My Love "23"

7.2K 545 27
                                    




"Hiromu?!!"

Pekiknya.

Dia pun segera menghampiri Hiromu. Dia melihat Hiromu yang penuh luka memar dan darah yang sudah mengotori kasurnya membuat Kanato semakin panik.

Saat dia mencoba memindahkan tubuh Hiromu, darah dari anusnya tidak berhenti mengalir.

"Hiromu!! Hiromu!! Bangun! Hey!!!"

Jeritnya sama sekali tidak didengarnya lagi.

Kanato segera mengambil selimut dan menyelimuti Hiromu.

"Brengsek! Aku akan membuat mereka membayar semua ini!"

Marahnya dan membaringkan Hiromu ke mobilnya dan melesat pergi dengan cepat ke rumah sakit karena pendarahan hebat.

Menggunakan mobil lebih lambat daripada menggunakan kereta. Karena jalanan macet saat sore hari. Itulah mengapa dia lebih suka naik kereta daripada memakai mobil sendiri.

Kanato mengklakson terus hingga dia sampai ke tempat tujuan karena buru-buru. Dia sama sekali tidak bisa tenang, dia terus mengumpat kesal dan marah.

Tanpa basa basi lagi, Hiromu segera menghubungi polisi dan melaporkan mereka ke polisi karena kasus percobaan pembunuhan pada Hiromu,

Kanato menjelaskan ciri-cirinya dan meminta mereka melihat cctv di jalan yang terpasang. Dan jelas wajah mereka terekam. Dengan mudahnya mereka ditangkap dan dipenjarakan.

Dengan bantuan dokter sebagai saksi serta merahasiakan apa yang dilakukannya selain percobaan pembunuhan dokter bisa menyakinkan mereka dan Hiromu tidak akan ditanya polisi karena gangguan psikisnya.

Kanato terlihat khawatir karena Hiromu dalam keadaan kritis saat ini.

3 kantong darah sudah dokter donorkan, tapi keadaannya tidak membaik.

"Ini bukan masalah fisik saja, tapi mentalnya akan sedikit terganggu."

"Apa tidak apa-apa dokter? Aku sangat khawatir! Kenapa dia tidak sadar?!"

"Dia dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Mereka melukainya dengan parah terutama bagian anusnya yang terluka. Itu akan membutuhkan waktu untuk sembuh total. Dia akan kesakitan nanti."

Jelas dokter pada Kanato kondisi Hiromu saat ini. Kanato menggenggam tangannya dengan erat tanda menyesal.

Seharusnya mereka dihukum mati! Tidak cukup hanya dipenjara! Jerit hati Kanato.

Dokter pun pergi setelah keadaan Hiromu membaik.

Kanato mengusap wajah pucat Hiromu yang terlelap.

Dia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana dia meminta pertolongan barusan. Dia pasti sangat kesakitan dan takut.

"Sial!! Seandainya aku pulang lebih awal!"

Kesalnya meninju dinding di atas kepala Hiromu.

"Hiromu! Maafkanku! maafkanku!"

Ucapnya lirih dan menyesal.

Hiromu hanya tidur seperti tidak terjadi apa-apa.

Sepulang kerja Kanato selalu datang menjenguk Hiromu. Dia juga tidak bisa menghubungi orang tua Hiromu karena tidak tahu nomor telepon dan alamat rumahnya. Seingatnya Hiromu kabur dari rumah dan bekerja disebuah bar. Tapi tidak tahu bar yang mana.

Mereka tidak terlalu banyak bicara karena jarang berjumpa, satunya pulang malam sedangkan satunya berangkat kerja malam. Tentu tidak bisa bertemu karena waktu yang berbeda.

Dia datang membawa buah-buahan lezat dan mengupasnya berharap Hiromu segera bangun dan bisa makan buah kupasannya. Tapi selama 3 hari buah itu hanya membusuk dan tidak ada yang makan. Kanato sama sekali tidak nafsu makan jika Hiromu dalam keadaan begini.

"Hiromu, buka matamu kumohon!"

Mohonnya menggenggam erat tangannya.

"Aku mencintaimu! Kumohon bangunlah!"

Sambungnya lagi.

"..................."

Tidak ada kata balasan. Dia hanya diam.

Kanato benar-benar frustasi hingga hari ke-4 Hiromu akhirnya bangun.

Kanato terdiam melihat Hiromu sedang diperiksa dokter.

"Hiromu?"

"Kanato?"

Balasnya terkejut dengan kehadiran Kanato.

"Kenapa kau di sini?"

Tanyanya kaget.

"Dia yang merawat dan menemanimu di sini."

Jawab suster.

"Jadi begitu,"

"Kau baik-baik saja? Masih ada yang sakit?"

Tanyanya mencoba menyentuh Hiromu tapi dia menghindarinya dan terlihat takut.

"Hiromu?"

"I-Iya? Maaf aku ingin sendiri."

Pesannya dan mereka segera pergi.

"Apa yang terjadi padanya dokter?!"

Tanya Kanato pada dokter setelah keluar ruangan.

"Seperti kataku, mentalnya akan terganggu. Dia menghindari semua sentuhan yang hendak kami berikan. Pada akhirnya aku hanya bisa menyutikkan obat ke botol infusnya."

"Apa yang harus dilakukan?"

"Kita akan lihat nanti, cobalah dekati dia."

"Aku mengerti,"

"Jika dia tetap begitu, tolong bawa dia ke Psikiater."

"................."

Tidak ada jawaban yang dilontar Kanato tentang mengunjungi Psikiater.

Hiromu bukan orang gila! Kenapa harus membawanya ke sana? Jerit hati Kanato.

Dia kembali menemui Hiromu. Dia berbaring diam menatap kosong langit di atasnya.

"Hiromu.."

Panggilnya membuatnya berpaling. Mereka hanya menatap dan tidak ada suara yang mau dikeluarkan Kanato setelah melihat mata bersinar itu telah redup dan hanya ada kekosongan di sana,

Dia merasa sangat menyesal sekali.

"Maafkanku Hiromu.."

Gumamnya sedih. Hiromu memalingkan wajahnya dan sibuk dengan pikirannya. Dia tidak mempedulikan siapapun lagi. Baginya dunia ini sangatlah tidak penting lagi.

My Love (Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang