Catatan Arto (I)

29 5 0
                                    

Redwood Village. Sesuai dengan namanya, tempat itu ditumbuhi pohon cemara dengan batang warna merah kecoklatan. Pohon-pohon cemara itu tumbuh secara acak pada beberapa sudut desa.

Redwood Village memaksimalkan pohon-pohon itu sebagai sumber daya utama. Hal tersebut dibuktikan dengan penggunaan kayu cemara merah sebagai bahan dasar pembangunan. Terlihat jelas bahwa setiap rumah maupun bangunan di tempat itu menggunakan kayu sebagai bahan pembangunan.

Rumah-rumah kayu tersusun secara teratur pada satu bagian desa. Mereka memiliki ukuran dan bentuk yang menyerupai satu dengan lainnya, sehingga sulit membedakan antara satu rumah dengan yang lain. Satu ciri pembeda hanya dapat ditemukan pada pintu depan setiap rumah. Pintu-pintu itu terukir nama dari kepala keluarga dari setiap penghuni rumah.

Dinding yang tinggi mengitari seluruh desa, sebagai pertahanan utama. Sama halnya dengan rumah-rumah, dinding itu juga terbuat dari kayu cemara. Kayu-kayu itu disusun secara tegak, kemudian di ikat menggunakan sulur tanaman dengan kayu di sebelahnya. Dengan demikian, terciptalah dinding kayu yang menutupi seisi desa dari dunia luar.

Semua warga berlalu lalang dengan kesibukan mereka masing-masing. Semua orang nampak menggunakan pakaian tebal, mantel, ataupun syal untuk menutupi tubuh mereka. Tidak dapat dipungkiri bahwa musim dingin ini masih saja berlanjut.

Arto menjadi daya tarik bagi setiap orang yang melintas. Beberapa orang segera berhenti beraktivitas untuk sekedar melihat keberadaan robot itu. Mereka tertegun, beberapa juga sedikit takut akan trauma, namun yang pasti, semua mata memandang robot itu.

Arto tidak peduli akan lirikan dan pandangan orang-orang yang diberikan kepadanya. Dia hanya fokus untuk mencari keberadaan Anna dan Boy. Setidaknya, itu adalah informasi yang Arto dapatkan untuk mencari keberadaan Eva.

...

Eva,
Aku tidak tahu dimana diriku berada. Aku tidak tahu koordinat yang tepat. Yang kutahu, ini adalah aliansi penyintas yang besar.

Eva,
Ada puluhan maupun ratusan orang disini. Mereka semua manusia dan mereka hidup! Tunggu, jangan salah mengartikannya. Aku hanya tidak terbiasa untuk berada pada keramaian setelah beberapa tahun hidup sendirian.

...

Arto berjalan melewati jalan kecil diantara rumah-rumah. Para penghuni rumah langsung menutup pintu ataupun jendela rumah mereka ketika Arto berjalan melintas. Para warga nampak takut untuk berpapasan dengan sebuah robot perang. Tidak ada yang mau untuk mengungkit kembali trauma akan peperangan beberapa tahun yang lalu. Pikiran dari para penyintas masih saja dipenuhi akan ke brutalan dan dominasi dari para robot seperti Arto.

Tidak ada yang dapat menyalahkan orang-orang itu untuk memberikan pandangan demikian kepada Arto. Mereka semua telah menjadi saksi nyata akan kengerian di masa perang. Mereka semua sudah melihat bagaimana robot-robot Ai seperti Arto berperang.

Akan tetapi, tidak semua orang menjadi saksi peperangan. Beberapa dari mereka masih polos dan tidak mengetahui kebenarannya. Mereka masih berusia sangat muda ketika perang berhenti, ataupun beberapa diantaranya baru saja terlahir ketika dunia baru tercipta.

[Peringatan!]
[Bahaya mendekati arah jam enam.]

Seseorang melempar sebuah bola salju ke belakang kepala Arto. Tentunya, robot seperti Arto memiliki reaksi yang cepat akan hal tersebut. Bagi dia yang dapat menghindari kecepatan tembakan peluru, maka bola salju itu bukanlah apa-apa. Arto menghindari bola salju itu dengan sedikit menggerakkan lehernya.

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang