Menolak Mati

51 10 2
                                    

"Arto, apakah aku boleh melihat mesin itu lebih dekat?" Tanya gadis itu.

Eva dipenuhi dengan rasa penasaran yang kuat. Layaknya seorang bayi yang baru saja membuka matanya, gadis itu tidak tahu apa-apa mengenai dunia dan isinya.

Semua pengetahuan yang Eva miliki berasal dari ibunya. Sosok yang selalu setia membimbing Eva dalam menjawab rasa penasaran yang gadis itu miliki.

Arto melihat sekilas mesin perang itu. Tidak ada tanda-tanda bahwa mesin itu masih aktif. Mesin itu tertidur pulas diatas rerumputan. Tidur dalam waktu yang panjang.

Akhirnya Arto menyetujui permintaan gadis itu untuk melihat lebih dekat. Robot humanoid itu mengikutinya dari belakang. Ia tak akan meninggalkan Eva lepas dari pengamatannya.

"Dia... Besar sekali!" Seru Eva yang mengagumi ukuran yang Doominator miliki.

Doominator sendiri adalah mesin perang yang berada pada kelas penghancur. Dengan lapisan armor yang sangat tebal, mesin seperti dia akan selalu berada di garis depan medan pertempuran.

Persenjataan yang ia miliki berupa meriam yang dapat menembakkan peluru dengan daya ledak tinggi. Pengisian ulang peluru yang dilakukan secara otomatis dapat dilakukan hanya dalam waktu lima hingga tujuh detik saja. Menjadikan Doominator sebuah

mesin perang yang terkenal tangguh.

Tak seperti robot militer humanoid, Doominator tak dilengkapi dengan kecerdasan buatan. Mesin perang ini dirancang dengan satu tujuan. Menghancurkan apapun yang ada di depannya.

"Arto... " Suara gadis itu menggema. Namun ketika Arto mencari keberadaan gadis itu, dia tidak menemukan dirinya.

"Arto dibawah sini."

Gadis itu keluar dari sebuah celah terbuka yang ada di bagian bawah mesin perang tersebut.

Dari celah itu dapat terlihat mesin yang Doominator miliki, mekanisme pengisian peluru otomatis, serta tempat menyimpan peluru. Mesin perang yang besar memiliki interior yang luas.

"Bagian bawah mesin ini berlubang. Pasti membutuhkan upaya tambahan untuk melubangi armor tebal miliknya."

Sedari tadi, Eva terpaku dengan ukuran peluru yang di ruang penyimpanan mesin perang tersebut. Tentunya itu bukan peluru yang sama seperti yang senjata Arto miliki.

"Satu... Dua... Tiga.. Lima... Ermm."

"Apa yang kamu katakan, Eva?"

"Aku mencoba menghitung peluru-peluru ini. Arto, apakah kamu tahu angka setelah lima?"

"Mari aku bantu. Kita mulai dari awal."

Arto segera berdiri disamping Eva. Tangan Arto mulai menunjuk satu persatu peluru-peluru yang ada di ruang penyimpanan. Robot itu mulai membantu Eva menghitung jumlahnya.

Satu...

Dua...

Tiga...

Empat...

Lima...

Dari celah yang terbuka. Nampak sesuatu yang berwarna merah mulai berkedip.

Enam...

Tujuh...

Hawa hangat tiba-tiba terasa. Diiringi dengan deru mesin yang perlahan-lahan terdengar.

Delapan...

Sembilan...

"... Sepuluh!" Ujar Eva mengakhiri penghitungan mereka berdua.

"Benar sekali. Kamu semakin pandai."

Tujuan utama mereka berdua mulai teralihkan dengan keberadaan mesin perang ini. Mereka harus kembali fokus dengan pencarian tempat persembunyian untuk malam ini.

Maka dari itu mereka mulai pergi dari kolam air mancur tersebut. Meninggalkan mesin perang itu.

Namun sesaat langkah kaki mereka mulai beranjak. Sebuah suara menahan mereka.

"Daya cadangan berhasil dihubungkan. Memulai aktifasi." Kalimat tersebut diucapkan dalam bahasa lain, sehingga Eva tak mengerti apa maksudnya.

Namun tidak dengan Arto. Komputer super yang ia miliki dapat menerjemahkan bahasa asing yang terdengar.

"Eva! Kita harus segera pergi!"

Deru mesin terdengar kencang dari dalam Doominator. Diikuti dengan empat buah kaki mekanis yang mulai bergerak, mencoba untuk berdiri. Seolah menolak untuk mati, mesin perang itu bangkit kembali.

"Arto!! Mesin jahat itu bangun!"

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang