Pahlawan Atau Iblis

38 4 0
                                    

Arto menggunakan rangka besi yang menempel itu untuk turun. Robot itu melakukannya dengan sangat hati-hati. Tidak ada pergerakan yang tak ia perhitungkan.

Semua gerakan tubuhnya bergerak dengan koordinasi yang baik. Dia menggerakkan semua tubuh robotiknya dengan begitu sempurna, hingga bagian detail dari buku-buku jari masuk dalam perhatian.

Ini adalah perjalanan yang berbahaya. Jikalau Arto melakukan satu gerakan yang salah, maka sudah dipastikan dia akan terjun bebas hingga ke dasar. Namun, robot sepertinya tidak dapat dianggap remeh dalam hal-hal seperti ini.

Perjalanan Arto berhenti pada lantai kelima di bawah lantai dia memulai. Robot itu yakin betul bahwa suara teriakan Jessy berasal dari lantai ini.

Dia berharap mendengar suara teriakan itu lagi, 'tuk sekedar mengetahui apakah dia masih selamat atau sebaliknya. Akan tetapi, hanya ada suara erangan dan cakar yang saling beradu yang terdengar dari balik pintu elevator ini.

Pintu elevator yang tertutup pada lantai ini adalah gerbang terakhir, sebelum Arto masuk kedalam lorong. Dia hanya perlu membukanya secara paksa seperti apa yang ia lakukan pada lantai atas.

Pada lantai atas, Arto dapat membukanya dengan paksa menggunakan dua tangan. Namun, pada saat tidak ada tangan yang dapat ia gunakan untuk membuka pintu itu.

Satu tangan sibuk memegang kapak pemberian Ivan, sementara tangan yang lain bergelantungan pada rangka besi. Ini adalah pilihan sulit baginya, namun Arto memikirkan sebuah cara.

Robot itu mengapitkan kapak yang ia bawa pada kedua kakinya. Dengan begitu, dia memiliki satu tangan yang terbebas tugas. Akan tetapi, itu tidak akan mengubah kenyataan bahwa ia harus membukanya hanya dengan satu tangan.

Arto mencoba menjangkau pintu elevator itu dari tempatnya bergelantungan. Dia mengincar sela pemisah antara pintu yang bergerak ke kanan dan pintu yang bergerak ke kiri. Arto menempatkan jari-jari besinya untuk menarik dari sela pintu itu.

Pegas di jari Arto mulai ditarik, menghasilkan bunyi yang terdengar seperti retakan. Mesin Arto kembali berderu kencang, dan bahan bakarnya tumpah dengan kacau.

Crraackk...

Celah tipis mulai terlihat pada sela pintu. Arto menggunakan kesempatan itu untuk menempatkan jari-jarinya pada posisi yang lebih baik. Dia mulai menarik satu bagian dari pintu elevator untuk terbuka. Dia tahu bahwa ia tidak perlu untuk membukanya penuh, setidaknya cukup agar dia dapat masuk kedalam lorong di lantai itu.

Arto merasakan bahwa jari-jarinya mulai melemah. Ini adalah sebuah kerusakan eksternal pada tubuhnya, dan dia tahu akan hal itu. Namun, robot itu tetap memaksa untuk melakukannya.

BIIIZZZZTTT...

CCRRAKKK...!!!

Dia menarik satu bagian pintu elevator itu. Terus, hingga memberikan celah yang cukup baginya untuk masuk kedalam. Sungguh menakjubkan apabila melihat perbuatan robot itu yang melakukan pekerjaannya sembari bergelantungan.

Arto melempar kapak yang sedari tadi diapit di kedua kakinya. Kapak itu masuk kedalam lorong di lantai itu. Sekarang, Arto hanya perlu satu hentakan dan dia akan masuk kedalam lorong itu juga.

Wwhhooppp...

Kedua kaki besi Arto menapak di lorong. Arto sungguh tidak dapat percaya bahwa dirinya sudah sejauh ini. Lantas, dia mengambil kapak yang ada di lantai dan mulai menelusuri lorong ini.

Tugas penyelamatan ini akan dipacu dengan waktu. Robot itu tahu bahwa persentase bahan bakarnya kian menipis. Akan tetapi, dia juga tahu bahwa mahkluk-mahkluk mutasi itu tidak akan tinggal diam untuk berburu.

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang