Serangan Berbalas

38 4 0
                                    

"Berapa banyak peluru yang kamu miliki?" Tanya Arto.

Sam menanggapi pertanyaan itu dengan memeriksa tas ranselnya terlebih dahulu. Pria itu memiliki dua buah senjata yang terikat di tasnya, sebuah senapan serbu dan shotgun.

"Aku kehilangan pistol ku beberapa saat yang lalu." Jelas sam, kemudian dia membuka magasin tiap senjata yang tersisa.

"Sekitar lima belas peluru senapan serbu dan delapan amunisi shotgun."

Itu bukan jumlah yang banyak apabila harus disandingkan jumlah dari serigala mutasi maupun kekuatan dari monster alpha. Mereka butuh lebih dari sekedar peluru untuk memenangkan pertandingan ini.

"Bagaimana denganmu? Berapa yang kamu miliki?" Sam bergantian bertanya kepada robot itu.

"Lima-"

"Tunggu- mengapa kamu berhenti? Maksudmu lima belas, bukan?"

"Kita tidak punya waktu." Balas Arto seolah menghiraukan pria itu.

Arto kemudian pergi ke sebuah mobil yang ada didekatnya dan mulai mendorongnya dari bagian belakang.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Sam kebingungan sembari menonton robot itu dari tempatnya berdiri.

"Jangan diam saja, bantu aku! Aku punya rencana."

Sam ikut membantu apapun yang robot itu tengah lakukan. Pria itu ikut mendorong mobil seperti apa yang Arto lakukan.

Mereka berdua menyusun mobil-mobil itu menjadi sebuah formasi. Mereka mengatur mobil-mobil tadi hingga membentuk persegi. Satu buah sisi dari persegi itu dibiarkan kosong sebagai jalan masuk. Akan tetapi sebuah mobil kecil sudah disiapkan untuk nanti dijadikan sebagai pintu penutup.

Arto juga tidak lupa akan keberadaan Eva. Dia tidak ingin terjadi sesuatu kepada gadis itu sehingga Eva diminta untuk bersembunyi dan menunggu.

Raungan dan lolongan semakin keras, begitu pula dengan suara hentakan tapak kaki mahkluk-mahkluk itu. Monster mutasi untuk sudah sangat dekat dan apapun yang Arto rencanakan harus segera dilakukan.

Para serigala mutasi keluar dari balik kabut putih tebal. Mereka berlarian berhamburan tak menentu arah.

Arto naik ke atas sebuah mobil dan berdiri menghadap mahkluk-mahkluk yang berlarian itu. Dia mulai membidik salah satu serigala mutasi namun dengan tiba-tiba mengubah arah bidikannya. Arto kembali mengarahkan senapannya ke langit-langit terowongan.

DDOOOMMMM...!!!

Peluru Arto melesat cepat ke atas dan menancap pada langit-langit terowongan. Robot itu sengaja melakukannya karena menginginkan satu hal. Suara dari senapannya yang sangat keras menjadi hal yang menguntungkan.

Para serigala mutasi yang mendengar lesatan peluru Arto terdiam untuk beberapa waktu dan membuka organ insang mereka lebar-lebar. Mereka tidak butuh waktu lama untuk menemukan keberadaan Arto dari suara yang ditimbulkan.

Mahkluk-mahkluk itu berlari masuk kedalam sangkar persegi yang dibuat dari susunan mobil-mobil. Itu adalah isyarat bagi Sam untuk menutup pintu masuknya menggunakan mobil kecil yang sudah disiapkan.

Sam mampu untuk mendorong mobil itu sendirian karena ukurannya yang tidak terlalu besar. Hal tersebut membuat mahkluk-mahkluk itu terjebak pada satu tempat.

Sam naik ke atap mobil kecil tadi dan memandang ke bawah, tempat dimana mahkluk-mahkluk mutasi itu sudah disatukan pada satu tempat. Keadaan ini sangat menguntungkan bagi Sam dan Arto karena tidak perlu untuk bertarung dengan mahkluk-mahkluk itu yang sering menggunakan taktik menyerang dari segala arah.

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang