5

22.3K 1.2K 18
                                    

Aiden langsung mencengkram kerah baju Alex karena marah, "Kalian dafrarin gue?"

Dendi tiba-tiba gemetar melihatnya, hampir saja ia pingsan tapi malu jadi tidak jadi.

"Lagian ga mungkin lo bakalan kepilih."Ujar Dendi mencoba meredakan amarah sahabatnya itu walaupun dia ketakutan.

"Gue mohon, besok-besok jangan ngambil keputusan sepihak kayak gitu."Ucap Aiden melepaskan cengkramannya dan menepuk pundak Alex, "Atau engga gue salai lo berdua."

"Ya maaf."Balas Alex menghela nafasnya,"hobi banget ngegas."

"Lagipula kalau lo menang lo bakalan pacaran sama si Keysil noh."Celetuk Dendi melirik ke arah adik kelas yang bejibun.

"Emang mana sih tuh siswi, sampai ngebuat kalian kayak orang  cacingan."Balas Alden yang geram dengan tingkah temannya yang gila cewek itu.

"Nanti gue kenalin."Ujar Dendi.

"Wah, kandidatnya ada 30 orang. Tumben banyak ya."Ucap kepala sekolah menggunakan micropon, "Dadi ketiga puluh orang ini bakalan berpidato, karena upacara sudah selesai kalian membawa payung."

Murid yang sudah menyiapkan payung langsung membuka payung mereka agar terhindar dari sengatan mata hari.

"Liat deh, maskara gue luntur ga?"

Aiden meringis melihat siswi di kelas sebelah yang berdekatan dengannya, "Muka lu kayak Ayu ting-ting mau perform tau ga."

"Ih Aiden."Balasnya malu-malu.

"Gue ga muji tai."

"Jangan ngomong kasar."

"Jadi cewek itu kalau mukanya udah gitu ya terima aja, pake dihias sedemikian rupa segala, cowok setia ga bakalan mandang fisik karena yang buat bosan itu fisik."Ucap Aiden terdengar bijak.

"Kamu mau setia sama aku?"Tanya siswi itu.

Aiden tersenyum miring, "Ga."

"Kandidat pertama yaitu Roy."Panggil kepala sekolah disambut dengan tepukan tangan yang meriah dan murid yang menonton.

"Den, lo ga ada niatan buat cari payung gitu?"Tanya Aiden kesal bukan main karena Dendi dan Alex menumpang payung dengan cewek.

"Kasian banget lu, beli aja di koperasi."Balas Alex.

"Yuk, beli payung sama aku."Ajak siswi disebelahnya dengan manja.

Aiden menjauhkan dirinya, "Beliin gue mau kagak? Gue bayar dua kali lipat."

"Beneran?"Tanya cewek itu tertarik.

Alden mengangguk lalu mengeluarkan uang 100ribu dari dompetnya,"Kalau lama gue sembelih lo."

"Iya..iya."Cewek itu mencibir lalu berlari ke arah koperasi, ditengah perjalanan Alden melihat cewek itu berhenti karena memunguti lipstik nya.

Buang waktu tau aja.

Jika lama-lama begini Aiden akan mati terbakar, apalagi dia akan berpidato di depan, apa yang harus ia bahas? Harga sembako naik?

"Panas Den?"Tanya Dendi berbasa-basi pada Aiden.

Alden menggeleng, "Gue gapapa, lo yang lembek disana aja terus."

"Yaudah."

Kandidat kedua maju setelah kandidat pertama selesai berpidato selama 5 menit karena batas maksimal adalah 5 menit dan minimal 10 detik.

Lol.

Kandidat kedua hanya membutuhkan waktu 3 menit untuk berbicara, 'saya akan membuat sekolah ini meningkat' dan yang lain untuk meyakinkan para pelajar.

"Kandidat ke 4 adalah Dendi Mendes."

Dendi maju dengan gagahnya sambil melambaikan tangan layaknya seorang artis yang ingin manggung.

Dendi memegang mikrofon dan berdeham untuk mengetesnya, "Selamat siang yang terhormat ibu kepala sekolah, guru dan beserta staff lainnya serta teman-teman yang sayang banggakan, nama saya Dendi Mendes. Saya dari kelas 11-2 yang ingin saya bicarakan disini adalah visi misi saya jika saya menjabat sebagai ketua osis, sebelum saya mengucaokannya saya berterimakasih atas waktu yang diberikan karena berbicara di depan orang banyak seperti ini adalah mimpi bagi saya.."

".... Sebelumnya saya ingin mengatakan kalau tujuan saya mencalonkan diri sebagai ketua osis adalah karena dorongan para sahabat saya yakni si Alden, yang tidak kenal berarti kudet. Pada awalnya saya ragu tapi dia terus memotivasi saya dan saya akhirnya yak-"

"5 menit habis."

Dendi menatap kepala sekolah mereka tercengang seolah mengatakan 'Apa?'

Mau tak mau Dendi langsung berjalan ke barisannya kembali dan disambut oleh Aiden yang mentertawakan nya, "Mangkanya jangan bacot aja yang dibanggain."

AIDEN [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang