Berbalas Pukulan

36 8 0
                                    

Pria itu berlari cukup kencang hingga membuat sistem Arto menambah pengawasan. Untuk beberapa kesempatan kontak mata terjadi diantara keduanya.

Arto memperhatikan pria itu kembali. Mengambil ancang-ancang untuk menyerang. Mengincar titik lemah dari seorang manusia. Satu pukulan keras di kepala akan menghentikannya.

Alih-alih mendaratkan pukulan, pria itu melewati begitu saja. Arto tidak memberikan respon cepat untuk hal itu. Robot itu tidak menduga bahwa ia bukanlah incaran.

Pria itu tidak cukup bodoh untuk bertarung dengan sebuah robot berbadan besi. Pria itu mengincar sesuatu dibelakang Arto.

"Eva!"

Tas yang pria itu panggul menghambat pergerakannya. Benda itu juga menjadi sebuah tumpuan mudah untuk menghentikan dirinya.

Arto dan pria itu bersebelahan. Terjadi begitu cepat pada keadaan asli, namun terlihat lambat di mata robot itu.

Segera Arto menarik tas yang pria itu panggul. Membuat hentakan kecil yang mengejutkan. Tubuh pria itu tertarik kembali.

Robot itu berhasil membuat si pria terjatuh dihadapannya. Ronde permulaan yang mengecewakan. Atau bahkan itu masih belum dimulai.

Apapun itu yang jelas saat ini ronde baru akan segera dimulai. Pria itu bangkit kembali. Menjatuhkan tas berat yang mengganggu pergerakannya. Memasang muka masam penuh amarah.

Sekali lagi pria itu maju. Untuk kali ini Arto menjadi tujuan utama pria itu. Robot itu segera memasang kuda-kuda kembali.

Sebuah pukulan keras Arto hantam kan. Pukulan lurus yang penuh dengan kekuatan. Begitu kencang hingga seolah-olah angin terbelah akibatnya.

...!!!

WHOOSSHHH..!!

Tidak dapat diduga, pria itu menghindari pukulan tersebut. Pria itu segera mengambil posisi. Berniat untuk melakukan gerakan balasan.

Tangan kiri Arto masih terbuka lebar. Robot itu segera bersiap untuk memberikan pukulan kejutan.

Akan tetapi pria itu lebih mahir dalam hal bertarung. Serangan kejutan Arto berhasil di tepis dengan mudah. Seakan lengan besi Arto bukan apa-apa.

Kini giliran pria itu untuk menyerang. Dengan segera pria tersebut mengepalkan tinjunya. Dibantu dengan momentum yang ia ciptakan, sebuah pukulan mendarat pada mata Arto.

Brakkk...!!!

"Ouch..!!" Teriak pria itu spontan.

Pria itu segera menarik tubuhnya mundur. Memperpendek jangkauan serang mereka berdua. Memilih untuk beristirahat setelah berhasil mendaratkan satu pukulan telak.

Pria itu mengkibas-kibaskan pergelangan tangannya. Sedikit menetralisir rasa sakit akibat pukulan miliknya sendiri.

Di lain sisi, Arto tidak merasakan apapun. Terbentuk tanpa rasa sakit merupakan sebuah keuntungan bagi robot itu. Terutama kenyataan bahwa seluruh tubuhnya terbuat dari besi benar-benar menguntungkan Arto dalam pertarungan.

Akan tetapi Arto perlu meningkatkan kewaspadaan. Dua kali serangan yang ia luncurkan berhasil dihindari oleh pria itu. Menandakan bahwa lawannya saat ini bukanlah seseorang  yang biasa. Dia adalah seseorang yang terlatih.

Pria itu sudah pulih. Memandang Arto dengan tajam. Kedua matanya membara dengan penuh semangat. Ia sangat menikmati pertandingan ini.

Arto menunduk. Melihat sekilas ke arah senapan yang tergantung di bahunya. Apabila ini permasalahan yang melibatkan Eva. Arto rasa tidak perlu untuk membuang-buang waktu.

"Ada apa? Kamu ingin menembak? Dasar licik! Itulah sifat kalian! Semua robot itu licik dan keji!"

Arto terdiam. Tidak ada untung baginya untuk menjawab pria itu. Untuk saat ini ia hanya perlu fokus untuk mengalahkan pria itu.

Arto segera meraih tali pengikat senapan yang menggantung di bahu. Seolah-olah hendak menjawab pria itu, Arto meletakkan senapan itu.

"Huh?! Bagus! Tidak kusangka kamu mengerti apa maksudku!"

Ronde kedua akan segera dimulai. Kedua petarung mengangkat tinju mereka kembali.

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang