Sebuah Harapan

129 18 1
                                    

Langit malam yang gelap menjadi terang benderang. Cahaya merah terang terpancar di angkasa. Itu adalah suar. Seseorang telah menembakkannya.

Aneh.

Keadaan yang tadinya pecah dengan suara bising para White face kini menjadi sunyi senyap. Tak ada suara apapun yang terdengar.

Mahkluk-mahkluk itu diam. Mematung layaknya sebuah mannequin yang dipajang di toko baju.

Si robot tidak mengerti apa yang tengah terjadi. Selama perjalanan yang ia tempuh, ini adalah kali pertama ia melihat kejadian seperti ini.

Ketika ia kembali membuka memorinya, ia juga sadar bahwa selama ia berpapasan dengan para White face, mahkluk-mahkluk itu hanya melewati dirinya.

Ia juga sadar bahwa ketika ia berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan gerbong kereta ini, para White face hanya mengincar si gadis. Tak ada satupun dari mahkluk-mahkluk itu yang berusaha mengincar dirinya.

Namun tidak ada gunanya memikirkan hal itu saat ini.

Di gerbong ini masih ada ratusan White face yang mematung. Mereka masih hidup namun tidak bergerak saja.

Ini mungkin kesempatan yang bagus bagi si robot untuk menghabisi semua mahkluk itu, namun tak ada peluru yang tersisa.

Si berpikir bahwa dia dan gadis itu bisa kabur dari gerbong dengan memanfaatkan kejadian aneh ini. Namun ketika ia melihat kearah pintu keluar, White face yang saling tumpang tindih menghalangi jalan keluar dari sana. Begitu juga dengan jendela gerbong tersebut.

Meskipun kejadian para White face yang mematung ini adalah kesempatan emas. Si robot tetap tidak dapat berbuat apa-apa.

Si robot melihat ke sekitar untuk memastikan kembali mengenai jalan keluar. Ketika ia fokus untuk mencari jalan, mata salah satu White face mulai berputar. Melirik tajam ke arah si gadis.

Mulut para White face mulai bergerak sedikit demi sedikit.

Mereka mulai keluar dari efek mematung. Mulai aktif kembali seperti sedia kala. Hal ini tentu bukan hal yang baik. Bahkan dalam kondisi seperti ini, kekalahan telak sudah ada di depan mata.

Keadaan di gerbong kereta itu penuh sesak. Para White face yang sudah berhasil merangsak masuk kedalam membuat sedikit ruang untuk bergerak.

Dalam keadaan sempit seperti itu, si robot berusaha untuk menjangkau si gadis. Menerobos dinding hidup para White face yang sudah memenuhi seisi gerbong.

Beberapa goresan kecil harus si robot terima akibat tidak sengaja mengenai gigi para White face yang sudah terbuka ataupun kuku tajam mereka.

Si robot tidak memperdulikan hal-hal kecil seperti itu. Ia terus maju untuk menjangkau si gadis yang telah terkepung.

Tangan si robot berusaha menjangkau. Terasa sangat jauh meskipun mereka berdua kini hanya terpaut beberapa langkah saja.

Si robot kembali maju sekuat tenaga. Beberapa langkah yang berat menerobos masuk ke tengah-tengah kepungan.

Ia mulai melihat si gadis yang masih saja memeluk erat bonekanya. Air mata gadis itu benar-benar membuat basah boneka yang ia peluk.

Secara mengejutkan, salah satu White face diujung gerbong mulai berteriak. Teriakan itu diikuti White face yang lain.

Menandakan waktu si robot akan segera habis. Para White face sudah pulih seperti sediakala.

Si robot bergegas untuk memeluk si gadis. Berusaha melindunginya dari incaran para White face meskipun itu juga berarti mengorbankan tubuhnya.

Si robot mengdekap erat si gadis. Menjadikan punggung besinya sebagai perisai untuk melindungi gadis tersebut.

Benar saja. Para White face mulai aktif kembali tak lama setelahnya. Mereka mulai mencakar dan mengigit tubuh si robot.

Sebuah suar kembali di tembakkan ke angkasa oleh seseorang. Membuat para White face kembali mematung. Namun kini tak cukup sampai disitu.

Sebuah suar merah kembali ditembakkan tepat ke arah gerbong kereta. Suar itu menabrak tepat di sisi luar badan gerbong. Namun cahaya merah pekat mulai menerangi gerbong kereta.

Para White face yang tadi masih mematung kini tiba-tiba aktif kembali. Mereka berlari. Mencari jalan keluar dari gerbong tersebut. Para White face telah lupa bahwa mereka datang untuk memangsa.

Mereka berteriak seperti seseorang yang ketakutan. Menerobos keluar dari sesamanya untuk menyelamatkan diri masing-masing.

Mereka semua mulai meninggalkan gerbong kereta serta seluruh stasiun. Meninggalkan si robot dan gadis tersebut berdua di dalam gerbong yang benar-benar terkoyak habis.

Ketika si robot membuka kedua matanya. Tak ada satupun White face disana. Ia juga menyadari bahwa seluruh gerbong diselimuti cahaya merah dari suar.

Si robot melihat keluar jendela. Suar itu masih aktif namun sudah mulai berangsur-angsur redup. Meski demikian tidak ada tanda-tanda White face yang mendekat kembali.

Suar adalah kelemahan mereka?

Darimana aku bisa mendapatkan suar seperti ini?

Mengapa mahkluk-mahkluk itu lari oleh karena benda ini?

Si robot disibukkan dengan pertanyaan-pertanyaan di kepalanya. Namun ada satu pertanyaan yang benar-benar memenuhi kepalanya.

Siapa yang telah membantu kami?

Malam itu benar-benar panjang. Mimpi buruk sungguh dapat dirasakan dengan begitu nyata. Namun keberuntungan masih berada di pihak mereka.

Si robot menoleh kembali ke arah si gadis yang tengah duduk sembari memeluk bonekanya. Dari kejauhan si robot memandangi gadis tersebut.

Gadis itu baik-baik saja.

Namun...

Apa yang harus aku lakukan selanjutnya?

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang