17

17.5K 862 5
                                    

"Makasih.."Ucap Keysil sesampainya mereka dirumahnya, Aiden hanya menggumam sebagai jawaban.

Keysil memegang pembuka pintu namun ia kembali berbalik menghadap Aiden,"Ga mau mampir?"

"Ga perlu."Jawab Aiden sekenanya.

Keysil akhirnya pun turun dari mobil tapi ia sempat menoleh ke arah mobil, walaupun Keysil sudah turun Aiden masih belum menghidupkan mesin mobilnya dan masih memperhatikan Keysil.

"Keysil!"Keysil terperanjat kaget saat Keenan membuka pintu dan berjalan ke arahnya dengan tergesa-gesa.

Keenan memegang kedua bahu Keysil dengan tatapan khawatirnya, "Muka lo kenapa?"

"Gapapa cuma kegores dikit."

"Siapa yang buat lo kayak gini? Bilang sama gue! Kalau mama sampai tau muka lo luka.."Ocehan Keenan terhenti saat cowok itu menatap mobil Aiden yang masih belum bergerak dari tempatnya.

Setelah itu Keenan berjalan meninggalkan Keysil dan mengetuk kaca mobil Aiden tak lama Aiden pun langsung keluar bersamaan dengan Keenan yang langsung menonjok cowok itu.

"Abang!"Jerit Keysil menahan abangnya yang hampir menonjok Aiden yang masih tersungkur untuk kedua kalinya.

"Dia temen gue.."Ucap Keysil begitu lirih membuat Keenan menahan emosinya.

"Lo bisa ga sih main santai?!"Bentak Alden tak kalah emosi, "Emosi boleh, bego jangan!"

"Cuma temen?"Tanya Keenan menatap Keysil, "Dia ga ada hubungannya sama luka lo?"

Keysil mengangguk kecil.

"Asal lo tau aja, untung gue baik kalau engga gue tinggalin adek lo di tepi jalan."Sembur Aiden yang tidak terima diperlakukan seperti itu, bagaimana tidak?! Wajah gantengnya ternodai seperti ini.

"Maaf bro."Ucap Keenan akhirnya tapi tiba-tiba Alden menonjok Keenan balik.

"Gue maafin."

Keenan hanya menghela nafasnya, "Impas kan? Tadi gue kebawa emosi aja soalnya kalau Keysil luka kayak gini bahaya."

"Gue pulang."Ketus Aiden sambil memegang sudut bibirnya yang terluka.

Keysil tahu cowok itu marah, kemungkinan Aiden akan jera mengantatkannya pulang.

"Gue maafin buat yang ini tapi kalau lo berani mukulin temen gue lagi kayak tadi, maaf gue rasa ga bakalan semudah ini ngasi maaf sama lo."

Keenan mengangguk mengerti sembari menatap Keysil lembut, "Gue minta maaf ga bisa jemput lo soalnya ada urusan mendadak, gue udah suruh Reena jemput tapi ga dibalas."

"Reena ada di dalam?"

"Iya, tadi sama pacarnya tapi udah pulang."

"Mama ga kerumah?"

"Engga, bagusan lo obatin tu luka jangan sampai ketauan Reena apalagi mama."

Keysil langsung mengangguk seraya membawa langkah kakinya kedalam rumah, ia menaiki tangga bersama Keenan yang mengikutinya dari belakang.

Seperti melihat hantu Keysil terkejut melihat Reena yang berdiri di depan pintu sambil menyilangkan tangannya santai, dia tersenyum miring.

Malas menanggapinya Keysil langsung masuk ke dalam kamarnya bersama Keenan.

"Cuci muka dulu terus diobatin, si Reena jangan dipikirin."

Raut wajah Keysil berubah menjadi khawatir, "Reena ga bakalan ngadu kan?"

"Tenang, ada gue kok."

Keysil membasuh wajahnya sambil memikirkan sifat Reena kepadanya, Reena tua satu tahun dari dirinya, Reena sekolah di sekolahan gang jaraknya tidak jauh dari Keysil dan pergaulannya sangatlah liar.

Pernah saat Keysil lulus begitu juga dengan Reena yang naik kelas Reena mengajak temannya berpesta dan mengurung Keysil di dalam kamar, Reena bilang malu untuk memperkenalkan dirinya kepada teman-temannya.

Keysil tersenyum miris, iri bilang.

"Habis ini tidur, besok jadwal kamu kosong kan?"Tanya Keenan duduk disebelah Keysil.

Perlahan Keenan mengolsekan obat ke luka kecil Keysil, tentu saja luka diwajahnya akan mempengaruhi sesi pemotretan tetapi jika sedikit tidak akan berpengaruh besar, yang bahaya adalah ibu mereka yang pasti akan marah besar.

"Good night, lo pikir gue bakalan ngucapin gitu kan haha."Ejek Keenan.

"Jangan pergi, elus kepala aku sampai aku tidur."Pinta Keysil berbaring.

"Dasar manja."Cibir Keenan sambil mengelus kepala Keysil dengan tangan kanannya.

------------------

Keysil melihat bekas lukanya di cermin, ia sekarang sudah berpakaian lengkap untuk sekolah, buku juga sudah dikemaskan tapi sayangnya ia malah keawalan membuatnya bingung harus berbuat apa.

Keysil menyentuh lukanya yang sudah sedikit memudar.

Keysil meraih hpnya yang ada di wastefel dan langsung memikirkan Aiden yang pasti sedang marah dengannya.

Tanpa pikir panjang Keysil menghubungi Aiden, walaupun panggilan pertama tidak diangkat dia mencoba menghubungi Aiden lagi setelah mengiriminya beberapa pesan.

Pintu Keysil tiba-tiba terbuka membuat Keysil reflek menjatuhkan hpnya ke lantai.

"Mama.."

AIDEN [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang