Tersulut Emosi

38 5 2
                                    

Menerobos kabut, Sam berlalu. Mencari sosok pemilik dari bayangan tadi.

Bayangan itu masih saja terlihat, namun ia tetap berlari menjauhi keberadaan Sam.

"Berhenti!" Teriak Sam.

Hingga akhirnya Sam terlalu lelah untuk melanjutkan usahanya.

Hilang dalam kabut.

Tidak ada yang terlihat lagi bagi Sam selain kabut putih yang tebal.

"Sarah! Sarah!" Teriak Sam memanggil-manggil, "Dimana kamu?!"

Dari balik kabut, Sam melihat bayangan itu kembali.

Berdiri tegap tepat dihadapan.

"Sarah? Apakah itu kamu?"

Namun anehnya, bayangan manusia itu bertambah. Mereka mulai muncul pada setiap sisi kabut.

Mengitari Sam.

"Papa, mengapa kamu meninggalkan kami?" Tanya suara dari balik kabut.

"K-Kau bukan Sarah!"

"Kami adalah anakmu, apakah kamu tidak ingat?"

"Hentikan! Hentikan!"

Semua bayangan yang mengitari Sam berjalan menjauh. Sekali lagi mereka hilang dalam kabut.

Meninggalkan Sam sendirian.

"Papa?" Suara yang begitu mirip dengan Sarah, putri Sam terdengar.

Segera Sam menoleh ke arah suara itu.

Tepat dibelakang Sam, sebuah bayangan kembali muncul.

Memiliki rupa seperti seorang manusia, bayangan itu begitu meyakinkan.

Sam berjalan dengan perlahan menghampiri.

"A-Aku da-datang. Tunggu aku."

Semakin dekat dengan bayangan itu.

Sedikit lagi, Sam dapat menjangkau.

Namun sayang, itu bukan seperti apa yang Sam harapkan.

Sebuah rahang penuh gigi segera menerjang pria malang itu.

Bayangan itu bukan milik dari seorang manusia, melainkan dari serigala mutasi yang berdiri dengan dua kaki belakangannya.

Mereka menyamar.

...!!!

Tanpa pikir panjang Sam segera menarik pelatuk senapan serbu yang ia bawa tadi.

Peluru-peluru tajam berhamburan tak menentu arah.

"Bedebah sialan! Beraninya kamu memainkan diriku!"

Mahkluk mutasi itu terbunuh dengan beberapa butir peluru bersarang pada tubuhnya.

Namun itu bukan satu-satunya mahkluk yang mengintai Sam.

Sam ingat bahwa tadi ia sempat dikelilingi oleh bayangan-bayangan yang sama.

Hal itu juga berarti jumlah dari mahkluk serupa lebih dari sekedar satu.

Disisi lain Sam harus menghemat peluru pada senapannya, karena ia tidak membawa peluru cadangan.

Ia meninggalkan peluru tambahan pada tas di mobil.

Tak perlu waktu yang lama, suara-suara aneh terdengar di mana-mana.

Mahkluk-mahkluk itu bersembunyi dari balik kabut.

Mereka mengitari Sam dengan hati-hati.

Mencari setitik suara apapun yang Sam berikan sebagai aba-aba untuk menyerang.

Napas Sam terengah-engah.

Itu bukanlah hal yang baik jika sedang berhadapan dengan mahkluk yang mengandalkan pendengaran.

Namun Sam sudah siap dengan segala konsekuensi yang akan terjadi.

Jari telunjuknya sudah selalu siap untuk menarik pelatuk senapan.

Suara dari gerakan kaki mahkluk serigala itu nyaris tak terdengar.

Akan tetapi gerakan mereka yang cepat membuat angin bersuara karenanya.

Itu adalah satu-satunya hal yang dapat Sam manfaatkan untuk pertarungan kali ini.

"Beraninya kalian menggunakan putriku sebagai umpan! Maju kalian sialan!" Teriak Sam penuh emosi.

Teriakan Sam menjadi aba-aba yang baik. Semua mahkluk yang ada didekat sana mendengarnya.

Mereka berlari dengan cepat dari segala arah.

Tidak memberikan sisi yang terbuka bagi pria itu.

Mereka mulai menerjang.

Tidak hanya satu, dua, ataupun tiga mahkluk.

Kini, mereka menyerang Sam dari segala penjuru arah.

Alih-alih takut melihat keadaannya yang terdesak, Sam tersenyum lebar.

"SIALAN KALIAN SEMUA!!"

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang