Pergi Belanja

35 8 0
                                    

"A-Apa yang terjadi?" Tanya Sam kebingungan. Mengusap-usap kedua matanya untuk mengumpulkan kesadaran sepenuhnya.

Mereka bertiga kini berada pada lantai tiga bangunan mall itu. Ini ada gerai terbuka tempat pakaian-pakaian dijual-belikan.

Meskipun tidak semua rak gantungan baju terisi penuh, pakaian yang ada di gerai terbuka ini masih cukup banyak. Beragam ukuran, motif dan warna juga masih cukup tersedia.

Arto dan Sam duduk pada sebuah bangku. Menunggu Eva selesai dengan pilihan pakaian barunya.

"Di-Dimana gadis itu?"

"Sebentar lagi musim dingin akan datang, jadi aku berpikir ada baiknya Eva memiliki sebuah jaket untuk dipakai."

"Tunggu!" Sam berteriak setelah mengingat apa yang terjadi, "Jangan bilang kamu menggendongku hingga di lantai ini?!"

"Apakah aku punya pilihan?" Balas Arto bertanya.

"Tinggalkan saja aku di lantai bawah. Bukankah itu mudah?"

"Mana mungkin aku melakukan itu. Lagipula dengan ini kita impas."

"Apa maksudmu?" Tanya Sam heran.

"Waktu di gerbong tempo hari, kamu membantu kami dengan menembakkan suar itu, bukan?" Balas Arto menjelaskan.

Mendengar itu Sam sedikit bangga akan dirinya, "Itu benar! Tanpa diriku kalian mungkin sudah dimakan oleh para White face."

"Terima kasih."

"A-Apa yang kamu katakan?"

"Aku berterima kasih." Robot itu mengulangi ucapannya, "Bukankah itu hal yang biasa dikatakan setelah mendapatkan bantuan?"

"Dengar robot, sialan! Aku membantu kalian agar gadis menyusahkan itu selamat. Aku perlu gadis itu agar tugasku selesai."

"Baguslah kalau kamu juga ingin melindungi Eva. Kita berada pada tugas yang sama."

"Bukan itu maksudku!" Ucap Sam dengan kesal. Akan tetapi Arto tak berniat mendengarkan. Robot itu beranjak pergi dari bangku.

"Hei! Dengarkan aku, robot!"

Arto masuk kedalam rak-rak pakaian. Robot itu hendak mencari keberadaan gadis itu. Merasa waktu yang mereka habiskan di gerai itu sudah cukup lama.

"Eva? Keluarlah. Tunjukkan pakaian barumu."

Gadis itu tidak menjawab.

"Eva, keluarlah. Kamu dimana?"

Kembali tidak ada respon yang terdengar.

"Eva-!!"

"Boo...!!!" Teriak Eva yang berdiri dibelakang Arto. Gadis itu memakai jubah serba hitam. Melengkapinya dengan sebuah topeng seram di wajahnya.

"Apa aku menakutimu? Apa aku menakutimu? Mengaku saja Arto!"

"Eva, sudah berapa kali aku mengatakan padamu?" Ujar Arto sembari melepas topeng seram yang gadis itu kenakan, "Robot tidak memiliki rasa takut."

"Kamu tidak seru, Arto!" Balas Eva. Gadis itu kemudian melepas jubah hitam yang ia pakai.

"Bagaimana dengan jaketnya? Apakah kamu menemukan yang kamu sukai?" Tanya robot tersebut.

"Ada satu yang menarik, tapi..."

"Tapi apa?"

"Aku tak bisa menggapainya. Jaket itu ada di atas lemari tinggi." Kata Eva sembari menunjukkan lemari yang dimaksud.

Itu adalah sebuah jaket berwarna kuning cerah. Ada bagian bulu-bulu hangat pada beberapa bagian. Sebuah jaket yang memang dikhususkan untuk dipakai pada musim bersalju.

Setelah Arto membantu untuk menurunkan jaket itu, Eva segera memakainya. Ukuran yang sesuai dengan tubuh mungil gadis itu.

Eva berputar-putar dihadapan Arto guna menunjukkan jaket barunya. Tak lupa, gadis itu juga berpose layaknya seorang model foto profesional.

"Bagaimana menurutmu, Arto? Apakah ini sesuai?" Eva menanyakan pendapat robot itu akan jaket pilihannya.

"Kamu terlihat cantik, Eva."

"Benarkah? Terima kasih!"

Sam yang berdiri di ujung gerai juga tidak luput dari penargetan gadis tersebut. Eva dengan girang berlari ke arah Sam berada.

"Paman Sam, bagaimana jak-"

"Diamlah, gadis menyusahkan!"

"..."




GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang