pada meja, "Aku tahu bagaimana kamu datang ke ruang dapur itu. Jujur saja, ketika aku melihat sosok yang berlumuran darah dengan kedua mata menatap tajam padaku... aku ketakutan. Namun, aku melihat sebuah potensi akan hal itu. Sebuah potensi agar menjadikan dirimu robot perang sesungguhnya."

Arto melihat kedua mata remaja itu berbinar-binar, seolah berharap keinginannya dikabulkan. Akan tetapi, Arto sudah berkeinginan untuk berhenti menjadi pembunuh brutal seperti sebelumnya.

"Tidak!" Jawab Arto dengan tegas, "Aku tidak bisa memperlihatkan sosok itu lagi kepada siapapun, terutama kepada Eva. Aku akan berjanji pada diriku sendiri untuk menjaganya sebagai Arto, bukan sebagai mesin tempur."

[Pemindaian virus selesai.]
[Hapus virus?]

...Ya!

Jessy menghela napas dengan kecewa. Akan tetapi, dia tidak dapat memaksa kehendaknya, "Baiklah, aku tidak bisa memaksamu untuk memakainya."

Jessy tahu bahwa sudah tidak ada alasan baginya untuk menahan Arto lebih lama di ruangan ini. Robot itu akan tetap mencari teman manusianya, Eva dan dia akan selalu menanyakan hal itu. Maka, Jessy mengambil inisiatif terlebih dahulu.

"Jika kamu bertanya mengenai Eva, sudah empat hari yang lalu dia siuman. Untuk hari ini, aku melihatnya bersama Anna dan Boy."

"Eva? Kamu seperti membaca apa yang hendak aku katakan." Arto berjalan menuju pintu keluar, dia sedikit menoleh kebelakang, kearah Jessy berada, "Terima kasih atas perawatannya. Aku apresiasi akan hal itu."

Arto hendak memutar gagang pintu. Namun, dia tertahan dengan ucapan remaja itu secara tiba-tiba, "Selamat datang di Redwood Village!"

Dan pintu terbuka.
















GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang