Percakapan Api Unggun

36 5 0
                                    

Setelah Sam melanjutkan perjalanan yang cukup jauh, dia memutuskan untuk beristirahat.

Sam juga menyadari bahwa malam akan segera tiba. Sehingga mau tidak mau dirinya harus mencari tempat untuk beristirahat.

Saat ini dia dan Eva berada pada sebuah lembah perbukitan yang bersalju.

Nampak beberapa tanaman dan pohon yang tumbuh liar di sekitarnya.

Salju yang turun sedari tadi membuat tanaman-tanaman itu tertutupi oleh salju.

Sudah tidak ada gedung tinggi maupun jalan raya yang terlihat. Mereka sudah jauh dari perkotaan.

Letak bunker yang menjadi tempat tujuan Sam dan Eva memang berada jauh dari pusat kota. Maka dari itu mereka perlu untuk melewati jalanan terjal di perbukitan untuk mencapai bunker itu.

"Di-Dimana aku?!"

Eva mengusap-usap matanya.

Gadis itu mendapati dirinya duduk di sebuah batang pohon yang tumbang. Sebuah api unggun kecil membara dihadapannya, memberikan sedikit rasa hangat dari dinginnya malam.

Eva menggosokkan kedua telapak tangannya satu dengan lainnya. Dari gosokan itu rasa hangat merambat ke seluruh telapak tangannya.

Baju dan jaket Eva yang basah kuyup sedikit mengering karena api unggun. Meski begitu, Eva masih saja mengigil kedinginan.

Sedari tadi gadis itu tidak melihat keberadaan Sam. Membuat dirinya terus bertanya, "Paman Sam? Kamu dimana?!"

"Paman Sam?" Sekali lagi Eva memanggil.

Terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Membuat Eva meningkatkan kewaspadaan.

"Tenang gadis menyusahkan! Ini aku."

Sam keluar dari semak-semak bersalju. Pakaian yang pria itu kenakan hampir sepenuhnya tertutupi salju.

"Dari mana saja kamu?" Tanya Eva.

"Itu bukan urusanmu!"

"Mengapa kita ada tengah hutan seperti?"

Sam menghela napasnya. Ia nampak gusar dengan pertanyaan gadis itu.

"Tidak bisakah kamu tenang? Aku sedang kelelahan!"

"Astaga, aku hanya bertanya. Tidak perlu semarah itu padaku."

...

Tidak ada satupun dari mereka yang berbicara. Membuat keheningan menyelimuti. Rasa canggung juga muncul dengan cepat.

Eva menjulurkan kedua tangannya ke arah apin unggun. Merasakan sensasi hangat yang merambat ke tangannya.

"Jangan terlalu dekat. Nanti jaketnya terbakar!" Sam memperingati.

"Itu bukan urusanmu!"

Sam kembali menghela napasnya.

"Kamu masih marah padaku, bukan? Apakah ini tentang aku membawamu kembali ke bunker?"

Untuk sesaat Eva tidak memberikan jawaban. Gadis itu hanya diam.

Hingga akhirnya ia mau membalas pertanyaan Sam.

"Tidak. Aku bahkan sudah tidak peduli lagi mengenai bunker atau apapun itu. Tetapi aku masih kesal padamu. Kesal karena membiarkan Arto tertinggal disana."

"Ohh baik, sekarang aku orang paling jahat disini? Dengar! Robot itu tidak seperti apa yang kamu pikirkan."

Eva menoleh ke arah Sam. Memberikan perhatian terhadap apa yang pria itu katakan.

Wajah gadis itu nampak tidak setuju dengan apa yang Sam katakan.

"Tahu apa kamu tentang Arto? Kalian bahkan belum kenal lebih dari sehari."

"Lalu bagaimana denganmu? Aku bertaruh bahwa kamu dan Arto juga baru bertemu."

Eva sadar bahwa apa yang Sam katakan adalah sesuatu yang benar.

Eva menundukkan kepalanya. Mengingat semua hal yang ia lalu bersama robot itu, meski hanya terjadi beberapa hari saja.

"Meski begitu, Arto selalu berada disisiku. Baik disaat aku senang maupun sedih, dia selalu disana."

Sam ikut menjulurkan kedua tangannya mendekat ke api unggun, seperti apa yang Eva lakukan.

"Terserah apa pendapatmu. Pandanganku terhadap robot itu tidak akan berubah."


GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang