Dari Balik Kabut

41 6 5
                                    

[Menyalakan mesin]

Deru mesin yang bising mulai berdengung.

[Sistem kembali aktif]

Dua mata biru yang menyala kembali terbuka lebar.

[Selamat malam Ar2-566]

Hari masih belum berganti. Malam belum berubah menjadi pagi. Dan kabut itu masih belum pergi.

"Sam?" Panggil Arto.

Sembari menunggu balasan, Arto melihat kekanan dan kiri kaca jendela mobil. Melihat bahwa kabut tadi semakin tebal.

Tak kunjung mendapatkan jawaban, Arto memanggil pria itu sekali lagi, "Sam?"

Arto memeriksa kursi depan, tempat Sam tidur tadi dan tidak menemukan keberadaan Sam disana.

Baik pria itu maupun senapan serbu yang terikat di samping tas ranselnya, keduanya tidak ada.

"Ia meninggalkan tasnya?"

Secara tiba-tiba, ada sesuatu yang menimpa atap mobil dimana Arto dan Eva berada.

BRRUUUCCCKKK...

Dengan segera Arto meningkatkan kewaspadaan. Secara perlahan ia meraih senapan jarak jauhnya yang tergeletak di kolong kursi.

"Ar-to?" Panggil Eva yang baru saja terbangun, "Ada apa?"

Arto tidak memberikan jawaban karena ia sendiri tidak tahu pasti apa yang terjadi.

Akan tetapi, kedua mata biru robot itu terus menatap ke langit-langit mobil.

Apapun yang berada di atap mobil itu, kini tengah berjalan ke arah belakang.

Suara langkah kaki yang ringan, nyaris tak terdengar. Namun Arto tahu bahwa makhluk itu menuju kaca bagasi mobil.

"Ar-Arto?" Panggil gadis itu sekali lagi dengan suara yang gemetar.

Arto mengokang senapannya dengan sangat pelan. Berharap dengan begitu tidak menimbulkan suara.

Clickkk...

Akan tetapi suara kokangan itu tetap terdengar nyaring.

Clangg...

Tidak ada tanda-tanda bahwa mahkluk itu akan menyerang. Tidak ada suara langkah kaki di atap mobil yang terdengar.

"Tenang Eva, apapun itu aku rasa sudah per-!!"

Sebuah serangan dadakan diberikan. Mahkluk itu menabrak kaca bagasi dengan kuat dan cepat. Menghancurkan kaca bagasi belakang mobil.

Tabrakan itu begitu kuat hingga terasa sebuah gelombang kejut nya. Hal itu membuat Arto dan Eva yang duduk di kursi belakang bertabrakan dengan kursi depan mobil.

Secara tidak sengaja, senapan Arto terlepas dari genggaman robot itu. Membuat senapannya terhempas menuju dashboard mobil.

"Eva! Kamu tidak apa-apa?!"

"ARTOO!! APA ITUU!!"

Seekor mahkluk mutasi muncul kembali. Memiliki rupa seperti seekor serigala namun tanpa bulu yang menyelimuti.

Seluruh kulitnya berwarna putih pucat dengan sedikit warna merah pada bagian kaki.

Mahkluk itu memiliki moncong dengan gigi-gigi tajam di dalamnya.

Anehnya, tidak ada telinga maupun mata pada kepala mahkluk itu.

Sebagai gantinya, terdapat semacam organ tambahan pada sisi kanan dan kiri lehernya. Organ yang berbentuk layaknya sebuah insang pada ikan.

Organ itu berwarna merah terang dan berjumlah lima ruas pada setiap sisi. Untuk tiap detiknya, organ itu terbuka dan tertutup secara berkala.

Mahkluk itu berusaha untuk merangsak masuk kedalam mobil. Dengan kuku pada kakinya, ia berusaha untuk masuk.

"Artoo?!!"

Moncong penuh gigi yang tajam terbuka dan tertutup dengan cepat. Moncong itu semakin dekat seiring dengan mahkluk itu yang berusaha merangsak masuk kedalam.

"ARTOO!!" Teriak Eva dengan panik.

Sementara itu, Arto berusaha untuk meraih senapannya. Robot itu menjulurkan tangannya untuk menggapai tali yang terikat pada senapan.

Mahkluk itu berhenti sejenak. Sepertinya ada sesuatu yang menahan dirinya untuk melanjutkan serangannya.

Organ yang menyerupai insang ikan terbuka penuh untuk waktu yang lama. Tidak seperti sebelumnya yang dimana organ itu akan terbuka dan tertutup secara berkala.

Seolah-olah hendak mengatakan bahwa itu adalah organ yang penting bagi mahkluk itu. Dan untuk sekarang organ itu sedang bekerja maksimal.

Organ itu bukan untuk untuk melihat. Organ itu bukan untuk bernapas. Melainkan itu adalah sebuah organ pengganti telinga.

Kini, mahkluk tersebut membuka indera pendengarannya dengan begitu kuat. Mendengarkan setitik getaran suara apapun yang ada.

Dari segala suara yang ada di sekitarnya, suara deru mesin Artolah hal yang pertama tertangkap pada indera pendengaran mahkluk itu. Menjadikan Arto sebagai target utama.

Gigi-gigi tajam diperlihatkan kembali. Mengarahkan sepenuhnya kepada robot tersebut.

Dengan tumpuan kaki-kaki yang kuat, mahkluk itu hendak melompat ke arah Arto.

Hingga sebuah terjangan diberikan. Mahkluk itu begitu cepat.

"Sedikit... lagi...DAPAT!"

Namun, Arto, dengan kemampuan robot nya yang dapat mengambil posisi menembak dalam hitungan satu kedipan mata.

Ia lebih cepat daripada mahkluk itu.

BAAAMMMM...!!!

Sebuah peluru panas ditembakkan. Menembus dahi mahkluk itu dan membunuhnya dalam satu kali tembakan.

"Arto!?! Mah-Mahkluk apa ini!"

"Aku tidak tahu."

Baik Arto dan Eva keluar dari mobil. Mereka berdua bergandengan tangan agar tidak terpisah didalam kabut putih yang tebal.

Satu hal yang masih belum Arto ketahui. Bahwa mahkluk itu tertarik dengan suara. Dan suara tembakan yang nyaring tadi adalah sumber suara yang merugikan.

"Arto? Apa itu?" Tanya Eva sembari menunjuk kepada sebuah bayangan yang berdiri diatas atap bus.

BRRUUUCCCKKK...

Dari arah lainnya, terdengar sesuatu yang menjatuhkan diri ke aspal jalan.

Dan dari antara mobil-mobil di belakang mereka berdua, seekor mahkluk serigala yang sama muncul dari balik kabut tebal.

Hal kedua yang Arto tidak ketahui mengenai mahkluk itu, selain memiliki indera pendengaran yang kuat.

Mahkluk itu berburu secara berkelompok.
























GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang