Bertarung dalam Kabut

36 5 5
                                    

Gadis itu beranjak dari tempatnya.

"Ibu? Apakah itu kamu?" Panggil Eva untuk kesekian kalinya.

Lebih dalam dan dalam menuju kabut. Tidak ada suara lagi yang terdengar.

Rasa takut mulai memenjarakan dirinya disaat tidak ada lagi harapan yang nampak.

"Eva dimana kamu~??"

Suara itu kembali terdengar.

Berasal dari arah depan.

"Ibu!" Eva berteriak sekeras yang ia bisa, "Aku disini!"

Suara itu benar-benar terdengar seperti suara ibunya. Gadis itu ingat betul bagaimana lembutnya suara itu.

"Kemari sayangku~" Saut suara itu kembali.

Anehnya kini terdengar dari belakang.

Tunggu.

Itu berasal dari sebelah kanan.

Tidak!

Suaranya berasal dari kiri.

Semuanya terlihat sangat kacau.

Hingga pada akhirnya, suara itu tidak memanggil kembali.

"Ibu! Dimana kamu!"

Eva tiba-tiba berhenti.

Sekujur tubuhnya enggan untuk digerakkan. Mulutnya sudah tidak dapat berkata-kata.

Kedua matanya juga ikut terpanah ketika melihat sesosok bayangan.

Bayangan itu menggambar sesosok wanita dewasa yang tengah berdiri tegap di hadapan Eva.

"Ibu? Apakah itu kamu?" Eva berjalan menghampiri.

Langkah demi langkah.

Hingga pemilik asli dari bayangan itu menunjukkan dirinya.

...

Sementara itu disisi lain terowongan. Arto masih harus berhadapan dengan mahkluk-mahkluk serigala mutasi tadi.

Beberapa kerusakan dialami robot itu. Goresan akibat taring tajam dan cakar menjadi tato yang melekat.

Arto terjatuh kembali.

Sepasang mahkluk serigala mengigit kaki kanan dan kiri Arto. Menahan robot itu untuk berdiri.

Sementara satu lagi mencoba untuk menyerang leher besinya.

Mahkluk-mahkluk itu tahu cara untuk bekerjasama. Itulah kelebihan mereka.

[Peringatan!]
[Kerusakan eksternal: 35 persen.]

"Aku tahu itu!"

Sebuah terjangan diberikan. Menuju leher Arto. Begitu cepat hingga nyaris tidak terlihat bagaimana ia berlari menghampiri.

[Peringatan!]
[Ancaman dari arah jam 12.]
[Terjadi dalam 00,02 detik.]

Itu terlalu cepat!

BRAAKKK...!!!

Arto tidak sempat untuk bertindak untuk serangan kali ini. Ia harus merelakan lehernya untuk kembali tergigit.

Gigi-gigi tajam menancap. Tidak berhenti disana, mahkluk itu berusaha untuk meremukkannya.

Menyerang pada bagian lemah seperti leher adalah hal yang sering terjadi pada dunia binatang.

Namun cukup beruntung bagi robot itu karena memiliki leher yang terbalut dengan besi tebal. Sehingga ia masih memiliki beberapa waktu untuk bertahan.

Memiliki lapisan besi yang menutupi sekujur tubuhnya bukan menjadi alasan bagi Arto untuk tetap diam seperti ini.

Ia harus melawan balik.

Arto menyatukan jari jemarinya untuk membentuk sebuah pukulan.

Dibantu dengan sistem yang ada didalam dirinya, Arto mampu melayangkan sebuah pukulan keras.

Organ mirip insang ikan itu adalah target utama nya.

BRUCCKKK...!!!

Serangan Arto berhasil. Hal itu juga membuat serigala mutasi tadi melepaskan gigitannya dan terhuyung-huyung lemas.

Kini Arto harus menyingkirkan dua mahkluk mutasi yang masih saja menahan kedua kakinya.

Tanpa disadari sesuatu datang dari balik kabut tebal.

Rentetan dari peluru tajam menghujani salah satu mahkluk itu. Menghancurkan dirinya seketika.

Siapa?!

Tidak ingin membuang kesempatan yang diberikan, Arto menendang dengan keras kepada satu mahkluk yang tersisa.

Sekali lagi, Arto mengincar organ yang menyerupai insang ikan di leher mahkluk tersebut.

Sama seperti sebelumnya, mahkluk tersebut langsung melepaskan gigitannya dan berlari menjauh.

...

Kini Arto masih harus berhadapan dengan siapapun yang menembakan rentetan peluru tadi.

Siapapun itu bisa menjadi rekan ataupun musuh Arto yang baru.

Namun semuanya harus ia hadapi dengan kewaspadaan tinggi.

Arto mengambil senapannya yang tergeletak dan mengokangnya.

Robot itu harus bersiap-siap untuk menyambut seseorang yang menembak tadi karena sebuah bayangan nampak berjalan mendekat.

"Huh?! Seperti ini kamu akan berterima kasih? Menodongku lagi?"

Arto merasa pernah mendengar suara itu. Itu tidak asing bagi si robot.

"Sam?!"

Sam keluar dari kabut dengan mengangkat sebuah senapan serbu disalah satu tangannya. Dari senapan itu rentetan peluru tadi berasal.

"Kamu berhutang padaku, Arto!" Kata Sam sembari berjalan mendekat.

Arto tetap mengangkat senapannya. Namun kini bukan lagi kearah Sam.

Arto menarik pelatuknya. Membuat sebuah peluru terhempas dengan cepat.

...!!!

Seekor serigala mutasi lain berusaha menerjang Sam dari belakang. Itu adalah target yang Arto bidik.

Satu peluru dari Arto sudah cukup untuk menembus kepala mahkluk itu.

"Kurasa tidak Sam" Arto mengisi ulang pelurunya, "Aku tidak memiliki hutang lagi."

"Dasar bodoh!" Sam berteriak keras, "Mahkluk itu peka dengan suara!"

"Oh, ya?! Bagaimana dengan suara rentatan peluru tadi?"

"Kalau tidak ada aku kamu sudah hancur, robot sialan!"

Arto menunjuk ke arah bangkai serigala mutasi di belakang Sam, mahkluk yang ia bunuh baru saja.

"Bagaimana dengan ini? Tanpaku kamu pasti sudah tercabik-cabik!"

"Bla.. Bla.. Bla.. " Ejek Sam. Pria itu lantas mengambil tas ranselnya yang tertinggal di mobil.

"Kita membuang-buang waktu disini." Lanjut Sam sembari mengikat senapan serbu nya di samping tas, "Eva harus segera-TUNGGU! Dimana Eva?!"

Keberadaan gadis itu segera terjawab ketika suara teriakan terdengar dari kejauhan. Siapapun pasti sudah tahu bahwa itu adalah suara Eva.

AAAHHHHHHH....!!!

"Eva dalam bahaya!"

"Berhenti mengatakan itu, Arto!" Sam menghela napas, "Kita semua tahu ia dalam bahaya. Selalu dalam bahaya."









GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang