Perkara Boneka (II)

26 4 0
                                    

"Apa yang kamu lakukan, Eva?" Tanya robot setelah melihat tindakan gadis itu.

"Ma-af, Arto... Aku hanya, kau tahu... Aku hanya tidak suka melihat Tuan Teddy bermain dengan orang lain."

Eva menunduk lesu, seolah sadar akan kesalahan yang telah dia perbuat. Tangannya memegang separuh boneka beruang yang telah rusak dengan semakin erat.

"Apakah kamu sadar, Eva. Dia bukanlah bonekamu?"

Eva melihat kembali kepala boneka itu untuk memastikan, "Ya-tidak, maksudnya aku tidak tahu dan ya. Ya, aku tidak tahu." Gadis itu berbicara dengan cepat dan kebingungan.

Eva berhenti sejenak dan kembali dengan jawabannya, "Aku tidak tahu kalau itu bukan bonekaku."

Arto menghampiri gadis itu, kemudian berlutut di depannya, "Kamu bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu, Eva." Ujar robot itu sembari meraih separuh bagian boneka yang rusak.

"Maaf." Ucap Eva sekali lagi.

Arto yang mendengarnya segera menggelengkan kepala, "Tidak, tidak kepadaku. Namun kepada pemilik boneka ini." Kata robot itu sembari mengusap rambut gadis itu.

Arto memasukkan kembali isi boneka yang berupa kapas silikon yang bertebaran kemana-mana. Dia segera menahan lubang boneka itu dengan menjepitnya dengan dua jari, sehingga tidak ada isian yang keluar lagi.

"Apa yang harus kita lakukan?" Ujar Eva ketika Arto mengembalikan separuh bagian boneka yang rusak ke tangannya lagi.

"Bukankah kamu sudah tahu apa yang harus kamu lakukan?"

Eva tersenyum sebentar, sebelum akhirnya dia berhenti melakukannya. Setelahnya, dia menarik napas karena sudah tahu jawabannya, "Aku akan meminta maaf."

Arto mengangguk sebagai balasan. Robot itu kemudian bangkit berdiri dan berjalan ke rumah Bibi Amanda. Disisi lain, Eva berjalan beriringan dengan robot itu dengan menggenggam tangannya.

Mereka berhenti tepat di depan rumah Bibi Amanda. Arto mengangkat tangannya dan hendak mengetuk pintu rumah itu, namun dia menahan dirinya untuk beberapa saat.

Arto menoleh ke arah Eva untuk memastikan kesiapan gadis itu. Eva yang menyadarinya segera membuang muka dan tidak memberikan balasan apapun. Membiarkan Arto tidak memiliki pilihan lain selain langsung mengetuk.

Pintu kayu dan jari besi Arto bertabrakan sebanyak tiga kali. Kemudian, Arto menurunkan tangannya dan menunggu tuan rumah membukanya.

"..."

"Bibi Amanda?" Tanya Arto.

Arto dan Eva saling memandang dengan penuh tanda tanya. Mereka berharap bahwa ini hanya kebetulan semata Bibi Amanda tidak mendengarnya dan mungkin untuk kesempatan kedua dia tidak melewatkan.

Arto kembali mengetuk pintunya, "Bibi Amanda?"

"Y-Ya..." Jawab seseorang dari balik pintu.

Bunyi kayu yang saling bergesekan terdengar. Pintu itu terbuka dan Bibi Amanda berdiri di sana. Sekilas, Arto tidak melihat kehadiran Jill di rumah itu.

Aneh, darah menetes keluar dari salah satu lubang hidung wanita itu. Bibi Amanda yang menyadarinya segera mengusap darah itu dari hidungnya.

"Apakah anda ba-?"

"Ya, aku baik-baik saja." Tukas Bibi Amanda yang tidak membiarkan Arto menyelesaikan pertanyaannya.

"Apakah itu berhubungan dengan penyakit asma anda?"

Bibi Amanda menggelengkan kepalanya, menyangkal pernyataan yang Arto berikan, "Tidak." Ucapnya sebagai jawaban yang mempertegas.

"Daripada itu, apa yang membawamu kemari, robot?"

Sekali lagi, Arto melihat ke arah Eva, kemudian dengan cepat melihat ke sekeliling area rumah untuk mencari keberadaan Jill. Disisi lain, Bibi Amanda sudah tahu maksud kehadiran mereka berdua ketika robot itu menoleh ke arah Eva.

"Apakah kalian mencari putri kedua?" Tanya Bibi Amanda, seolah mampu membaca pikiran mereka.

"Ya, Jill. Putri bungsu Ivan."

Jill yang sedari tadi bersembunyi dibelakang Bibi Amanda-pun menampilkan dirinya. Separuh bagian bonekanya masih dia pegang. Beberapa isian boneka itu keluar dan berceceran di lantai kayu.

Ini adalah kesempatan Eva untuk mengatakan permintaan maafnya, namun gadis itu hanya terpaku disana. Dia hanya menunduk malu dan enggan untuk mengatakannya.

Arto tahu bahwa dia perlu untuk mengambil alih, "Uhh... Jill, mengenai bonekamu... Eva sangat-"

Arto berhenti ketika menyadari bahwa Eva menarik tangannya. Gadis itu memberikan sebuah tanda agar Arto berhenti dan dia berhasil melakukannya.

"M..." Eva menarik huruf itu karena tidak mampu mengatakannya.

Baik Arto dan Bibi Amanda melihat ke arah Eva yang masih berusaha. Mereka berdua menunggu dengan sabar hingga gadis itu mendapatkan keberanian.

"Maaf!" Teriak Eva dengan keras, kemudian memberikan separuh bagian dari boneka yang rusak, "Maaf, aku tidak tahu bahwa ini bukan Tuan Ted- ini boneka mu! Aku tidak tahu dan terus menariknya meskipun kamu sudah memperingati."

Jill meraih separuh bagian boneka beruangnya. Dia melakukannya dengan cepat hingga tidak sengaja membiarkan isiannya kembali keluar.

"Y-Ya." Jawab gadis muda itu.

Dia masih terlalu kecil untuk memberikan jawaban yang panjang. Namun itu bukanlah sebuah masalahnya, karena sekarang semuanya sudah diselesaikan.

"Jill sudah cerita dan aku paham akan situasinya." Ujar Bibi Amanda yang bergabung.

Tangan Bibi Amanda meraih kedua bagian boneka yang terbelah itu dari tangan Jill. Dia ternyum singkat sebelum mengatakan maksudnya, "Aku bisa menjahitnya."

Jill yang mendengarnya segera menghapus sisa air mata yang ada di pipinya. Kedua mata gadis itu berbinar, penuh dengan harapan. Begitu pula dengan Eva yang segera berhenti menundukkan kepalanya.

Tidak perlu waktu yang lama, Bibi Amanda pergi ke meja jahit dan mulai mengerjakannya. Mereka menunggu sekitar lima menit, hingga akhirnya suara mesin jahit berhenti. Bibi Amanda telah selesai dengan boneka beruang itu.

"Eva, apakah kamu merasa lega?" Tanya robot itu.

Eva tidak menoleh ke arah robot itu, namun dia memberikan sebuah anggukan ringan sebagai balasan. Gadis itu bukan bermaksud enggan menoleh ke lawan bicara, namun dia terlalu fokus dengan bagaimana tangan Bibi Amanda bekerja.

"Iya, Arto. Aku merasa lega setelah meminta maaf." Sambung gadis itu sembari tetap memaku pandangan.

"Sudah selesai!" Tukas Bibi Amanda dengan penuh semangat sembari mengangkat boneka beruang itu tinggi-tinggi.

Boneka beruang itu sudah selesai dijahit. Bekas jahitan melintang pada tubuh boneka itu. Beberapa bagian boneka terasa kosong karena kehilangan isian, namun setidaknya boneka itu tidak terbelah lagi.

"Misha!" Jerit Jill setelah menerima boneka beruang itu kembali ke tangannya, "Aku sangat menyayangimu!" Lanjutnya sembari memeluk bonekanya.

Eva dan Arto saling memandang, sebelum akhirnya Eva mengutarakan pertanyaannya, "Jika itu boneka Jill, lalu Tuan Teddy kemana?"

"Itu... Aku tidak tahu."

"Eva!" Panggil Jill. Baik Arto maupun Eva, keduanya segera menarik diri untuk memperhatikan gadis muda itu.

Jill mulai mengangkat salah satu tangan bonekanya, seolah tengah mengajak berkenalan, "Hai, Eva! Namaku Misha." Ucapnya dengan sedikit mengubah suaranya sehingga seolah-olah bonekanya yang berbicara.

Eva tersenyum, kemudian menjabat tangan boneka itu, "H-Hai Misha... Senang berkenalan denganmu!"












GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang