Menarik Diri

15 3 1
                                    

"..."

Ivan membawa robot itu pergi dari kerumunan. Dia mengambil kembali pistolnya dengan sangat kasar sebelum akhirnya membanting tubuh robot itu pada dinding sebuah rumah.

BRAAKKK...

"Apa-apaan tadi?!" Ucap pria berjenggot itu dengan sangat emosi.

[Peringatan!]
[Ancaman mendekat!]

Kepalan tangan Ivan melayang pada sebelah kanan kepala robot itu dan membiarkannya menghantam dinding rumah. Dia hendak melampiaskan amarahnya, namun tidak kepada robot itu, tidak kepada robot yang telah menyelamatkan kedua putrinya pada pertarungan di bunker.

"Kupikir aku dapat mempercayaimu! Namun nyatanya..." Ivan memotong ucapannya sendiri dengan sebuah tawa kecil, sebelum melanjutkan, "Nyatanya tidak...Arto..."

"Aku tidak tahu apa yang terjadi." Balas robot itu tanpa menggambar rasa gentar sedikitpun pada kata-katanya.

Jelas, robot itu tidak merasa takut pada Ivan. Tubuh besar pria itu dan tampangnya yang gahar bukanlah sesuatu yang dapat membuat robotnya seperti dia ketakutan. Dia masih dapat mengelola kata-katanya dengan normal dan menjawab seperti tidak terjadi apa-apa.

Secara sederhana, robot seperti dirinya memang diciptakan untuk tidak memiliki rasa takut, namun untuk beberapa kesempatan terakhir, robot itu mengembangkan emosinya sendiri.

"Komputerku mengatakan ancaman berulang kali dan tubuhku bergerak dengan sendirinya." Ujar robot itu, "Itulah program yang ditanamkan padaku. Bertahan diri."

Ivan mundur dan menarik kepalan tangganya dari sana. Dia berputar-putar di tempat sembari menggaruk kepalanya, sebuah buah dari rasa kebingungan. Raut wajah pria berjenggot itu masih masam dan tidak akan berniat percaya pada apapun yang Arto katakan.

"Aku tidak tahu, Arto... Para warga tidak mungkin melupakan kejadian hari ini-"

"Bagaimana?" Potong Arto secara mendadak, "Bagaimana keadaan pria yang aku tembak tadi?"

"Kamu baru saja menembak seseorang dan sekarang menanyakan keadaannya?" Ivan mengkerutkan dahinya dan kedua tangannya terlipat.

"Ya. Aku benar-benar tidak ingin menyakiti siapapun! Baik dia, kamu, Eva, maupun warga desa..." Arto berhenti sejenak, kemudian melihat ke arah dua tangan besinya, "Hanya saja, inilah diriku. Manusia mengenangnya sebagai mesin pembunuh, dan aku tidak bisa menyalakan mereka karena memberi sebutan itu."

"Kamu meleset." Balas Ivan yang segera menghentikan perkataan robot itu, "Hanya sedikit luka pada telinga kirinya dan Amanda akan mengurusnya."

Kedua mata robot itu terbuka lebar dan seolah-olah menatap Ivan dengan bersinar, "Aku tidak membunuhnya, kan? Aku tidak membunuh lagi, kan?" Tanya robot itu sembari memegang kedua bahu Ivan.

"Hentikan itu." Ivan menarik diri hingga melepaskan bahunya dari genggam Arto, "Meski begitu, aku tidak tahu nasibmu selanjutnya."

Ivan kembali menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal sama sekali, kemudian melihat ke arah para warga desa yang masih berkumpul semenjak kejadian penembakan tadi.

"Kamu robot perang, Arto. Semua manusia yang masih hidup tahu bagaimana kalian berperang. Itu semua telah meninggalkan luka mendalam di dalam diri kami. Aku tidak bisa menyalahkan untuk tercipta sebagai robot, namun aku juga tidak menyalakan para warga Redwood Village untuk takut kepadamu."

"Aku tau..." Arto mundur ketempat dirinya, hingga punggungnya menabrak dinding rumah, "Aku akan menarik diri dari kalian, selama yang kalian butuhkan, setidaknya hingga keadaan sudah menjadi lebih kondusif."

"Aku tidak pernah berniat mengusirmu keluar. Hutang atas nyawa kedua putriku di bunker itu belum terbayar lunas."

"Ya, aku berterima kasih atas niat baikmu, namun aku akan tetap menarik diri." Ucap robot itu sebelum akhirnya berjalan menjauh.

Ketika keduanya sudah saling membelakangi, Arto berhenti sejenak, "Mungkin ini juga hal yang terbaik bagi Eva."

Ivan tersentak saat mendengar kata terakhir robot itu, karena selama yang dirinya tahu, robot itu dan gadisnya adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, namun ucapan Arto barusan adalah sesuatu yang menentangnya.

Ivan hendak menyangkal pendapat Arto, "A-" Pria itu berhenti dan tidak mengucapkan satu katapun, Ivan hanya melihat robot itu berjalan pergi.

Anehnya, satu tetesan darah menetes secara tiba-tiba di dekat sepatu boots yang Ivan pakai. Pria itu segera menyadari bahwa mata salah satu matanya mengeluarkan darah tanpa sebab.

Ivan segera menyeka pipinya sendiri dan mendapati darah di tangannya, menandakan bahwa tetesan darah yang berasal dari matanya menjadi parah dalam beberapa detik saja.

"Huh?" Dia kembali mengusap pipinya dan kini sekujur telapak tangannya terdapat bercak darah.














GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang