Yang Perlu Dilakukan

13 3 0
                                    

Robot itu bergerak dengan cepat untuk memberikan bantuan. Dia mengangkat kaki robotnya tinggi-tinggi, kemudian dalam satu hentakan meremukkan kepala si terinfeksi.

CREEAAAKKKK...!!!

Bunyi renyah dari hancurnya kepala si terinfeksi terdengar, diikuti dengan berhentinya gerakan-gerakan yang dia lakukan. Dia sudah tamat di tangan robot itu, atau lebih tepat di kakinya.

Kepala si terinfeksi telah rata dengan lantai kayu, menandakan betapa kuatnya hentakan yang dapat robot itu lakukan kepadanya. Darahnya kian mengalir deras dan menciptakan kubangan penuh darah, membasahi kaki dan sebagian badan robot itu yang terkena cipratan.

Napas lega terdengar keluar dari Ivan. Pria berjenggot itu segera menyingkir dari atas tubuh si terinfeksi, kemudian mengusap wajahnya yang juga terkena cipratan darah.

"Apakah kamu terluka?" Tanya robot itu, sekedar memastikan.

Pertanyaan itu segera ditanggapi dengan Ivan yang langsung menepuk-nepuk seluruh tubuhnya, dada, pundak, tangannya. Dia tidak menemukan rasa perih di manapun, namun dia hanya menunjukkan kepalan tangannya yang sedikit mengalami luka lecet akibat pukulan beruntun yang dia berikan tadi.

Ivan mengangkat kedua alisnya, sembari menunjukkan kedua tangannya, sebagai respon mencari jawaban, "Apakah ini masuk dalam hitungan?"

Belum sempat Arto menjawab, beberapa warga telah mendobrak masuk ke dalam rumah Amanda, disusul oleh beberapa orang lain yang juga masuk dan melihat semua kekacauan yang telah terjadi.

"Apa-apaan ini?"

Mereka tertegun dan tidak mampu berkomentar banyak ketika melihat darah yang berceceran dimana-mana, tetapi mereka menjadi benar-benar diam, seolah mulut mereka terjahit ketika melihat robot itu kembali dengan tubuh seseorang di dekatnya.

Pikiran-pikiran buruk mengenai robot itu bermunculan, dan desas desus terdengar dari bagian paling belakang. Mereka semua sudah termakan memori kelam mengenai mesin tempur itu tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Tidak!" Ucap Ivan dengan tegas, sembari dia berdiri dan merapikan pakaiannya setelah pertarungan tadi, "Pemburu yang kalian bawa dengan tandu tadi..."

Ivan menoleh kebelakang dan melihat tubuh sang pemburu yang telah terkapar, dengan kubangan darah yang mengelilinginya. Tanpa satu katapun, orang-orang itu mengerti apa yang Ivan maksudkan.

Sedikit kesalahpahaman telah terselesaikan, namun itu belum mengubah persepsi mereka atas robot perang itu. Mereka hanya mengangguk atas penjelasan yang Ivan berikan bukan mengiyakan perbuatan robot itu.

Beberapa wanita tua yang juga ikut menonton merasa mual dan tidak kuat untuk bertahan terlalu lama disana, diikuti beberapa orang tua yang mengajak anak-anak mereka kembali pulang.

Tidak ada yang dapat menahan diri untuk melihat tubuh tak berkepala dengan darah dimana-mana. Ini hanya akan menjadi mimpi buruk bagi siapapun dan sebuah kenangan pahit yang selalu terlintas.

Hanya beberapa pria saja yang masih menunggu penjelasan Ivan selanjutnya, meskipun demikian mereka juga tengah menahan rasa mual akibat bau amis dari darah yang ada disana.

"Aku butuh bicara kepada beberapa orang, kita perlu melakukan sesuatu." Ucap Ivan dengan suara yang serak, seolah mengandung beban yang dipikirkan.

Ivan berjalan diantara pria-pria itu yang tentu telah memberikan jalan baginya, namun belum cukup puas akan pertanyaan di kepala mereka.

"Melakukan sesuatu? Apa yang kamu maksud, kan?" Kata salah seorang disana yang juga ikut berjalan mengikuti Ivan.

Ivan hanya mendengus gusar sebelum akhirnya menambah kecepatan berjalannya. Dia tidak ingin berbicara kepadanya karena dia bukanlah salah satu dari orang yang biasa Ivan perintahkan untuk keluar dinding.

Salah seorang yang tadi berjalan di belakang, mulai menambah tempo berjalannya, sehingga dia berjalan berdampingan dengan Ivan, "Ketua Ivan, aku adalah anggota kelompok pemburu rusa! Bisa jelaskan apa yang anda maksud tadi?"

Mendengar hal itu, membuat Ivan berhenti, "Siapkan beberapa orang untuk keluar besok. Ambil dinamit di gudang dan persiapkan dirimu."

Ivan kembali berjalan, dan orang-orang yang bertambah bingung itupun juga mengikuti dia, "Dinamit? Apa yang akan kalian lakukan?"

Sekali lagi, Ivan enggan untuk berbicara dengan orang yang tidak biasa dia perintahkan untuk keluar dinding, terutama dengan misi seperti ini yang akan terdengar sebagai ajakan bunuh diri.

"Ketua Ivan, bicaralah kepada kami!" Ucap seorang yang lain memohon, diikuti dengan orang-orang yang juga ikut ingin mengetahui apa yang tengah direncanakan.

"Baik!" Pekik Ivan dengan gusar, "Ada sebuah tambang tua di dalam hutan, dan kita harus menutup pintu masuk tambang itu. Ada sesuatu yang berbahaya di sana."

Semua orang yang mendengarkan segera menatap satu dengan yang lain, dan menunggu seseorang berkomentar diantara mereka. Itu adalah penjelasan yang singkat, namun beberapa orang tidak dapat menerimanya.

"Sekarang, dimana para pemburu itu? Kita perlu membahas pelaksanaannya."

"Tunggu!" Ucap seseorang yang memotong pembicaraan. Dia adalah Arto yang berjalan diantara orang-orang disana, "Itu sangat berbahaya, Ivan! Mengirim manusia kesana untuk melaksanakan tugas itu. Lagian, bukankah kita sudah setuju agar aku saja yang melakukannya?"

"Tidak, Ketua Ivan!" Ucap tegas seorang pria yang merupakan anggota pemburu di Redwood Village.

"Kita tidak bisa percaya robot A.I itu! Bagaimana jika dinamit nya dipakai untuk sesuatu yang lain?"

Melihat keberadaan Arto di tengah-tengah mereka hanya membuat situasi kian memanas, terutama setelah insiden penembakan terhadap Oleg tadi. Orang-orang memasang wajah gusar dan geram, beberapa mulai mengepalkan tinjunya dengan emosi yang menguasai.

Ivan memikirkan perkataan robot itu dan mendapatkan kebenaran yang ada. Warga Redwood Village akan lebih aman jika hanya ada satu robot tak bernyawa yang dikirim untuk tugas bunuh diri itu, terlebih lagi dia tidak akan bisa terkena radiasi, mengingat tambang itu adalah sarang keluarnya radiasi.

Akan tetapi, semua dampak positif yang akan diperoleh itu hancur oleh ketidakpercayaan warganya sendiri. Hal itu juga tidak menutup kemungkinan untuk Ivan sendiri yang tidak dipercaya lagi oleh mereka.

Pikiran-pikiran buruk itu terus mengurung Ivan dalam lamunannya. Dia tidak ingin menggunakan warganya sebagai sesuatu yang berbahaya, namun dia juga tidak dapat menghilangkan rasa kepercayaan mereka atas dirinya yang seorang pemimpin.

"Ketua Ivan! Anda terlalu memihak kepada robot itu!"

Lamunan pria berjenggot itu hilang ketika telinganya mendengar hal tersebut. Dia sudah yakin bahwa warganya akan meninggalkan dia ketika dirinya berteman dengan si robot terlalu dalam.

Ivan menghela napas dan mau tidak mau menerimanya, dia akan melakukan pilihan sulit, namun itu tetap harus dia katakan, "Maaf Arto, aku tidak pernah setuju mengirimmu."

"T-Tapi? Ivan?"

Ivan kembali berjalan dengan terburu-buru, diikuti beberapa anggota pemburu dibelakangnya guna membahas rencana yang akan mereka lakukan. Barisan itu diikuti semua warga yang sempat menonton untuk tahu lebih lanjut.

Semua orang meninggalkan robot itu sendirian. Dia berdiri di atas tumpukan salju yang setinggi mata kaki. Tidak ada yang robot itu perbuat, selain menatap ke hamparan salju yang luas itu.

Dia merasa dikucilkan dan dibuang, bahkan oleh Ivan sendiri. Tidak ada yang mau menerimanya dan itulah takdirnya, sebuah mesin perang yang telah menanamkan mimpi buruk di setiap pikiran manusia kala itu.

"Mereka dapat mati disana! Mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan... Ivan tidak tahu apa yang dia lakukan..."

Sesuatu muncul di dalam komputer kepala robot itu. Sesuatu yang berhasil membuat mesin di dadanya berderu-deru, bak sebuah tornado yang nyaring.

"Tapi, aku tahu apa yang harus aku lakukan..." Kata robot itu, sebelum akhirnya berbalik badan dan berjalan ke guang kerja Jessy.

















GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang