Pilihan Sendiri

37 7 0
                                    

Arto terus menggendong gadis itu. Berlari menuju Sam yang berada di balik sebuah mobil. Tepat dibelakang mereka, ratusan atau bahkan ribuan White face mengejar.

Bau manis dari rasa takut. Terlalu tinggi dan menyebar ke seluruh penjuru kota. Mengundang semua mahkluk mengerikan itu untuk berpesta.

Ditemani dengan salju yang tak berhenti turun. Ditemani dengan dinginnya pagi. Ditemani dengan suara gemuruh lautan White face. Neraka ini terulang kembali.

"Cepat! Cepat!" Teriak Sam sembari menggedor-gedor sebuah kap mobil.

Arto meluncur pada bagian atas kap mobil. Berada pada sisi yang sama dengan Sam. Mereka bertiga kembali berkumpul. Namun tidak ada waktu untuk bercengkrama saat ini.

"Lari Arto, lari!"

Beberapa rentetan peluru Sam sembur kan dari senapan serbu nya. Menumbangkan beberapa dari mahkluk-mahkluk itu. Akan tetapi itu saja tidaklah cukup. Tiga White face yang tumbang tidak akan mengurangi jumlah ribuan yang lain.

Tak... Tuck... Takc..

Langkah kaki mereka berdua tidak terkendali. Tumpukkan salju membuat lintasan lari menjadi licin. Ditambah pada beberapa bagian terdapat tumpukkan salju yang tebal. Membuat langkah mereka menjadi berat.

"Sialan! Sialan! Sialan! Salju sialan!" Sam mengumpat sembari terus berlari. Mereka tidak bisa berhenti sekarang.

"Ini semua salahmu!" Ujar Sam kembali, "Kalau saja kamu ikut denganku pulang, ini semua tidak akan terjadi!"

Eva masih saja memeluk tangan Arto erat. Kedua matanya juga masih terpejam hebat.

"Aku tidak mau pulang!" Teriak gadis itu menolak, "Aku tidak mau bertemu ayahku lagi!"

"Arghhhh!! Mau sampai kapanpun kamu akan tetap menyusahkan!" Balas Sam.

Keluar dari jembatan layang itu, mendapati ketiganya kembali pada perkotaan. Semua jalan raya sudah tertutup dengan salju tebal. Atap-atap gedung juga menjadi putih karenanya.

Langkah kaki mereka semakin berat. Tumpukkan salju tebal ada di mana-mana. Menghambat pergerakkan mereka.

Menoleh kebelakang, para White face masih saja mengejar. Kaki serta tangan panjang mereka menjadi keuntungan. Salju yang tebal sekalipun bukanlah hal yang besar bagi mahkluk-mahkluk itu.

Pelarian itu tidak akan semudah yang dibayangkan. Kini bukan hanya para White face dari jembatan layang saja yang mengendus rasa takut. Tetapi seluruh White face yang ada di semua penjuru kota. Mereka mengetahui keberadaan Eva.

Lolongan serta erangan terdengar dari mana-mana. Semua penjuru kota menjadi ramai. Suara-suara mengerikan itu bermunculan. Saling saut menyaut memperingatkan. Bahwa ada sebuah pesta yang perlu dihadiri.

"Itu-Itu bukan hal yang bagus!" Sam tahu bahwa sekarang mereka tidak akan dikejar dari satu arah saja.

Tak membutuhkan waktu cukup lama, para White face mulai bermunculan. Mereka melompat keluar dari jendela-jendela bangunan terbengkalai. Berlari dari gang-gang sempit di antara dua gedung. Mereka semua keluar dari tempat persembunyian.

"Sial! Sial! Sial!" Sam kembali mengumpat, "Kalau kamu menuruti perkataanku, kita akan pulang kemarin."

Semuanya menjadi semakin kacau kala melihat ribuan White face melompat keluar dari gedung di depan mereka. Ketiganya terpojok. Baik dari belakang maupun depan, White face sudah mengepung mereka.

"Lewat sini!" Ajak Sam.

Ini adalah sebuah gang sempit yang berada diantara dua gedung. Cukup gelap namun tak ada White face yang terlihat. Tidak ada pilihan jalan lain untuk mereka lari, Arto menuruti perkataan Sam.

"Sini! Sini!" Kembali Sam mengarahkan jalan untuk mereka.

Tidak dapat berhenti untuk beristirahat sekarang. Mahkluk-mahkluk itu masih saja mengejar. Selama bau manis dari rasa takut masih ada, pelarian ini tidak akan berhenti.

[Peringatan!]
[Bahan bakar tersisa 20 persen.]

Sial!

Jangan sekarang!

"Arto..." Suara gadis itu berbisik. Eva sedikit mendangah keatas, memandang Arto dengan mata memelas.

"Aku tidak mau pulang. Aku tidak mau kembali ke ayahku." Bisik gadis itu sekali lagi.

"Cepat! Lewat sini, sialan!" Sam masih saja mengarahkan jalan untuk Arto.

Arto memandang Sam dengan mata birunya. Ada sesuatu yang diproses didalam kepala robot itu. Sesuatu untuk melawan kehendak dan perintah seorang manusia.

"A-Apa yang-!!?"

Alih-alih mengikuti jalan yang Sam tunjuk, Arto melewati gang itu begitu saja. Memilih jalan raya sebagai gantinya. Meninggalkan Sam sendiri pada jalannya.

"Apa yang kamu lakukan, robot sialan!" Tanya Sam dengan heran. Pria itu tidak bergerak dan hanya melihat Arto berlari.

"Sial! Sial! Sialan!!"

Tidak ada waktu untuk ikut bersama robot itu. White face sudah memenuhi jalanan. Meskipun Sam tidak tercium memiliki rasa takut, jumlah mahkluk yang cukup banyak mampu meremukkan tubuh dirinya.

Pada akhirnya, Sam memutuskan untuk tetap pada jalannya sendiri. Berlari meninggalkan Arto dan gadis itu kembali. Membuat mereka berpisah pada pilihannya masing-masing.

"Arto?" Tanya Eva heran yang tidak melihat keberadaan Sam lagi.

"Kamu tidak akan pulang. Itu adalah permintaanmu, maka akan aku kabulkan."



GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang