Diatas Sungai Yang Beku

35 6 1
                                    

Sam segera menarik lengan Eva. Menjauhkan gadis itu dari White face yang berada tepat di depannya.

Semuanya terjadi begitu cepat hingga Sam tidak menyadari bahwa cakar mahkluk itu berhasil menggoreskan luka pada tangannya.

Sebuah luka sobek tercipta. Tidak begitu dalam namun benar-benar menyakitkan. Terasa seperti sebuah kobaran api yang terbakar di tangannya.

Tidak ada waktu untuk mengurus luka itu karena mahkluk-mahkluk mutasi yang lain mulai berlari.

"Dengar Eva! Kita harus menyeberangi sungai itu. Mengerti?"

Eva hanya mengangguk setuju.

Sekali lagi mereka berlari. Menghindari maut yang terus mengikuti.

Terdapat sebuah pagar pengaman yang memisahkan jalan raya dengan lereng sungai.

"Cepat, cepat! Ayo cepat!"

Pagar pembatas itu terlalu tinggi untuk Eva sehingga menghambat keduanya.

Mau tidak mau Sam harus kembali untuk membantu gadis tersebut.

Sedikit tarikan dan gadis itu berhasil melewati pagar. Namun lereng terjal menanti keduanya.

"Aaa...Paman Sam?"

Eva nampak panik ketika tahu bahwa mereka harus menuruni lereng sungai itu.

Lereng itu sudah tertutupi dengan salju yang cukup tebal. Akan tetapi masih terlihat terjal dimata gadis itu.

"Tidak ada waktu untuk panik, Eva! Kita akan turun dalam hitungan keti-!!"

Hati Eva berdebar kencang disaat sebuah tangan White face menyambar. Begitu dekat diantara dirinya dan Sam.

"Awas!"

Sam mendorong Eva guna menghindari tangan mahkluk itu. Hal itu membuat Eva kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh ke bawah lereng sungai.

Salju yang tebal membuat permukaan kasar lereng tertutup. Meski begitu, Eva masih merasakan benturan kasar beberapa kali.

Gadis itu meluncur pada permukaan salju yang menutupi lereng sungai, seolah-olah sedang menaiki wahana perosotan. Perosotan yang besar dan sangat dingin.

Hingga sampailah Eva pada dasar lereng. Kedua kakinya berhenti tepat didepan sungai yang membeku.

Untuk sesaat, gadis itu tidak mau membuka mata dan hanya berteriak histeris. Akan tetapi setelah ia merasa bahwa dirinya sudah berhenti meluncur, ia memberanikan diri.

"Tuan Teddy? Tuan Teddy dimana kamu?"

Eva bangkit berdiri dan menyadari bahwa boneka kesayangannya lepas dari pelukan saat meluncur tadi.

Eva menyadari bahwa bonekanya sudah berada diatas permukaan sungai yang membeku.

"Tuan Teddy tunggu aku!"

Sedikit rasa ragu muncul didalam diri Eva. Kaki gadis itu gemetar untuk menapak pada lapisan es.

Aneh. Eva masih melihat aliran air dari balik lapisan es tersebut. Menandakan bahwa lapisan es sungai tersebut masih sangat tipis.

Menghiraukan segala prasangka buruk yang ada di pikirannya, Eva mulai menapakkan kakinya.

Begitu pelan dan mencoba untuk selembut mungkin.

Akan tetapi sebuah suara retakan terdengar, menyambut kaki Eva yang ada di atas lapisan es.

Apa yang Eva khawatirkan benar terjadi. Lapisan es itu masihlah tipis.

Sebuah retakan muncul dari tempat Eva mendaratkan kakinya. Melihat hal tersebut membuat Eva segera menarik kakinya kembali.

"Sungai ini tidak akan kuat untuk disebera-!!"

Tak sempat menutup ucapannya, gadis itu mendengar sebuah suara tembakan.

Lantas Eva melihat ke atas lereng sungai. Mendapati bahwa White face sudah berkumpul di balik pagar pembatas.

Sam juga terlihat masih sibuk untuk menangani mahkluk-mahkluk yang terus berdatangan.

Sam merasa bahwa dirinya akan melakukan hal yang sia-sia apabila terus bertahan disana. Maka dari itu dia memutuskan untuk segera melarikan diri.

"Minggir, Eva!" Teriak Sam sembari meluncur dengan kecepatan tinggi diatas lereng sungai.

"Apa yang kamu lakukan?! Cepat seberangi sungai ini." Sekali lagi Sam mengajak Eva tanpa mengetahui bahwa sungai yang akan mereka seberangi masih terlalu tipis.

"Ta-Tapi Paman Sam!"

Suara teriakan salah satu White face mengejutkan mereka berdua. Seolah hendak mengatakan bahwa mereka berdua segera kehabisan waktu.

"Dengarkan aku gadis menyusahkan! Kita harus pulang, bagaimanapun caranya!"

Tanpa berpikir panjang, Sam segera berlari meninggalkan Eva.

Sebuah retakan muncul pada jalur Sam berlari. Retakan itu semakin menyebar dan lamban laun semakin luas.

Sekali lagi Eva mencoba untuk menapak pada permukaan es sungai tersebut. Akan tetapi sekali lagi ia diingatkan bahwa lapisan es tersebut masih belum terlalu padat untuk dilewati.

Suara gemuruh terdengar dari arah belakang. Eva melihat sekilas dan mendapati bahwa para White face sudah berada di atas lereng sungai.

Tidak ada waktu untuk memikirkan konsekuensinya, Eva segera berlari diatas permukaan es yang tipis.

Tidak lupa juga untuk meraih boneka beruang miliknya.

Retakan demi retakan tersebar di mana-mana. Membuat gadis itu semakin panik karenanya.

Gadis itu berlari sembari menutup kedua matanya serta memeluk boneka beruangnya erat-erat.

Tidak butuh waktu lama, para White face juga berada pada permukaan sungai. Tidak berhenti untuk mengejar gadis itu.

Tekanan yang diberikan pada permukaan es yang tipis terlalu besar. Jumlah yang tidak masuk akal dari para White face mulai tidak tertahan.

Diatas sungai yang beku, mereka berlari. Mencoba mengadu keberuntungan dari jeratan waktu yang terus berjalan.



GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang