Terowongan Melintas Bukit

37 5 1
                                    

Itu adalah makan pagi yang kurang mengenyangkan, namun setidaknya dapat mengembalikan stamina.

Sam tidak terlalu bodoh untuk mencoba roti berjamur. Dan Eva tidak tega untuk membiarkan pria itu kelaparan.

Sementara keduanya menghabiskan sarapan mereka, Arto mengisi ulang bahan bakarnya dan juga isi pelurunya.

"Aku menemukan jalan yang lebih cepat menuju bunker." Ucap Sam membuka perbincangan.

"Apakah jalan itu aman?" Balas Arto untuk sekedar memastikan.

Arto tidak ingin kembali terjebak pada tipuan Sam. Dilain sisi Arto merasa bahwa Eva perlu mendapatkan pengobatan segera.

Arto tidak tahu apakah ia harus mempercayai Sam kembali atau tidak.

"Percayalah padaku, Arto. Jalan ini akan membawa kita ke bunker lebih cepat."

Sam mengusap mulutnya yang kotor akibat makanannya.

"Terdapat sebuah terowongan yang melintasi bukit itu." Kata Sam sembari menunjuk bukit yang dimaksud, "Daripada kita harus melewati jalur hutan, bukankah lebih baik lewat terowongan itu?"

Apa yang Sam katakan memiliki alasan yang masuk akal. Namun Arto mendapatkan pandangannya sendiri.

"Kamu tidak tahu apa yang disana. Mahkluk mutasi jenis baru bisa saja menghuninya."

Sam tersenyum.

"Dari apa yang kamu katakan, aku menarik kesimpulan bahwa kamu juga tidak tahu apa yang ada disana."

"Kita berdua sama-sama buta akan kondisi terowongan itu!" Balas Arto, "Ada baiknya kita menempuh jalan yang lebih aman."

"Apakah aku pernah bilang bahwa aku belum pernah ke terowongan itu?" Ucap Sam.

"Apakah kamu pernah ke terowongan itu, Sam?" Tanya Arto yang menuntut jawaban pria itu.

"Tidak pernah."

Kedua mata Arto berputar malas.

"Tapi Arto, lihatlah keadaan Eva. Dia harus ke bunker itu segera." Kata Sam sekali lagi untuk mencoba meyakinkan.

Eva sedari tadi hanya berdiam diri. Wajah gadis itu tidak memberikan reaksi ekspresi apapun.

"Baiklah Sam, tunjukkan jalannya."

Akhirnya setelah melakukan perdebatan singkat, sebuah keputusan diambil. Mereka bertiga akan lewat terowongan jalan raya yang Sam sarankan.

Sam berjalan didepan untuk memimpin, sedangkan Arto mengikutinya sembari menggendong Eva di punggungnya.

Melewati beberapa jalanan berbatu serta semak-semak, mereka menemukan sebuah jalan raya yang melintas diantara perbukitan.

Ujung dari jalan raya itu menuju kepada sebuah terowongan, seperti apa yang Sam katakan.

Semua sudah sesuai harapan seperti apa yang direncanakan. Sedikit lagi mereka bertiga akan segera berada di bunker dan Eva akan mendapatkan pengobatan.

Hingga sebuah masalah baru muncul.

Sam merasakan sakit kepala yang luar biasa. Penglihatannya juga semakin kabur seiring waktu.

Pria itu merasa bahwa dirinya pernah merasakan sensasi yang sama kemarin. Ketika berada di gedung pusat perbelanjaan, dimana ia pertama kali bertemu Arto.

Pintu masuk terowongan itu sudah terlihat. Begitu besar dan megah.

Cat warna putih yang meluntur. Lampu-lampu yang sudah tidak aktif serta bau pengap yang tercium. Menjadikan terowongan itu seolah memberikan larangan untuk dimasuki.

Banyak mobil dan kendaraan lain yang tertinggal didalam terowongan tersebut. Membuat jalanan yang didalam terowongan nampak padat namun masih bisa dilalui dengan berjalan kaki.

"Sam, aku tidak yakin soal ini." Kata Arto menghentikan langkahnya.

"Kita tidak punya pilihan, Arto. Eva harus segera ke bunk-"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Sam kehilangan kesadaran.

Hingga pada akhirnya, pria itu tumbang di jalanan bersalju.

BRUUKK...









GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang