Catatan 'tuk Hari Ini: Aku Bertemu Dengannya

29 4 0
                                    

Arto semakin terdesak akan ucapan wanita itu. Robot itu juga tidak dapat menyembunyikan kebohongannya lagi semenjak pengakuan yang dia lakukan sendiri.

"Aku tahu mengenai tubuh gadis itu yang tidak semestinya. Gadis itu memiliki resistensi akan radiasi yang luar biasa." Ujar robot itu setelah sekian lama terdiam.

Lantas, Bibi Amanda menaikkan salah satu alisnya, seolah tidak puas dengan jawaban yang diberikan, "Kamu mengakuinya, dan itu seperti apa yang aku pikirkan. Namun, tetap saja kamu tidak menjawab pertanyaanku, Arto. Mengapa kamu berbohong soal itu? Mengapa kamu hendak menutupi rahasia gadis itu?"

"Eva adalah seseorang yang spesial bagiku. Aku tidak ingin membiarkan dirinya dijadikan sebuah bahan eksperimen karena kekebalan yang dimilikinya."

Bibi Amanda segera menyadari sesuatu dari robot itu, "Apakah kamu merasa itu bukan tindakan egois? Arto? Dunia sudah hancur dan efek radiasi kian membunuh manusia yang tersisa. Eva mungkin da-"

Ucapan Wanita paruh baya itu segera dipotong oleh Arto, "Menyerahkan Eva? Aku tidak akan pernah melakukan itu!"

Arto menatap wanita itu dengan kedua matanya sembari berdiri tegak dihadapannya. Tubuh Arto yang jangkung membuat Bibi Amanda perlu menadah ke atas untuk melihatnya. Wanita itu merasakan sebuah aura intimidasi yang kuat datang dari tatapan robot itu.

Ini adalah kali pertama baginya untuk berada pada situasi seperti ini. Wanita itu tahu bahwa dia telah salah berbicara dan membuat sebuah robot perang menatap rendah ke arahnya.

"Inilah yang aku takutkan ketika rahasia mengenai gadis itu bocor. Kalian akan berlomba-lomba untuk menjadikan Eva sebagai obat kalian."

Nada suara yang keluar dari Arto datar seperti biasanya. Akan tetapi, hal itu terdengar berbeda oleh Bibi Amanda. Wanita itu mendengarnya seperti sebuah ancaman yang dilayangkan kepadanya.

Bibi Amanda menelan ludahnya sebelum kembali menatap mata robot itu sekali lagi. Dia masih merasakan suasana mencengkam yang sama seperti tadi.

"Kamu salah menerima perkataanku, Arto! Aku tak pernah bilang bahwa aku setuju agar gadis itu dijadikan eksperimen. Aku hanya bilang jika Eva dapat mengatakan bagaimana dia mendapatkan kekebalan itu, maka itu adalah hal yang bagus."

Arto berlutut dengan menekuk salah satu kakinya. Mata Arto dan wanita itu salah bertemu dan mereka bertatapan pada tinggi yang sama. Arto memberikan tatapan tajam dan dingin dengan kedua mata birunya. Sementara wanita itu melirik ke kanan dan kiri karena merasa tidak nyaman oleh tatapan robot itu.

"Berjanjilah padaku untuk tetap merahasiakannya. Gadis itu dan rahasia tubuhnya." Mohon robot itu dengan sunguh-sungguh.

Wanita itu tidak memiliki pilihan jawaban lain selain, "Iya." Dia mengatakannya dengan sebuah anggukan kecil.

Wanita itu memang tidak memiliki niatan buruk sedari awal. Hanya saja, Arto yang terlalu melekat dengan Eva membaca perkataan wanita itu sebagai sebuah ancaman hingga mengakibatkan segala hal menjadi runyam.

"Apakah hanya kita berdua yang tahu?" Tanya Bibi Amanda setelah mendapatkan keberaniannya kembali untuk berbicara dengan robot itu.

Arto tidak terlalu mengetahui latar belakang Eva. Begitu pula dengan informasi mengenai gadis itu ketika dia masih hidup bersama ayah dan ibunya.

Arto hanya tahu mengenai kekebalan gadis itu ketika dirinya melihat langsung di taman bunga. Setelahnya, dia tidak pernah memperhatikan orang lain yang melihat hal yang sama hingga saat ini.

Maka, Arto menjawab dengan penuh keyakinan, "Iya, tidak ada selain kita."

"Baguslah jika demikian." Balas Bibi Amanda dengan sedikit kelegaan.

Lantas, Arto kembali berdiri. Dia menoleh ke kanan dan kiri secara cepat guna memperhatikan sekeliling ruangan, "Dimana gadis itu sekarang?" Tanya robot itu.

Sekali lagi, Bibi Amanda perlu untuk menadah ke atas agar kedua mereka dapat bertemu, "Dia pergi ke rumah putri Ketua Ivan setiap hari. Aku rasa dia selalu menunggu kamu selesai di perbaiki. Apakah kamu tidak berpapasan dengannya?"

"Tidak." Sanggah robot itu cepat, "Aku mencarinya di mana-mana dan hingga saat ini aku belum bertemu."

Wanita itu tidak memberikan jawaban selanjutnya karena dia memang sudah tidak memilikinya. Dia hanya terdiam kemudian kembali dengan sebuah gelengan, seolah memberi tahu bahwa dia tidak tahu keberadaan gadis itu sekarang.

"Baiklah, aku akan pergi mencarinya lagi." Ujar robot itu seraya beranjak pergi dari sana, "Jaga dirimu baik-baik."

"Tunggu!" Pekik wanita itu yang segera menghentikan langkah Arto, "Apakah kamu menyayangi gadis itu, Arto?"

Arto berbalik badan sebelum dirinya menjawab, "Aku tidak tahu." Dia menunduk sebentar hingga kembali dengan lanjutan, "Namun, Eva adalah seseorang yang spesial di mataku. Aku akan melakukan apapun agar gadis itu tetap dapat hidup dan tersenyum sepanjang hidupnya. Tidak peduli akan apapun yang terjadi, aku akan berusaha untuk melindunginya."

Bibi Amanda tertawa kecil sebelum akhirnya kembali dengan balasannya, "Bukankah itu definisi dari apa yang aku katakan? Arto?"

Arto terdiam sejenak, kemudian melanjutkan langkahnya keluar dari rumah kayu itu. Udara dingin serta salju yang menumpuk segera menyambut tubuh besinya saat dia membuka pintu.

Robot itu terdiam beberapa saat untuk menoleh kembali ke arah Bibi Amanda yang masih duduk di kursinya, "Terima kasih karena telah merawat temanku." Ujar robot itu. Artopun menutup pintunya.

Bunga kuning yang tertanam di pot depan rumah kembali menjadi pusat perhatian robot itu. Mereka tumbuh hampir menutupi seluruh pot. Karenanya, Arto merasa bahwa memetik satu tidak akan membuat Bibi Amanda marah.

Lantas, tangan robotik Arto meraih salah satu bunga kuning disana. Kemudian, dengan perlahan memetiknya. Dia membawa satu tangkai bunga kuning dengan ibu jari dan jari telunjuknya.

Robot itu mengangkat bunga kuning ke depan wajahnya, guna memperhatikan lebih lanjut, "Bunga yang spesial. Indah karena warnanya yang merona. Berbeda karena tetap mekar di musim dingin. Seperti seseorang yang aku kenal."

Arto berjalan menuju sebuah bongkahan batu. Sesampainya disana, robot itu duduk kemudian mengangkat bunga kuning yang dia bawa sedari tadi. Dia memandang sekali lagi ke arah bunga itu yang kini lebih jelas terlihat akibat sinar langsung matahari.

...

Eva,
Aku tidak tahu apa yang sedang aku lakukan. Robot yang melamun? Itu seperti sebuah lelucon, bukan?

Aku mengisi kepalaku dengan namamu. Begitu penuh dan berisik disini. Aku memanggil dan memanggilnya, namun tidak ada jawaban.

Eva...

Eva...

Mengapa kamu tidak menjawabnya?

Eva?

Dimana kamu saat ini? Aku masih punya banyak pertanyaan mengenai perasaan manusia. Aku masih ingin belajar lebih dari mu.

Tidak...

Itu bukan alasanku untuk menemuimu saat ini.

Aku hanya ingin melihatmu dan mendengar suaramu. Sekali lagi.

Tidak ada alasan lain.

...

Lamunan robot itu pecah ketika ada sesuatu yang menghampirinya dari belakang. Seseorang meletakkan kedua telapak tangannya di atas mata Arto dan mencegahnya melihat.

"Coba tebak, Arto." Ucap seseorang yang berada di belakang Arto.

"..."

"Apakah aku masih harus menebaknya...?" Balas robot itu dengan percaya diri, seolah tahu jawabannya.

"... Eva."














GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang