My Love "106"

4K 409 71
                                    



Kenzo memandangi foto pernikahannya di sebuah gereja mewah. Kemudian dia berpaling ke cincin jari manisnya. Dimainkannya cincin tersebut sebelum menghela napas panjang.

Dia pun memeluk lututnya dan bergumam..

"Apa aku sudah membuatnya marah? Apa dia benar-benar akan mencari yang lain? Bagaimana jika dia menemukan seseorang itu? Apakah aku harus pergi?"

Dia bergumam tidak jelas dan menghela napas lagi.

"Aku sudah berkata kasar padanya, kalau dia pulang nanti aku akan minta maaf."

Sambungnya.

Dia menunggu Sino seharian dan tak tampak batang hidungnya. Walau dia lapar dia tidak pergi memasak dan lebih memilih duduk diam.

Dan hari sudah malam. Sino sudah pergi sejak pagi dan sekarang belum pulang, bahkan dia tidak pergi ke tempat Koyuki. Apa si kecil tidak mencarinya?

"Aku akan minta maaf padanya dan mengatakan apa yang kuinginkan."

Tekadnya kembali bersemangat. Dia sudah menghapal apa yang dikatakan pada Sino setelah melihatnya nanti.

Orang yang ditunggu pun akhirnya tiba, Kenzo segera bangkit berdiri dan menunggu Sino masuk.

Saat dia masuk dia hampir memanggil namanya tapi tenggorokannya tercekat saat melihat seorang gadis cantik menemani Sino masuk tapi hanya sebatas di depan pintu.

"Oh selamat malam.."

Sapa gadis itu pada Kenzo. Kenzo membisu, dia melihat ke arah Sino yang sama sekali tidak memandangnya.

"Katanya kau tinggal sendiri? Aku tidak tahu temanmu datang, apa harus batalkan janji kita?"

"Tidak perlu, dia bukan siapa-siapa. Nanti dia juga pergi."

Balas Sino berjalan masuk ke dalam kamar.

Kenzo pun tidak bersuara, dia diam mematung di sana. Semua yang ingin dia katakan pada Sino hilang semua.

Sino hanya pulang mengganti pakaiannya dan kemudian pergi lagi sambil merangkul pinggang gadis ini di depan Kenzo. Mereka pun hilang. Kenzo kembali duduk di sofa dan menghela napas. Dia menenggelamkan kepalanya diantara lutut dan menangis dalam diam.

"Ini semua salahku..Aku tidak berhak lagi atas semua ini.."

Gumamnya.

Kenzo menunggu kepulangan Sino dan tertidur di sofa beberapa hari ini, tapi tidak tampak batang hidung Sino lagi.

Kenzo duduk diam melamun di sana. Hingga pintu terbuka dia berpaling, Sino pulang.

Dia masuk ke kamar langsung dan mengemasi beberapa helai pakaian ke dalam tas kecil.

"Kau mau kemana?"

Tanya Kenzo pelan.

"Bukankah sudah jelas? Aku tidak bisa melakukannya di rumah karena kau di sini."

Jawabnya tanpa memalingkan wajahnya.

"...................."

"Kau tidak perlu khawatir, aku hanya mengambil pakaianku."

"Maafkanku.."

Ucap Kenzo akhirnya, Sino tidak membalasnya.

"Jika aku mengganggumu, maka aku yang akan pergi."

"Tidak perlu. Aku akan pergi sendiri."

"Kau mau kemana?! Ini rumahmu! Tidak adil jika kau yang pergi!"

"Itu bukan urusanmu! Kemana aku pergi itu bukan urusanmu!"

"Aku yang akan pergi dari sini jika kau sudah memutuskan gadis yang akan kau nikahi! Kau tidak perlu pergi, ini rumahmu!"

"Aku tidak peduli!"

Pekik Sino marah, Kenzo menahan tangan Sino.

"Lepaskan!"

Pekiknya mendorong Kenzo membuatnya menabrak dinding, Sino tidak peduli dan berlalu pergi.

"Sino!!"

Pekik Kenzo dan menangis. Sino mengepalkan tangannya dan membanting pintu dengan keras.

Selama kepergian Sino, Kenzo pun hanya duduk diam melamun di sofa. Apapun tidak dia lakukan lagi karena percuma saja, Sino tidak kembali.

Lalu matanya melihat kunci apartemennya sendiri yang pernah Sino jelaskan dan dia bahkan sudah membawanya ke sana.

Kemudian matanya berdalih ke cincin di jarinya, dia pun melepaskannya dan meletakkan di meja dan berganti mengambil kunci apartemennya.

Sino akan pulang dengan gadis barunya nanti. Jadi dia yang harus pergi.

Dia pun meninggalkan apartemen Sino.

Dia bahkan menghentikan sebuah taksi untuk membawanya kembali ke apartemennya tapi dia diturunkan di tengah jalan karena dia tidak punya uang. Sopir taksinya bahkan marah-marah dan Kenzo tidak bersuara.

Dia berjalan menelusuri trotoar mencari alamat apartemennya sambil mengingat jalur yang pernah dia lalui dengan Sino.

Dan kebetulan sekali dia harus bertemu dengan Sino yang keluar dari mobilnya dengan gadis cantik yang berbeda dari yang sebelumnya. Keduanya tertawa senang dan berjalan masuk ke dalam restoran mewah.

Kenzo hanya melihatnya dari jauh sampai sebuah klakson membuatnya terkejut karena berdiri ditengah jalan masuk mobil ke lapangan depan restoran, dia meminta maaf sebelum pergi.

"Sino idiot! Aku membencimu!"

Pekiknya berlari pergi membuat Sino berpaling karena namanya dipanggil. Saat dia melihat ke belakang.

"Kenzo?"

Panggilnya tidak jelas melihat orang yang menghilang ke dalam kegelapan malam.

"Tapi tidak mungkin, dia pasti masih di dalam apartemen itu."

Gumamnya kembali berjalan masuk sebelum wanitanya menunggu lama.

Kenzo pun sampai tujuan walau butuh waktu, dia melihat apartemen gelapnya. Tangannya bahkan tahu dimana saklar lampunya. Kenzo sangat familiar dengan tempatnya ini.

Dia menyentuh setiap sudut rumahnya yang berdebu. Sebuah akuarium pun terlihat kotor dan berlumut karena penghuninya semua sudah mati di sana.

Rumahnya masih rapi tapi berdebu karena sudah ditinggal lama.

"Jadi ini apartemen lamaku yah.. memang seharusnya aku tinggal di sini.."

Ucapnya pelan dan membuat kepalanya berdenyit sakit. Sedikit demi sedikit ingatan tentang tempat ini berjalan. Dia pun tersungkur ke lantai sambil memegangi kepalanya.

Dia menangis sendirian di dalam apartemen dinginnya.

My Love (Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang