Keluar dari Neraka

36 7 0
                                    

Dari kejauhan,Sam melambai-lambaikan tangannya kepada Arto dan Eva yang masih bertahan didalam truk. Seolah-olah meminta robot itu mengeluarkan Eva dari sana.

Arto menoleh ke arah Eva. Seolah meminta gadis itu untuk ikut kembali, keluar dari kerumunan White face ini.

Gadis itu menggeleng ringan dengan tubuh yang masih saja gemetar ketakutan. Ia masih terlalu takut untuk keluar dari tempat ini.

"Eva-??"

"Tidak, Arto! A-Aku masih t-takut!"

Gadis itu memeluk kedua kakinya. Menunduk kebawah, menyembunyikan wajahnya. Tak lupa ia juga memejamkan kedua matanya. Kedua tangan Eva gemetar tanpa bisa gadis itu kendalikan.

"Andai aku bisa menghilangkan ketakutan ini." Ujar Eva pelan.

Arto melihat keluar jendela kabin truk. Para White face mulai berjalan mengitari sekitar truk. Mereka mulai memusatkan pencarian bau manis dari rasa takut pada sekitar truk.

Rasa takut Eva terlalu besar sehingga para White face mulai mencium keberadaannya. Tentunya ini bukanlah hal yang baik bagi Eva. Semakin tinggi rasa takut gadis itu, maka semakin mudah para White face menemukan dirinya.

"Eva tidak memiliki rasa takut." Gadis itu mengucapkan hal yang sama berulang-ulang kali dengan cepat.

Gadis itu menutup matanya rapat-rapat. Tangannya juga menutup kedua telinganya, enggan untuk mendengar suara geraman White face yang kian mendekat.

"Eva tidak memiliki rasa ta-!!"

Tick... Tick.. Tick...

Grrr...

..!!!

Percuma saja. Apa yang gadis itu lakukan tidak akan dapat menumbuhkan keberanian dalam hatinya. Meskipun itu hanya setitik kecil saja. Dengan satu buah suara mengerikan dari White face berhasil meruntuhkan pondasi keberanian yang gadis itu bangun.

"Eva, apakah kamu mencoba cara yang aku lakukan?" Tanya Arto.

Gadis itu mengangguk.

"Aku rasa ada cara yang lebih baik daripada itu." Lanjut robot itu kembali.

Ucapan Arto mengambil perhatian gadis itu. Dengan suara yang pelan Eva bertanya, "A-Apa itu?"

"Dengan sebuah lagu." Balas Arto cepat.

"Lagu?" Jawab Eva dengan masih mempertanyakan kebenarannya.

"Benar, lagu selalu berhasil mengubah emosi manusia." Balas Arto menjelaskan, " Percayalah padaku. Itu selalu berhasil."

Eva kembali menunduk. Gadis itu sedang mempertanyakan usulan Arto didalam hatinya. Hingga ia mengingat sesuatu.

"Kurasa kamu benar, Arto." Eva menoleh kembali ke Arto, "Ibuku selalu menyanyikan sebuah lagu kala aku ketakutan."

"Kalau begitu, bernyanyilah bersama diriku. Maka kita akan keluar dari sini." Ajak robot itu.

Eva mengangguk, setuju dengan ajakan Arto. Kemudian gadis itu kembali memejamkan kedua matanya. Mengingat sebuah lagu yang sering ia dengar.

Na na na~♪

"Aku adalah mentari kecilmu~♪"

Na na na~♪

"Malam tak akan mengambil... ~♪"

"...Sinar hangat ku~♪"

Arto melihat ke jendela luar. Mendapati para White face mulai meninggalkan truk satu per satu. Nyanyian itu berhasil. Eva mulai menghilangkan rasa takut didalam dirinya.

"Bagus, Eva. Lanjutkan."

"Aku adalah mentari kecilmu~♪"

Na... Na... Na... ~♪

"Karena diriku lah... ~♪"

"... Dunia tersenyum~♪"

"Arto, aku siap untuk keluar dari tempat ini." Gadis itu tersenyum. Percaya dengan keberanian yang ia tumbuhkan saat ini.

Arto mengangguk, "Pejamkan kedua matamu, tutup kedua telingamu, dan terus bernyanyi." Pinta robot itu.

Eva melakukan apa yang Arto minta. Gadis itu memejamkan kedua matanya. Menutup kedua telinganya dengan tangannya. Dan terus bernyanyi di dalam hatinya.

Arto menggendong gadis itu di salah satu tangannya. Sementara gadis itu masih saja melakukan hal-hal yang Arto minta tadi.

"Kamu siap, Eva?" Tanya Arto. Gadis itu mengangguk perlahan sebagai jawabannya.

Arto segera membuka pintu kabin truk. Dengan perlahan turun dan menapakkan kaki di jalan jembatan. Disambut dengan suara raungan dan cakar yang saling bergesekkan.

"Teruslah bernyanyi, Eva. Kita akan keluar dari neraka ini."

"Aku adalah mentari kecilmu~♪"

Arto mulai berjalan perlahan. Melewati beberapa langkah ke depan, menerobos beberapa White face yang menghalangi jalanan.

Grrrr....

Tick... Tickk... Tickk...

Meskipun kedua mata gadis itu terpejam, ia masih dapat merasakan keberadaan mahkluk itu. Meskipun kedua telinga gadis itu tertutup rapat, ia masih dapat mendengar suara mengerikan yang para mahkluk itu buat.

"Aku adalah menta-!!~♪"

Dan meskipun gadis itu menyanyikan sebuah lagu yang menenangkan, rasa takut masih saja terbangun di dalam dirinya.

"A-Aku a-adalah men-men-!!"

GRRRR....

TICK... TICKK.. TICKKK..

"Eva?" Arto bertanya pelan. Ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada saat ini. Robot itu tahu sesuatu yang buruk akan terjadi.

Mahkluk-mahkluk itu mulai mengendus rasa takut kembali. Begitu manis, begitu kuat, begitu menggugah selera. Sumber rasa takut yang begitu dekat.

Rahang dengan gigi tajam mulai diarahkan kepada satu titik pusat perhatian. Cakar yang panjang mulai mengais-ngais aspal jalanan. Semua White face mengarahkan perhatian kepada gadis itu.

"A-Aku adalah men-!!" Eva masih saja mencoba untuk melanjutkan nyanyiannya, meskipun ia tahu bahwa hati kecilnya sudah menolak.

"AKU TIDAK BISA, ARTO! AKU SANGAT KETAKUTAN!" Gadis itu berteriak sekencang yang ia bisa.

Memeluk erat tangan robot itu. Memejamkan kedua matanya lebih daripada sebelumnya. Menutup kedua telinganya lebih rapat lagi.

"Apa yang kamu lakukan, robot sialan?! Bawa gadis itu cepat!" Teriak Sam memperingatkan.

GGGGRRRRR....!!!

...!!!

"LARI!!!"














GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang